sering kutanya pada malam
tentang arti mimpi-mimpiku
berjalan di negri seribu satu tikus
yang tak pernah tuntas berasap
yang tersangkut di atas awan
yang terhempas di bibir jurang
yang kandas di hati kecilku
di sela-sela jagaku
Â
bebatuan membisu
tak bergeming dalam gelapnya
kutanya pada langit penuh bintang
matanya menatap redup di kejauhan
hanya laut yang menjawabku
dengan humbusan anginnya
dengan deburan ombaknya
rasa sunyi menari-nari
di atas kelamnya
Â
sebuah kemajuan negriku
sebuah langit cinta yang pecah
lorong-lorong harap yang runtuh
cita-cita buih yang tak bertepian
dalam gelombang perubahan
dalam rangkaian ombaknya
yang berkejaran tak henti
yang tak bertemu pantai
Â
ketika sejenak kuterjaga
kata mimpiku menjadi laut
yang penuh gelombang
yang luasnya tak bertepi
yang gelora birunya berkobar
larut dalam kemarahan
bulat satu kata bagimu:
mundur!
Â
sering kutanya kepada malam
tentang arti mimpi-mimpiku
yang kau renggut di alam nyata
yang kau sembunyikan di sakumu
yang kau bakar dengan janji-janjimu
aku membisu dalam kecewa
menatap para pemimpin negri
berhati batu bertelinga kayu
pengkhianat!
Â
*******
Batam, 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H