Mendesain sebuah rumah ibadat tentu memiliki tantangan tersendiri dan tidak semua orang mampu melakukannya. Lalu bagaimana jika sudah mengeluarkan segala kemampuan, namun justru tidak dihargai dan dipindah ke divisi lain karena kepentingan pribadi?Â
Inilah yang dialami seorang arsitek bernama Pak Thomas yang mendesain sebuah gedung gereja. Siapa sangka dibalik megah dan menawannya gedung gereja Santa Bernadet Paroki Pinang, ada sosok yang mau mengorbankan waktu dan kepentingannya, bahkan sempat kecewa karena perlakuan beberapa pihak internal.
Â
Sepak Terjang Dalam Hidup Menggereja
Thomas Suraya, atau yang biasa dipanggil Pak Thomas merupakan seorang arsitek yang dimintai bantuan untuk mendesain gedung gereja Santa Bernadet Paroki Pinang yang saat ini telah berdiri megah. Beliau lahir dan dibesarkan di Wonosari Gunungkidul.Â
Pak Thomas sudah memulai aktivitasnya melayani di gereja sejak kelas 4 SD sebagai putra altar di stasinya. Selain itu Beliau juga aktif dalam kegiatan Mudika (Komunitas Pemuda Katolik) di stasinya, dan mengajar Bina Iman anak meskipun dengan segala keterbatasan karena saat itu di daerah tidak ada pembekalan dan pembinaan khusus.
Sepak terjangnya dalam melayani di gereja tidak berhenti disitu, beliau semakin aktif dalam kegiatan menggereja saat dirinya memutuskan untuk merantau ke Jakarta pada tahun 1991 setelah lulus SMK.Â
Beliau kembali tergabung dalam Mudika  yang ada di jakarta dan langsung diminta membantu sebagai Sekretaris Wilayah sambil juga mengaktifkan Mudika Wilayah, setelah itu diminta menjadi Ketua Mudika Paroki.
Tahun 1991 sampai tahun 1997 beliau diminta menjadi anggota Dewan Paroki Harian dan  Pengurus Gereja dan Dana Papa (PGDP) selama 2 periode (saat itu di KAJ menjadi satu2nya anak Muda/Mudika yang menjadi anggota PGDP).Â
Disamping aktif sebagai PGDP, juga membantu dalam organisasi lektor, Tunggal Hati Seminari (THS) Â Tunggal Hati Maria (THM) dan sempat mendirikan Komunitas Persekutuan Doa Pembaharuan Karismatik Katolik (PDPKK) atas permintaan pastor paroki, karena waktu itu banyak umat yang ikut kegiatan persekutuan doa di luar paroki.
Â
Perjalanan Menjadi Tim Desain Gereja
Perjalanannya menjadi tim desain gereja dimulai setelah Purna Tugas dari PGDP. Sambil masih aktif di beberapa kegiatan dan komunitas, mulailah beliau diminta bantuan untuk merancang Gedung Gereja, yang berawal dari Gedung Serbaguna. Â Singkat cerita izin sudah di dapat namun saat peletakan batu pertama selesai, mengalami demo dari para penolak dan akhirnya Gedung serbaguna batal dibangun.
Tak menyerah begitu saja, akhirnya panitia memutuskan untuk pindah lokasi, tetapi  pengalaman penolakan kembali terjadi pada tahun 2013 setelah selesai tiang pancang.Â
Selama 33 tahun umat terus berjuang mewujudkan Gereja, dan karena aktif dari waktu Mudika, dan mengerti situasi umat dan lingkungan, beliau masih terus dilibatkan dalam proses Panitia Pembangunan Gereja (PPG) hingga kemudian ada perubahan nama menjadi Panitia Pembangunan Rumah Ibadah (PPRI).
Pak Thomas senantiasa mendedikasikan talenta dan hidupnya bagi gereja. Mulai dari Pemagaran Lokasi, pembuatan gambar lokasi hingga singkat cerita sampailah pada tahap IMB yang ketiga didapatkan. "Ada sedikit kenangan yg membahagiakan, karena IMB di dapat bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Perkawinan ke 25 saya dan istri  14 Juli 2021," katanya.
Â
Dipindah Menjadi Tim Lain
Namun rupanya saat euforia pembangunan yang mulai berjalan, ada banyak orang yang ingin tampil dan mungkin ingin dikenang sebagai pendiri Gereja. "Saya tidak menyangka  tiba-tiba saya dipindahkan dari Tim design menjadi Tim Dana, dengan alasan yang tidak jelas. Bahkan saat Peletakan batu pertama pun saya tidak diundang." ujarnya dengan rasa kecewa yang mendalam.
"Jujur sebagai manusia saya merasa kecewa, jengkel dan marah, tidak mendapat penjelasan apapun kok tiba-tiba dipindah ke tim lain. Padahal sejak awal yang memulai pembangunan dan membuat desain adalah saya. Saya juga sempat bertanya-tanya apakah saya ada salah?"Â
Dalam situasi batin yang kurang baik ini, keluarga dan sahabat dekatlah yang menjadi pelipur lara baginya dalam menghadapi kekecewaan "Puji Tuhan keluarga dan sahabat dekat lah yang selalu memberikan peneguhan. Istri, anak-anak, juga beberapa teman dekat tetap memberikan penghiburan serta menyadarkan saya untuk menyerahkan semua pada penyelenggaraan Tuhan," tuturnya.
Seiring berjalannya waktu akhirnya beliau menyadari bahwa ada salah seorang panitia yang punya kepentingan lain, dan jika ada dirinya yang tau seluruh proses dan aktif dari muda, maka dapat menjadi ancaman bagi salah seorang tim ini. Mendapat informasi ini akhirnya beliau dapat menata hati kembali.Â
"Puji Tuhan saya tetap bisa melaksanakan tugas dengan baik. tetap melakukan tugas semaksimal mungkin, dengan mengirimkan proposal ke Paroki-paroki dan mengadakan beberapa event juga seminar untuk penggalangan dana. Saya percaya kebenaran akan selalu menemukan jalannya sendiri." ucap Pak Thomas dengan senyum.
Â
Terbukti Kebenaran Menemukan Jalannya
Ternyata benar, kebenaran menemukan jalannya. Proses pembangunan tidak berjalan mulus, karena konsultan desain yang sudah ditunjuk tidak dapat menyelesaikan progress desainn sesuai jadwal yang ditentukan. Akhirnya beliau  kembali dipanggil oleh ketua panitia dan beberapa tim teknis, karena dalam rapat panitia disepakati untuk kembali memanggil beliau untuk membantu menyelesaikan desain Gereja.
"Awalnya saya ragu, bahkan istri kembali mengingatkan untuk sebaiknya tidak usah terlibat lagi, khawatir akan kecewa lagi." tuturnya. Ketika ditanya tentang alasan mengapa mau tetap bergabung dalam panitia pembangunan beliau mengatakan "Pertama-tama karena merasa terpanggil dan Tuhan sendiri yang memanggil melalui Panitia ini.Â
Hati saya terus mengatakan : saya punya talenta, dan Gereja membutuhkan saya. Semua untuk Tuhan, juga umat yang merindukan gereja, saya harus bisa menyingkirkan egoisme saya. Akhirnya saya bersedia Kembali melanjutkan dan menyelesaikan desain Gereja," ujar Pak Thomas
Tidak Dibayar Sepeserpun
Dalam seluruh proses desain, Pak Thomas melakukannya tanpa jasa atau bayaran. "Memang ada sedikit pengeluaran, karena perlu ada tim yang membantu menggambar, saya melibatkan drafter Kantor yang membantu menyelesaikan proses desain dengan imbalan upah yang wajar. Total ada sekitar 25 juta dan semua murni untuk jasa drafter yang menggambar, saya sebagai Arsitek tidak mengajukan jasa alias free," katanya.
Pesan
Sejatinya mendesain gedung Gereja tidaklah semudah mendesain rumah biasa atau kantor. Mereka yang terlibat harus sungguh memahami Liturgi Gereja Katolik dan mempunyai konsep yang jelas terkait Iman.Â
Memahami Peletakan ruang yang sesuai dan memperhatikan ruang Sakra tidaklah mudah, dalam proses desain tentu juga harus ada keterlibatan dgn tim Teknis yang berisi orang-orang Teknik sesuai bidangnya. Pastor Paroki, dan Tim Komisi Panitia Pembangunan Keuskupan (TKPP), perlu memahami Buku Pedoman Umum Misale Romawi (PUMR) dan sebagainya.
Beliau juga berpesan bagi pembaca yang mungkin mengalami hal serupa untuk terus yakin, bahwa kebenaran akan tetap menjadi kebenaran, jika dalam situasi penolakan, fitnah dan mungkin direndahkan, tetaplah semangat. Percaya bahwa semua yang terjadi adalah sebuah proses. Jika terkadang merasa lemah dan rapuh, kita harus tetap mengandalkan campur tangan Tuhan.Â
Rela dan siap dibentuk, singkirkan ambisi pribadi, egoisme dan kesombongan, hargai setiap peristiwa. Tidak ada pencobaan yang Tuhan berikan melebihi kekuatanmu, kalau engkau mengalami persoalan, justru Tuhan sedang mendidik, menguji, dan Tuhan tau Anda sanggup dan mampu. Tuhan memberkati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI