Herzl, seorang Yahudi Austria-Hongaria, adalah pelopor ideologi Zionis, gerakan politik yang pada akhirnya memprakarsai pendirian negara Israel.Â
Herzl menulis sebuah buku yang sangat berpengaruh, "Der Judenstaat" atau "Negara Yahudi." Dalam bukunya, Herzl membayangkan negara Yahudi yang menjalankan hukum Taurat sesuai dengan pesan dari zaman Nabi Musa.
Sejarah menunjukkan bahwa kaum Yahudi hanyalah sebuah suku atau kelompok di wilayah Palestina selama ribuan tahun. Oleh karena itu, tanah yang mereka inginkan adalah tanah Palestina, yang pada saat itu belum menjadi negara Israel.
Balfour Declaration
Momentum penting lain dalam perkembangan konflik ini adalah Balfour Declaration, sebuah surat yang ditulis oleh Arthur Balfour kepada Raja Inggris pada tahun 1917.Â
Surat ini meminta pemberian tanah di Palestina kepada kaum Yahudi untuk menciptakan "National Homeland."Â
Surat ini, pada akhirnya, diberikan kepada keluarga Rothschild, yang pada saat itu dikenal sebagai keluarga yang mengendalikan sebagian besar keuangan dunia, termasuk 70% dari cadangan moneter Inggris.
Saat surat ini diterbitkan, lebih dari 80% penduduk Palestina adalah Muslim, dengan sejumlah kecil Kristen dan sedikit Yahudi.Â
Namun, sejak saat itu, terutama pada tahun 1920-an, lahan-lahan di Palestina mulai dibeli oleh imigran Yahudi dari Eropa.Â
Terutama setelah kekalahan Kesultanan Ottoman dalam Perang Dunia Pertama, yang telah menguasai Palestina selama lebih dari 400 tahun, wilayah ini berada dalam keadaan tanpa pemerintahan, dan Inggris mengambil alih kendali atasnya.
Zionisme dan Perkembangannya
Gerakan Zionis, yang bertujuan untuk mengambil tanah Palestina untuk mendirikan negara Israel, dimulai pada tahun 1896 dengan buku "Der Judenstaat" karya Theodor Herzl.Â
Setahun kemudian, Herzl mengadakan Kongres Yahudi pertama di Basel, Swiss, yang bertujuan untuk merencanakan pendirian negara Israel di Palestina.