Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Robohnya Pohon Beringin di Kampung Kami

6 Januari 2016   23:29 Diperbarui: 7 Januari 2016   05:13 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Jadi benar pohon Beringin itu ada penunggunya? Kita kerjain yok, aku tahu caranya,” ujar Kenthirer Peang.

Sore itu kami kumpulkan kayu-kayu dan reranting kering sebanyak-banyaknya. Tumpukan itu lalu ditimpa lagi dengan tumpukan rumput setengah kering, sehimgga ketika dibakar asapnya mengepul bikin sesak nafas makhluk halus.  Asap terus menyelimuti pohon beringin itu hingga tengah malam.

Ternyata makhluk halus itu takut dengan asap. Sampai beberapa hari kemudian makhluk itu tidak mengganggu, tidak ada yang mendatangi kami selagi tidur.  Suatu siang, seusai jam sekolah, kami bermain-main lagi di bawah pohon itu.  Tiba-tiba Kenthirer Peang melihat sesuatu yang aneh. “ Lihat, ada keris pusaka!” katanya, sambil meraih keris itu dari sela-sela akar di pangkal pohon, sedikit tertimbun tanah.

 Kami memperhatikan keris itu dengan seksama, lekuk-lekuknya ada sembilan dan terlihat ada tulisan kuno di badan keris itu.  “Kita tunjukan sama pak ustad, siapa tahu keris ini ada khasiatnya,” usul Kenthirer Panjul.

“Benar, “ ujarku. “Kita bawa ke Ustad JinRu,” usulku kepada Kenthirer Panjul dan Peang.  Keduanya setuju, akhirnya kami membawa keris itu ke Ustad JinRu yang mengajar di Yayasan Pendidikan Kenthirer Sejati.

Kami tunjukan keris itu ke Ustad JinRu. “Waduh ini alamat tidak baik,” ujarnya, kami terbengong-bengong tidak mengerti maksudnya. “Apanya yang tidak baik, pak Ustad?” ujarku memberanikan diri bertanya.

Hate speech!” katanya, “sumber fitnah di desa kita selama ini rupanya bisikan-bisikan dari makhluk-makhluk halus penghuni pohon Beringin itu,” kata ustad JinRu. “Apa hubungannya dengan keris ini, pak ustad?” tanyaku, penasaran.

“Di keris ini tertulis hate speech, ditulis dengan huruf Inggris kuno.  Keris ini senjata pusaka milik raja demit, namanya Rica Chalika. Artinya, si juru bisik dari sumber yang terpercaya.  Rica Chalika punya asisten, namanya Riut Ukure.  Nah Riut Ukure inilah yang suka melontarkan kata-kata kebencian berdasarkan arahan dari bosnya, Rica  Chalika” kata ustad JinRu.  

“Sekarang kabur ke mana raja demit itu?” tanya Kentirer Panjul

“Mungkin ke seberang,” jawab ustad JinRu. “Wah kabur, sampe senjata pusakanya ditinggalin begitu saja gara-gara asap” ujar Kenthierer Peang.

“Jangan-jangan dia pula yang berada di balik kebakaran hutan selama ini” ujar Kenthirer Panjul. “Terus keris ini kita apakan sekarang?” ujarku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun