Mohon tunggu...
Benedictus Adithia
Benedictus Adithia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kompasiana Youth Creator Batch 1 | Journalism Enthusiast

Ben mendefinisikan dirinya sebagai multiplatform storyteller, mencoba mengemas sebuah isu menjadi laporan mendalam berbasis jurnalistik menggunakan pendekatan informasi data sumber terbuka. Follow me on Instagram: @benedictus._

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Seberapa Berbahaya Filter Bubble dan Echo Chamber dalam Konteks Pemilu?

5 Februari 2024   22:04 Diperbarui: 6 Februari 2024   03:22 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengakses informasi digital. (Unsplash/camilo jimenez)

Algoritma ini, bagaimanapun, tidak bersifat netral. Algoritma di dunia maya sendiri berperan dalam membentuk apa yang disebut sebagai "filter bubble" dan "echo chamber".

Filter bubble merujuk pada situasi di mana algoritma dalam platform digital menyaring dan menyajikan informasi kepada pengguna berdasarkan preferensi dan pandangan yang sudah ada.

Hal tersebut berimplikasi dalam membatasi eksposur terhadap sudut pandang yang berbeda atau informasi yang tidak sejalan dengan apa yang kita sukai. 

Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Eli Pariser dalam bukunya "The Filter Bubble: How the New Personalized Web Is Changing What We Read and How We Think" (Pariser, 2011).

Sementara itu, echo chamber mengacu pada fenomena di mana individu atau kelompok terpapar secara berlebihan pada informasi yang memperkuat dan mengonfirmasi pandangan atau keyakinan mereka sendiri. 

Echo chamber menciptakan lingkungan di mana opini dan pandangan yang sudah ada terus-menerus diperkuat tanpa adanya informasi bantahan atau variasi (Sunstein, 2018).

Kedua konsep ini memiliki dampak serius pada cara kita mendapatkan sudut pandang, terutama dalam konteks politik. 

Pengguna yang terjebak dalam filter bubble dan echo chamber cenderung tidak mendapatkan gambaran yang komprehensif atau seimbang tentang isu-isu politik. 

Dengan kata lain, kita dapat kehilangan perspektif alternatif, informasi yang berbeda, atau pandangan dan argumen sanggahan yang bisa memperkaya khazanah ilmu. 

Akibatnya, kita seperti memakai kaca mata kuda yang tak bisa melihat dengan luas tentang informasi lain yang mungkin bermanfaat bagi kita sebagai pemilih.

Seberapa Berbahaya Efek ini?

Dalam era digital yang serba terkoneksi ini, peran algoritma tidak hanya menjadi sorotan, tetapi juga menjadi fenomena dalam memahami perilaku penggunaan internet. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun