Di dalam tas rekan ini ditemukan sepucuk surat pamitan dan permintaan maaf si rekan kepada orangtuanya.Â
Kejadian ini adalah bukti bahwa bunuh diri merupakan keputusan yang tidak spontan, dan mungkin rekan ini tidak menemukan cara lain karena baginya dia sudah melakukan semua cara dan belum berhasil.
Waktu yang tidak spontan ini merupakan kesempatan bagi sesama teman untuk lebih memaknai keluhan-keluhan seorang teman atau sahabat, jika dia memang sudah menunjukan "tanda".Â
Namun, permasalahannya mungkin kita belum cukup peka untuk merasakannya dan memilih harus melakukan apa. Langkah yang sering terlupakan adalah kita sebagai teman terkadang lupa untuk memposisikan diri menjadi dirinya.
Kasus ketiga, melibatkan seorang mahasiswi Kedokteran di kampus negeri, ditemukan di mobilnya dengan kondisi tak bernyawa yang terparkir di halaman Apartemen, Jawa Timur.Â
Rekan mahasiswi ini meninggalkan dua carik kertas berisikan wasiat yang ditulis menggunakan bahasa Inggris. Jelas sekali bahwa rekan ini telah merencanakan tindakan ini.
Data Kasus Bunuh Diri di Indonesia
Mengutip Kompas.id, Kepolisian RI mencatat 663 kasus bunuh diri pada Januari-Juli 2023, atau tiga kasus setiap hari di Indonesia.Â
Angka ini naik 36,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 3 kasus bunuh diri di atas saja sudah terlalu banyak dan ini merupakan angka yang serius.
Hingga Oktober 2023, terdapat 971 kasus bunuh diri di Indonesia, dengan jumlah terbanyak terjadi di Jawa Tengah.Â
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi prevalensi bunuh diri di Indonesia mencapai 2,6 per 100.000 penduduk, yang termasuk dalam kategori rendah.Â