seakan-akan penuh lukisan keberadaannya melawan waktu
dua ratus tahun lebih berdiri di sana, memagari benteng ini
entah berapa kali tubuhnya telah menahan terjangan ombak
Â
entah berapa panjang kisah peperangan yang disaksikannya
entah berapa banyak darah yang pernah tertumpah di kakinya
di sudutnya yang agak menjorok ke bibir pantai terasa angker
sering kudengar sayup-sayup suara seperti rintihan manusia
Â
sebuah tembok tebal mengelilingi sebuah benteng yang kuno
menjadi sekat pembatas antara kehidupanku dan dunia luar
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!