Mohon tunggu...
Benediktus Jonas
Benediktus Jonas Mohon Tunggu... Freelancer - freelanecer

Menulis ialah caraku mengasah kewarasan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pesan Harari di Tengah Pandemi Covid-19

27 April 2020   08:40 Diperbarui: 27 April 2020   08:53 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Korona mengubah tatanan dunia secara drastis. Kita yang sebelumnya ke gereja, masjid, wihara, pura untuk ibadat pada hari-hari suci, kini harus berdoa di rumah. 

Kebiasaan berkumpul di kampus untuk kuliah, kini kita harus puas dengan kuliah daring. Mereka yang hari-harinya sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup, dipaksa tinggal di rumah dalam jangka waktu yang tidak ditentukan.

Sungguh, sebuah perubahan besar yang menimbulkan luka dan gejolak hati. Namun, kita tidak punya banyak pilihan. Sebab perintah untuk jangan membunuh sesama, di masa ini ialah tidak menularkan virus kepada yang lain.

Yuval Noah Harari, sejarawan Yahudi, mempublikasikan tulisannya di Financial Times beberapa waktu lalu. Judul tulisannya, Yuval Noah Harari, The World After Coronavirus. Sebagai sejarawan, Harari melihat, korona adalah krisis global bahkan krisis terbesar zaman kita. Namun ia yakin badai ini pasti berlalu. Umat manusia akan bertahan. Tetapi pertanyaan besar Harari ialah, dunia seperti apa yang akan kita hidupi setelah korona berlalu?

Pertanyaan Harari menggugah hati. Perubahan yang terjadi hari-hari ini, membalikkan tatanan mapan yang dibangun berabad-abad. Baik teologi, budaya, sosial, politik seketika tunduk dibawah protokol kesehatan. Kita dipaksa untuk memilih kesehatan dibanding privasi dan tatanan mapan.

Harari sendiri tidak memberikan jawaban atas pertanyaannya. "Semua tergantung dari keputusan yang akan diambil oleh pemerintah. Karena itu, butuh kerja sama global yang membutuhkan sikap saling percaya," demikian ditulisnya.

Korona adalah ujian besar kewarganegaraan kita. Solusi Harari demikian. "Untuk menghentikan pandemi, seluruh dunia harus patuh pada protokol pemerintah." Itulah yang sedang kita jalani hari-hari ini. Keberhasilan dalam penanganan virus ini sangat tergantung pada kesiapan mental masyarakat. Harari menulis begini,

"Masyarakat yang memiliki motivasi-diri dan tidak picik biasanya jauh lebih berdaya dan efektif dibanding masyarakat lugu yang didisiplinkan."

Harari mengambil contoh beberapa negara yang mampu menekan jumlah terinfeksi korona yakni Korea Selatan, Taiwan, dan Singapura. Negara tersebut telah memanfaatkan beberapa aplikasi pelacak, melakukan pemeriksaan secara masif, pelaporan yang jujur, dan tekad bulat untuk bekerjasama dengan publik yang terinformasi.

Pesan Harari

Ada beberapa pesan penting yang disampaikan Harari. Pertama, kita harus memilih untuk mempercayai ilmu pengetahuan dan pakar kesehatan. Jangan percaya pada konspirasi yang tak berbasis fakta dan para politikus rakus. Kini saatnya, kita kritis terhadap berbagai informasi dan mengambil langkah untuk menjernihkan hati dan budi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun