Halo sobat pembaca semua!
Salam kenal saya Ben, dan saya akan mencoba membagikan buah pikiran saya tentang keresahan yang sedang saya rasakan akhir-akhir ini.
Semua bermula ketika saya mendengar selintingan cerita kawan dan rekan saya, bahkan video-video di YouTube yang mengatakan bahwa gelar itu penting.
Namun, ada juga yang beranggapan bahwa gelar pendidikan tinggi itu tidak penting. Hal yang terpenting adalah skill dan juga pengalaman.
Oke, baiklah perlu diingat bahwa saya beropini di sini bukan untuk menyatakan benar atau salahnya sebuah pemikiran. Saya mencoba mencurahkan keresahan saya lewat opini ini.
Sebelumnya, gelar pendidikan tinggi adalah gelar yang diberikan oleh suatu lembaga atau institusi formal kepada setiap orang yang sudah memenuhi kriteria sebagai seorang diploma, sarjana, master, dan sejenisnya.
Biasanya mahasiswa yang mengenyam pendidikan tinggi tersebut menyelesaikan tingkat pendidikannya dalam rentang waktu tertentu.
Tujuan dari gelar itu sendiri antara lain adalah memberikan cap/stempel, bahwa seseorang telah memenuhi kualifikasi keahlian dalam bidang yang dipilihnya.
Lalu, apakah gelar itu penting atau tidak?
Penting atau Tidak?
It depends, jawaban yang saya miliki saat ini adalah "tergantung". Banyak hal yang bisa dijelaskan dari kata "tergantung" tersebut.
- Tergantung kamu mau jadi apa
- Tergantung di mana kamu akan bekerja
- Tergantung bidang yang digeluti
- Intinya "tergantung"...
Mungkin jawaban saya ini cukup diplomatis, namun untuk sekarang realitanya memang seperti itu. Bahkan mungkin ke depan, saya beranggapan bahwa gelar mungkin tidak lagi penting hanya untuk mencari pekerjaan.
Kalau memang tujuan dan minatnya ada di dunia akademis mungkin gelar adalah hal yang sangat berguna. Namun, dunia ini juga tidak selamanya harus menjadi akademis.
Hal yang Melatarbelakangi
Pandangan ini mungkin bisa jadi berbeda di setiap negara ya sobat. Karena perlu diingat juga bahwa sistem pendidikan di Indonesia yang berbeda dengan sistem pendidikan di negara-negara lain.
Bisa jadi ini adalah salah satu keresahan saya dengan sistem pengajaran di banyak perguruan tinggi di Indonesia yang terlalu menekankan teori dibanding praktiknya.
Mungkin kita semua sudah mengetahui sistem pendidikan Indonesia mulai dari SD, SMP atau SMA. Waktu di era saya masih bersekolah, saya merasa bosan dan jenuh dengan hampir seluruh mata pelajaran.
Bayangkan saja, sebagai seorang murid kita harus mempelajari belasan mata pelajaran. Bukannya saya tidak mendukung hal tersebut.
Hal tersebut juga sama-sama pentingnya. Bagaimana bisa kita mengenal logika tanpa mempelajari matematika atau bagaiamana bisa saya menulis rangkaian kata ini tanpa belajar Bahasa Indonesia.
Namun, sistem pengajaran yang monoton dan tidak memberikan siswa ruang kreativitas dan ekspresi yang mungkin menyebabkan semuanya terasa bosan dan menjadi beban.
Hal yang Sama di Pendidikan Tinggi
Hal yang sama juga saya rasakan ketika saya berkuliah. Banyak mata kuliah yang seharusnya bisa dijadikan praktik namun sistem pengajarannya menekankan kita pada teori.
Atau fasilitas yang minim juga bisa menjadikan ini sebagai sebuah kendala. Bayangkan saja ketika terdapat mata kuliah fotografi atau videografi, namun peralatan dan perlengkapan yang tersedia minim.
Hal tersebut tentunya mempunyai implikasi pada goals pembelajaran mata kuliah tersebut.
Maksud dari ungkapan saya di atas adalah, bahwa seharusnya ada standarisasi tidak hanya pada silabus dan target pembelajar. Standarisasi yang benar-benar menyeluruh mungkin harus dilakukan juga dari segi fasilitas dan lain-lain.
Bukan karena kampus A memiliki fasilitas yang mahal, maka penilaiannya menjadi bagus, namun hak-hak dari setiap mahasiswa untuk mendapatkan pemahaman yang sama juga harus ditekankan.
Bukan hanya pada kualitas, namun ada sisi yang lebih substantif dari sekadar itu semua.
Kesimpulan
Sesuai dengan kata "tergantung" di atas tadi, bagi saya gelar pendidikan tinggi bukan sesuatu hal utama yang harus dikejar. Mungkin ketika saya bersekolah saya memiliki anggapan itu.
Namun, sekarang ketika saya sedang dan sudah menjalani itu semua ternyata anggapan saya berubah. Hal yang saya cari ketika berkuliah adalah teori, praktik, praktik, praktik = pengalaman.
Nahasnya, gelar pendidikan ini dijadikan patokan seseorang dalam mencari pekerjaan dan instansi atau lembaga dalam syarat minimal melamar kerja.
Baru beberapa tahun ini mulai banyak perusahaan atau lembaga yang tidak berpatokan pada gelar. Toh, nyatanya seseorang yang memiliki gelar belum tentu memiliki keahlian di bidang tersebut.
Mungkin kata-kata saya di atas agak keras dan menyakitkan, namun kenyataan itu sendiri memang keras dan menyakitkan.
Ke depan mungkin akan semakin banyak orang-orang dengan lulusan dan gelar yang banyak, sehingga mungkin ke depannya gelar itu bukan lagi suatu hal yang utama.
Saya senang banyak orang dan pelaku usaha yang sudah membuka diri untuk orang-orang minim gelar tapi memiliki kualitas yang tinggi.
Ben, 20 Juni 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H