Mohon tunggu...
Benedictus Adithia
Benedictus Adithia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kompasiana Youth Creator Batch 1 | Journalism Enthusiast

Ben mendefinisikan dirinya sebagai multiplatform storyteller, mencoba mengemas sebuah isu menjadi laporan mendalam berbasis jurnalistik menggunakan pendekatan informasi data sumber terbuka. Follow me on Instagram: @benedictus._

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Seberapa Berbahaya Filter Bubble dan Echo Chamber dalam Konteks Pemilu?

5 Februari 2024   22:04 Diperbarui: 6 Februari 2024   03:22 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengakses informasi digital. (Unsplash/camilo jimenez)

Artikel jurnal berjudul "Pengaruh algoritma filter bubble dan echo chamber terhadap perilaku penggunaan internet" membuka perspektif yang lebih mendalam terkait dampak psikologis, perilaku, dan bahkan pergeseran budaya yang mungkin terjadi.

Berikut beberapa dampak negatif dari adanya filter bubble dan echo chamber:

1. Lebih malas mencari informasi di luar topik kesukaan

Algoritma filter bubble menciptakan lingkungan di mana pengguna lebih pasif dalam mencari informasi di luar topik kesukaan mereka. 

Dengan analisis mesin terhadap perilaku online, algoritma ini secara otomatis menyajikan konten yang sejalan dengan preferensi pengguna. 

Konsekuensinya, minat untuk mencari informasi baru, terutama yang mungkin berbeda pandangan yang sudah ada, semakin menurun. 

Hal ini tentunya menciptakan sebuah paradoks, di mana seiring dengan meningkatnya akses informasi, pengguna malah cenderung terjebak dalam keterbatasan perspektif.

2. Filter bubble memanjakan pengguna dengan otomatisasi konten

Pemahaman algoritma sebagai alat yang memanjakan pengguna menciptakan dinamika psikologis. Dalam dunia digital yang penuh dengan opsi dan informasi, pengguna merasa dihadapkan pada kemudahan dan kenyamanan. 

Kita tidak perlu bersusah payah mencari konten, karena algoritma menyajikan apa yang menurut "mereka" konten yang kita inginkan. 

Namun, ini membawa risiko, karena kita mungkin kehilangan rasa inisiatif untuk mengeksplorasi sudut pandang baru atau mengejar pemahaman yang lebih mendalam.

3. Kenyamanan dapat menghambat kreativitas

Selanjutnya, munculnya rasa nyaman dari efek filter bubble bisa membawa dampak yang jauh lebih mendalam lagi, yaitu meredam kreativitas dan rasa ingin tahu. 

Saat informasi yang disajikan secara otomatis sudah sesuai dengan apa yang dikenal dan disukai, kecenderungan untuk menjauh dari hal-hal baru dapat meningkat. 

Dalam hal ini, filter bubble dapat dianggap sebagai suatu bentuk "penjara kreativitas," di mana pengguna terperangkap dalam rutinitas informasi yang itu-itu saja.

4. Bisa menjadi fanatik dan kurang terbuka pada pandangan baru 

Sementara itu, terpaparnya terus-menerus pada sudut pandang yang seragam oleh efek echo chamber menciptakan risiko bahwa opini kita menjadi lebih fanatik dan kurang terbuka terhadap ide-ide baru. 

Algoritma ini, yang secara efektif mempertahankan dan memperkuat keyakinan yang sudah ada, menciptakan suatu ekosistem di mana pluralitas ide dan pandangan baru sulit ditemukan. 

Kita dapat kehilangan kemampuan untuk memahami sudut pandang lain atau bahkan untuk berdialog secara produktif dengan mereka yang memiliki pandangan berbeda.

5. Memicu penyebaran informasi yang menyesatkan 

Tak kalah berbahaya adalah potensi adanya misleading information yang muncul akibat penyajian konten yang tidak sesuai oleh algoritma. 

Dalam upayanya untuk menyajikan konten yang sesuai dengan preferensi pengguna, algoritma memiliki kemungkinan menyebarkan informasi palsu atau tidak akurat. 

Hal ini bisa berdampak besar terutama dalam konteks politik atau sosial, di mana persepsi yang keliru dapat memicu respons yang mungkin tidak diinginkan.

Oleh karena itu, kesadaran akan kompleksitas dan dampak dari filter bubble dan echo chamber perlu menjadi bagian dari literasi digital masyarakat. 

Diperlukan kebijaksanaan individu untuk secara aktif mencari perspektif yang beragam, melibatkan diri dalam dialog kritis, dan tidak hanya mengandalkan apa yang disajikan. 

Dengan cara ini, kita dapat mengurangi dampak negatif dari filter bubble dan echo chamber, serta memastikan bahwa internet tetap menjadi ruang yang dinamis.

***

Terakhir, dalam opini ini. Bagaimanapun keseragaman informasi dapat mempersempit sudut pandang kita yang pada akhirnya membatasi pengetahuan kita.

Pengetahuan yang terbatas akan memberikan efek buruk pada pengambilan keputusan, yang pada akhirnya mungkin keputusan itu akan kita sesali.

Jadi, untuk meminimalisir efek dari filter bubble dan echo chamber, kita sebagai pengguna internet dan media sosial harus lebih proaktif dalam mencari informasi.

(*B/A)

Ref:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun