Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Bersetubuh dengan Penyair

10 September 2015   22:49 Diperbarui: 10 September 2015   23:16 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

aku tidak sedang meramal apa pun tentang cinta kita

namun mata batinku melihat sesuatu yang ada di depan

engkau dan aku akan menyatu di alam kesunyian abadi

engkau akan menjadi kata-kata yang mengalirkan jiwaku

aku hanya puisi, engkaulah penyair yang menghidupkanku

 

aku adalah yang terlihat, terdengar, dan yang kau rasakan

perintah jiwamu yang memanggil, menghimpun kekuatanku

lihatlah aku yang menghangatkan hati yang menggigil beku

membangkitkan jiwa mereka yang kehilangan kata-katanya

di tanganmu penyair, aku menjadi matahari kehidupan

 

tangkap aku penyair, jerat aku ke dalam jejaring kata-katamu

akulah keindahan, akulah makna, akulah alur-alur kehidupan

akulah inspirasi,  dan akulah ruh bagi jiwa kepenyairanmu

di jantungku mengalir darah kesunyian, detik-detik perenungan

di dadaku ada nyanyian, dan lebur aku kedalam puisi-puisimu

 

aku hanya puisi, akulah kertas putih yang kosong di hadapanmu

salurkan bathinmu ke dalam tubuhku, ciptakanlah kata-katamu

biarkan ia menjelma menjadi burung-burung yang terbang tinggi

menjadi hutan rimba,  menjadi lautan yang tak henti mengombak

akulah puisi, beri aku nyawa dengan daya cipta kepenyairanmu

 

engkaulah penyair, persetubuhan kita yang mengukuhkanmu

kenapa mesti malu-malu mengakui dirimu sebagai penyair

padahal ia bukan gelar dan bukan pula pangkat dan kekuasaan

penyair hanyalah soal jiwa dan seni, soal kepedulian dan rasa

raih kebebasanmu dari belenggu pikiran yang merantai jiwamu

 

wahai penyair, akulah puisi, tanganmu laksana Tuhan bagi diriku

di tanganmu hidup dan matiku, engkau yang meniupkan ruh bagiku

akulah kekasih sejatimu, tempat engkau menumpahkan rasa cintamu

bagaikan sufi yang menemukan puncak pencariannya, menjadi fana

aku kata yang dibangkitkan, dari tiada menjadi ada, karena cintamu

 

Batam, 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun