Gereja memiliki perhatian yang besar terhadap masalah yang mewarnai kehidupan sehari-hari. Wujud konkrit dari perhatian gereja dapat disaksikan melalui seruan-seruan yang diberikannya atas masalah-masalah yang terjadi di tengah dunia. Misalnya seruan terhadap masalah sosial, ekonomi, budaya, politik, dan lingkungan.
Politik menjadi salah satu yang sering kali diserukan Gereja. Dalam urusan politik, Gereja tidak hanya berbicara tentang keterlibatan umatnya dalam politik, tetapi juga melihat keterkaitannya dengan nilai-nilai iman kristiani.
 Hal yang lebih istimewah lagi, Gereja melihat dua aspek ini dalam kaitannya dengan kesejahteraan umum. Dalam Gaudium Et Spes 73 misalnya, disinggung hubungan antara politik dan iman kristiani. Dikatakan di sana bahwa semua kekuasaan harus digunakan untuk kepentingan umum bukan demi kepentingan pribadi dan partai.
Juga dalam ensiklik Octogesima Advensiens no 46 ditegaskan bahwa tugas politik ialah berusaha memecahkan soal-soal hubungan antara manusia. umat kristiani diundang untuk terlibat di dalamnya dan menentukan pilihan mereka sesuai dengan injil.
Semua yang dirumuskan dalam dokumen Ajaran Sosial Gereja ini, dalam kaitannya dengan politik, menunjukan kepada kita bahwa masalah politik berhubungan dengan berbagai aspek kehidupan.
 Dengan demikian semakin nyata bahwa politik itu sejatinya adalah persoalan untuk mengurus kehidupan sehari-hari. Dua poin berikut ini yang kiranya ditekankan oleh gereja terkait umatnya yang terlibat dalam dunia politik.
Berpolitik sebagai Sebuah Panggilan
Gereja Katolik selalu menyebut dirinya bukan suatu institusi politik. Namun, tidak dapat dihindari bahwa peran dan kehadiran Gereja memiliki muatan politis. Yang perlu diketahui ialah tugas gereja dalam bidang politik ada dalam tatanan moral dan iman. Kedua bidang ini memiliki dimensi dan muatan politis.
 Namun politik yang dimaksud di sini bukan politik kekuasaan melainkan bidang moral. Kalau gereja memberikan suatu pernyataan politis, lingkupnya ada dalam bidang moral. Hal itu tidak berarti bahwa gereja melakukan intervensi ke dalam kebebasan dan otonomi pribadi. Semua itu berangkat dari kesadaran akan tanggung jawab menjaga nilai-nilai moral kemanusiaan.
 St Yohanes Paulus II dalam ensiklik Octogesima Advensiens mengingatkan para politikus Katolik agar menyadari bahwa berpolitik itu adalah sebuah panggilan yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab.
 Panggilan yang dimaksud Paus adalah panggilan untuk melayani sesama. Maka, para politisi diharapkan untuk memiliki integritas diri, komitmen yang kuat, moralitas yang baik serta penggunaan kekuasaan sungguh-sungguh untuk kepentingan dan kesejahteraan umum. Para politisi juga harus memiliki pemahaman yang baik tentang kehidupan sosial dan politik, agar keterlibatannya bermakna dan bermanfaat bagi umat manusia.