Lebih lanjut Yohanes Paulus II menegaskan bahwa keterlibatan para politisi tidak bisa dilepaskan dari tanggung jawab untuk menyelenggarakan pemerintahan dan menciptakan hukum yang adil.
Ada dua hal yang diungkapkan oleh Paus, pertama, hukum dan pemerintah hendaknya mengabdi pada kebebasan sehingga hukum tidak mengekang, tetapi menjadikan semua orang semakin bertumbuh.
Kedua, hukum negara sebisa mungkin didasarkan pada hukum ilahi, yang telah ditanamkan oleh Allah dalam hati setiap manusia yakni hukum yang membebaskan manusia dari cinta diri dan hanya melayani kelompok tertentu saja.
Dengan demikian, setiap orang perlu menyadari bahwa berpolitik itu adalah suatu yang mulia dan luhur. Keluhurannya terletak pada aspek panggilan ini. Maksudnya, Tuhan sendiri yang memanggil setiap orang terlibat di dalamnya. Tuhan mengutusnya untuk turut mengambil bagian dalam karya keselamatanNya.
 Maka keberpihakan pada orang miskin dan lemah menjadi tanggung jawab para politisi juga. Mereka hadir untuk membuka akses bagi yang miskin dan lemah agar mendapat kemudahan, jaminan, dan dengan itu kesejahteraan akan tercipta.
Berpolitik sebagai Orang Beriman
 Tujuan sebuah negara ialah mewujudkan kesejateraan umum. Tujuan ini juga yang diemban oleh para politisi. Kesejahteraan umum di sini mencakup keseluruhan kondisi-kondisi kehidupan sosial yang memungkinkan orang-orang, keluarga-keluarga dan perhimpunan-perhimpunan mencapai kesempurnaan mereka secara lebih penuh dan mudah.
       Dalam sebuah negara, pencapaian ini ada dalam tangan para penguasa, karena dari merekalah mucul semua kebijakan politik.
 Seorang politisi Katolik juga berkecimpung dalam usaha mencapai kesejahteraan umum. Hendaknya pertanyaan ini yang harus dijawabnya ialah, "Mampukah saya memadukan kepatuhan terhadap nilai-nilai iman yang saya hayati dengan tanggung jawab politik yang saya emban?"
 Jika seorang politisi sungguh-sungguh menghayati imannya, maka segala tanggung jawab politiknya, akan selalu berorientasi pada kepentingan umum.
          Berpolitik sebagai seorang beriman Katolik dengan demikian ialah berpolitik yang menyatakan tanggung jawab politik dengan nilai-nilai iman Kristiani. Ia selalu melihat tugas yang diterimanya sebagai bentuk ungkapan imannya. Dalam hal ini hukum cinta kasih yang diajarkan Yesus, menjadi pedoman hidupnya.