Mohon tunggu...
Benedictus Adithia
Benedictus Adithia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kompasiana Youth Creator Batch 1 | Journalism Enthusiast

Ben mendefinisikan dirinya sebagai multiplatform storyteller, mencoba mengemas sebuah isu menjadi laporan mendalam berbasis jurnalistik menggunakan pendekatan informasi data sumber terbuka. Follow me on Instagram: @benedictus._

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Theodor Herzl, Der Judenstaat dan Zionisme: Sejarah Konflik Palestina-Israel

13 Oktober 2023   08:17 Diperbarui: 13 Oktober 2023   08:35 1140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Theodor Herzl dan Der Judenstaat. (Getty Images/Three Lions via thejc.com)

Konflik antara Palestina dan Israel adalah salah satu konflik terlama dan paling rumit dalam sejarah dunia. Akar sejarahnya bermula pada awal abad ke-20, ketika sejumlah peristiwa dan faktor penting membentuk jalannya konflik yang masih berlanjut hingga saat ini. 

Salah satu peristiwa penting yang menjadi tonggak awal dalam konflik ini adalah munculnya gagasan "Der Judenstaat" atau "Negara Yahudi." 

Dalam artikel ini, kita akan mengupas perkembangan sejarah yang membawa kepada konflik Palestina-Israel.

Latar Belakang Awal

Pada awal abad ke-20, Inggris, yang berbentuk empire yang mendominasi dunia selama berabad-abad, menghadapi tantangan serius terhadap posisinya. 

Perang dunia dan pergantian dinamika kekuatan dunia membuat Inggris memerlukan dukungan finansial untuk mempertahankan pengaruhnya. 

Munculnya perjanjian yang akan memengaruhi jalannya sejarah di wilayah Palestina pun menjadi kenyataan. Dalam konteks ini, Inggris berjanji untuk memberikan wilayah kepada para pendukung yang membantu mereka dalam perang. 

Para pendukung ini adalah kaum Yahudi yang telah merantau dan hidup tanpa tanah air selama ribuan tahun. 

Ini adalah titik awal penting dalam sejarah umat Yahudi yang dianggap warga negara kelas dua di berbagai negara di Eropa dan dunia.

Theodor Herzl dan "Der Judenstaat"

Theodor Herzl dan Der Judenstaat. (Getty Images/Three Lions via thejc.com)
Theodor Herzl dan Der Judenstaat. (Getty Images/Three Lions via thejc.com)

Tahun 1896 adalah tahun penting dalam sejarah pergerakan Zionis. Seorang tokoh kunci muncul, yaitu Theodor Herzl. 

Herzl, seorang Yahudi Austria-Hongaria, adalah pelopor ideologi Zionis, gerakan politik yang pada akhirnya memprakarsai pendirian negara Israel. 

Herzl menulis sebuah buku yang sangat berpengaruh, "Der Judenstaat" atau "Negara Yahudi." Dalam bukunya, Herzl membayangkan negara Yahudi yang menjalankan hukum Taurat sesuai dengan pesan dari zaman Nabi Musa.

Sejarah menunjukkan bahwa kaum Yahudi hanyalah sebuah suku atau kelompok di wilayah Palestina selama ribuan tahun. Oleh karena itu, tanah yang mereka inginkan adalah tanah Palestina, yang pada saat itu belum menjadi negara Israel.

Balfour Declaration

Momentum penting lain dalam perkembangan konflik ini adalah Balfour Declaration, sebuah surat yang ditulis oleh Arthur Balfour kepada Raja Inggris pada tahun 1917. 

Surat ini meminta pemberian tanah di Palestina kepada kaum Yahudi untuk menciptakan "National Homeland." 

Surat ini, pada akhirnya, diberikan kepada keluarga Rothschild, yang pada saat itu dikenal sebagai keluarga yang mengendalikan sebagian besar keuangan dunia, termasuk 70% dari cadangan moneter Inggris.

Saat surat ini diterbitkan, lebih dari 80% penduduk Palestina adalah Muslim, dengan sejumlah kecil Kristen dan sedikit Yahudi. 

Namun, sejak saat itu, terutama pada tahun 1920-an, lahan-lahan di Palestina mulai dibeli oleh imigran Yahudi dari Eropa. 

Terutama setelah kekalahan Kesultanan Ottoman dalam Perang Dunia Pertama, yang telah menguasai Palestina selama lebih dari 400 tahun, wilayah ini berada dalam keadaan tanpa pemerintahan, dan Inggris mengambil alih kendali atasnya.

Zionisme dan Perkembangannya

Gerakan Zionis, yang bertujuan untuk mengambil tanah Palestina untuk mendirikan negara Israel, dimulai pada tahun 1896 dengan buku "Der Judenstaat" karya Theodor Herzl. 

Setahun kemudian, Herzl mengadakan Kongres Yahudi pertama di Basel, Swiss, yang bertujuan untuk merencanakan pendirian negara Israel di Palestina.

Selama Perang Dunia Pertama, kaum Yahudi mendapatkan dukungan Inggris, yang akhirnya memberikan wilayah Palestina kepada mereka. 

Pada periode ini, para pendukung Zionis di Inggris dan Amerika, yang memiliki hubungan erat dengan kapitalis Yahudi, berhasil mempengaruhi Balfour Declaration, yang memberikan dukungan resmi dari Inggris untuk pendirian negara Yahudi di Palestina.

Pembentukan Negara Israel

Pada akhirnya, setelah Perang Dunia Kedua, pada tahun 1948, negara Israel secara resmi didirikan. Ini menjadi titik awal dari konflik yang terus berlanjut hingga saat ini. 

Pembentukan negara Israel tidak diterima oleh rakyat Palestina, yang melihatnya sebagai kolonialisasi yang didukung oleh Inggris dan Amerika. 

Proses ini mengakibatkan lebih dari 250.000 warga Palestina diusir dari tanah mereka, dan pemukiman Yahudi terus berkembang hingga saat ini, dengan dukungan Amerika.

Saat ini, wilayah Tanah Palestina, yang merupakan tanah leluhur bagi bangsa Palestina, hanya tersisa sekitar 20% dari wilayah sejarahnya. 

Konflik antara Palestina dan Israel tetap menjadi isu yang hangat dan kompleks hingga saat ini, dengan berbagai upaya perdamaian dan negosiasi yang terus berlangsung.

***

Inilah sejarah panjang konflik antara Palestina dan Israel yang bermula dari gagasan "Der Judenstaat" dan berlanjut hingga saat ini. 

Meskipun telah ada berbagai upaya untuk mencapai perdamaian dan solusi yang adil bagi kedua belah pihak, tantangan ini tetap berlanjut, dan konflik ini masih menjadi salah satu isu paling rumit dalam geopolitik global.

SELESAI.

Ref:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun