Aku mengembara lagi, menempuh jalan sunyi yang panjang
hari-hari yang membosankan telah berlalu di ruang sempit
kini aku di punggung Bukit Barisan, menikmati alam luas
Â
Musim kemarau menghadang dengan tampang miskinnya
ia telah memberikan airnya kepada para pembalak hutan
lalu berkeliaran bagai musafir haus di tengah padang tandus
Â
Dan sekarang beban kekeringan itu harus ditanggung akar
menunggu dan bertahan agar tetapi menghidupi pepohonan
sementara di jalan yang sunyi daun-daun kuning berguguran
Â
Kulihat rerumputan menatap kekosongan, terkulai tak berdaya
sementara awan dan angin yang berlalu terlihat begitu gembira
sembari bernyanyi tentang alam negriku yang indah permai
Â
Dan kini ada lagi seberkas kesedihan terlihat di sepanjang jalan
jutaan batang pohon sawit menghampar di suatu lembah sunyi
padanya tercium keharuman asing yang memamah hutan rimba
Â
Manis yang samar, mereka adalah tangan iklim yang sekeras batu
memecahkan dinding rumah kaca di langit perlindungan bumi
menjanjikan kejayaan, dan hutan-hutan terus rusak dan terbakar!
Â
Batam, 2015
Sumber Gambar:
https://www.google.co.id/search?q=tangan-tangan+batu+pemecah+rumah+kaca&oq
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H