“Kita suruh pergi ke Munas saja, siapa tahu ada damai di pohon Beringin itu.” ujar Kenthirer Peang. “Hualaah…kita tebang sajalah pohon itu!” ujarku kesal, masih mengingat mimpi burukku tempo hari.
“Eh..jangan, jangan ditebang. Nanti menimpa rumah-rumah di sekitarnya,” kata ustad JinRu. “Terus keris ini kita apain?” ujarku
“Begini adik-adik, keris ini biar saya yang menyimpannya. Bagaimana setuju nggak?” kata ustad JinRu, sertengah membujuk. “Ya…ambil saja, semoga pak ustad makin bertambah good speech! “ ujar Kenthirer Peang.
Tiba-tiba terdengar suara gedebuum…dari ujung desa. Kami berlari mendatangi arah dari mana suara itu terdengar. Ternyata pohon Beringin itu tumbang sendiri, pohonnya belah dua. Sepotongnya jatuh menimpa istana, dan sepotongnya lagi jatuh masuk ke dalam lumpur Lapindo.
*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H