Mohon tunggu...
Healthy

Perbedaan yang Menimbulkan Masalah

25 November 2017   12:14 Diperbarui: 25 November 2017   14:34 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Halo para pembaca, kali ini saya akan menjelaskan mengenai suatu topik yang menarik yang tentunya membuat wawasan kalian menjadi bertambah luas. Saya akan menjelaskan mengenai topik mengenai Eritoblastosis Fetalis. Eritoblastosis Fetalis adalah kelainan hemolisis (pecahnya sel darah merah/eritrosit) pada janin yang pada akhirnya nampak pada bayi yang baru lahir karena perbedaan golongan darah dengan ibunya. Yang akan saya bahas adalah "Apakah Eritoblastosis Fetalis adalah suatu kelainan yang bakal tidak bisa ditangani ataukah penyakit ini masih bisa ditangani?". Tentunya ini menjadi pembahasan yang menarik dan dapat bermanfaat bagi kalian para pembaca. Baiklah, untuk memulai pembahasan ini maka saya akan memberitahu teori mengenai golongan darah rhesus karena ini menjadi pusat inti dari timbulnya topik ini.

Sistem rhesus dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu golongan darah rhesus posistif dan negatif. Golongan rhesus posistif mengandung antigen rhesus, sedangkan golongan rhesus negatif tidak memiliki antigen rhesus. Jika antigen pada orang rhesus positif masuk ke sirkulasi darah rhesus negatif maka tubuh orang rhesus negatif tersebut membentuk antibodi untuk melawan antigen tersebut. Antibodi berguna untuk melawan dan menghancurkan sel-sel yang dianggap benda asing (antigen). Hal ini tidak baik karena akan menimbulkan pembekuan darah sehingga ginjal dipaksa untuk bekerja lebih keras untuk menangani pembekuan itu. Sebaliknya jika seorang yang memiliki golongan darah rhesus negatif mendonorkan ke orang yang memiliki golongan darah rhesus positif maka tidak akan terjadi pembekuan darah.

Sekarang kita akan masuk ke dalam topik pembahasan mengenai Eritoblastosis Fetalis.  Seperti yang saya beritahu sebelumnya, Eritoblastosis Fetalis adalah kelainan hemolisis (pecahnya eritrosit) pada janin yang nampak pada bayi yang baru lahir karena perbedaan golongan darah dengan ibunya. Perbedaan golongan darah tersebut akan mengakibatkan terbentuknya sistem imun ibu sebagai respon terhadap sel darah bayi yang mengandung antigen. Eritoblastosis Fetalis terjadi apabila bayi golongan darah rhesus positif sedangkan ibu bergolongan darah rhesus negatif.

Eritoblastosis Fetalis merupakan sindroma yang ditandai dengan anemia berat pada janin karena ibu menghasilkan antibodi yang menyerang sel darah pada janin. Sindroma adalah hasil dari inkompabilitas kelompok darah ibu dan janin terutama pada sistem rhesus. Sistem rhesus adalah sistem yang sangat kompleks dan masih banyak perdebatan mengenai aspek genetik, nomenklatur maupun interaksi antigeniknya. Pada saat 1932, Diamond, Blackfan, dan Baty melaporkan bahwa fetal anemia yang ditunjukkan dengan jumlah eritoblas yang ada dalam sirkulasi darah menggambarkan sindroma ini.

Inkompabilitas rhesus dapat disebabkan oleh isoimmunisasi maternal (Rhesus positif) ke antigen Rh oleh transfusi darah rhesus positif atau isoimmunisasi maternal dari paparan ke antigen rhesus janin pada kehamilan pertama atau kehamilan sekarang. Anak pertama yang lahir akan sehat karena ibu belum banyak mempunyai material-material penangkis terhadap antigen Rh, asalkan ibunya tidak menderita abortus atau mendapat transfusi darah dari rh positif.

Pasangan suami istri hanya memiliki 1 atau 2 anak, sedangkan anak-anak berikutnya meninggal. Pada perempuan rhesus negatif yang melahirkan bayi rhesus positif, resiko terbentuknya antibodi sebesar 8 % sedangkan insiden timbulnya antibodi pada kehamilan berikutnya karena faktor sensitisitas kehamilan pertama sebesar 16%. Tertundanya pembentukan antibodi pada kehamilan berikutnya karena oleh sensitisasi, diperkirakan berhubungan dengan respon imun sekunder yang timbul akibat produksi antibodi pada kadar yang memadai. Kurang lebih 1% wanita akan mengalami tersensitisasi selama kehamilan terutama saat trimester yang ketiga. Kemungkinan imunisasi rhesus terjadi sekitar 1-2% dari semua kehamilan namun di Asia lebih rendah.

Predominan seks pada inkompabilitas Rh adalah wanita. Pada umumnya Inkompabilitas Rh terjadi pada janin dengan Rh-positif dari ibu yang memiliki Rh-negatif. Faktor Rh adalah protein, suatu antigen dalam sel darah merah. Adanya faktor Rh membuat sel darah tidak cocok terhadap sel-sel darah yang tidak memiliki antigen. Jika seseorang memiliki Rh-positif, berarti dia memiliki faktor Rh di dalam darahnya. Sebaliknya, jika seseorang memiliki Rh-negatif maka tidak mempunyai faktor Rh.

Kira-kira ada 85% orang memiliki Rh-positif dan 15 % sisanya memiliki Rh-negatif. Faktor Rh akan bermasalah jika Rh-positif bersinggungan dengan Rh-negatif. Sistem imun dari orang yang memiliki Rh-negatif mengidentifikasi Rh-positif sebagai penyerang yang berbahaya, suatu antigen, dan dapat memproduksi antibodi untuk melawan darah tersebut. Antibodi merupakan substansi protein yang diproduksi oleh tubuh dalam merespon suatu antigen. Antibodi ini menimbulkan masalah kehamilan pada wanita.

Sedangkan inkompabilitas ABO berarti bahwa serum ibu mengandung anti-A dan anti-B sedangkan eritrosit janin mengandung antigen respective. 20-25% pada kehamilan mengalami Inkompabilitas ABO. Inkompabilitas ABO nantinya akan menimbulkan penyakit hemolitik pada bayi yang baru saja lahir. Penyakit tersebut pada umumnya tidak parah jika dibandingkan dengan akibat rhesus, ditandai oleh anemia neonatus sedang serta hiperbilirubinemia neonatus ringan-sedang.

Inkompabilitas tidak pernah menunjukkan suatu penyebab hemolisis dan secara umum menjadi panduan bagi ilmu pediatrik dibanding masalah kebidanan. Mayoritas masalah inkompabilitas ABO dialami oleh anak pertama (40% menurut Mollison), dan anak-anak selanjutnya makin baik keadaannya. Penyakit Hemolitik pada bayi yang baru lahir berasal dari inkompabilitas ABO pada umumnya ditemukan di suatu keadaan dimana ibu memiliki tipe golongan darah O, karena tipe darah grup masing-masing menghasilkan anti-A dan anti-B yang termasuk kelas IgG yang dapat melewati plasenta untuk berikatan dengan eritrosit pada janin.

Beberapa kasus menyatakan bahwa penyakit hemolitik ABO tampak hiperbilirubinema ringan-sedang selama 24-28 jam pertama kehidupannya. Hal ini jarang tampak dengan anemia yang signifikan. Banyaknya jumlah bilirubin dapat menimbulkan kernikterus terutama pada neonatus preterm. Fototerapi di pengobatan awal dilakukan meskipun transfusi tukar yang mungkin diindikasikan untuk hiperbilirubinema. Seks predominan eritroblastosis fetalis akibat inkompabilitas ABO yaitu sama antara laki-laki dan perempuan.

Secara garis besar, terdapat dua tipe penyakit inkompabilitas yaitu:inkompabilitas Rhesus dan inkompabilitas ABO. Keduanya mempunyai gejala yang sama, tetapi penyakit Rh lebih berat karena antibodi anti Rh yang melewati plasentalebih menetap bila dibandingkan dengan antibodi anti-A atau anti-B. Insidens pasienyang mengalami inkompatibilitas Rhesus (yaitu rhesus negatif) adalah 15% pada ras berkulit putih dan 5% berkulit hitam dan jarang pada bangsa asia.

Rhesus negatif  pada orang indonesia jarang terjadi, kecuali adanya perkawinan dengan orang asingyang bergolongan rhesus negatif. Selama 20 tahun, dari tahun 1972-1993, Hudono(1993) menemukan di Jakarta hal-hal sebagai berikut: 8 kasus antagonismus Rhesus dengan istri Rh negatif, semuanya bukan orang Asia; hanya pada 2 orang ibu (25%) terjadi imunisasi. Selanjutnya dalam waktu yang sama dijumpai 2 kasuseritroblastosis fetalis karena inkompabilitas ABO dan 2 kasus lainnya yang tidak diketahui dengan pasti sebabnya, satu diantaranya mungkin karena inkompabilitas ABO.

Bentuk ringan tidak memerlukan pengobatan spesifik, kecuali bila terjadikenaikan bilirubin yang tidak wajar. Bentuk sedang memerlukan tranfusi tukar,umumnya dilakukan dengan darah yang sesuai dengan darah ibu (Rhesus danABO). Jika tak ada donor Rhesus negatif, transfusi tukar dapat dilakukan dengandarah Rhesus positif sesering mungkin sampai semua eritrosit yang diliputi antibodidikeluarkan dari tubuh bayi. Bentuk berat tampak sebagai hidrops atau lahir mati yang disebabkan oleh anemia berat yang diikuti oleh gagal jantung. Pengobatan ditujukan terhadap pencegahan terjadinya anemia berat dan kematian janin.

1.Transfusi tukar Tujuan transfusi tukar yang dapat dicapai :

a.Memperbaiki keadaan anemia, tetapi tidak menambah volume darah.

b.Menggantikan eritrosit yang telah diselimuti oleh antibodi (coated cells) dengan eritrosit normal (menghentikan proses hemolisis).

c.Mengurangi kadar serum bilirubind.

d.Menghilangkan imun antibodi yang berasal dari ibu.

Yang perlu diperhatikan dalam transfusi tukar :

a.Berikan darah donor yang masa simpannya 3 hari untuk menghindarikelebihan kalium. b.Pilih darah yang sama golongan ABO nya dengan darah bayi dan Rhesusnegatif (D-).

c.Dapat diberikan darah golongan O Rh negatif dalam bentuk Packed redcells.

d.Bila keadaan sangat mendesak, sedangkan persediaan darah Rh.negatif tidak tersedia maka untuk sementara dapat diberikan darah yang inkompatibel (Rh positif) untuk transfusi tukar pertama, kemudian transfusi tukar diulangikembali dengan memberikan darah donor Rh negatif yang kompatibel.

e.Pada anemia berat sebaiknya diberikan

 packed red cells.

i.Pertama-tama ambil darah bayi 50 ml, sebagai gantinya masukan darahdonor sebanyak 50 ml. Lakukan sengan cara diatas hingga semua darahdonor ditransfusikan.

f.Darah yang dibutuhkan untuk transfusi tukar adalah 170 ml/kgBB bayi dengan lama pemberian transfusi 90 menit.

g.Lakukan pemeriksaan reaksi silang antara darah donor dengan darah bayi, bila tidak memungkinkan untuk transfusi tukar pertama kali dapat digunakandarah ibunya, namun untuk transfusi tukar berikutnya harus menggunakandarah bayi.

h.Sebelum ditransfusikan, hangatkan darah tersebut pada suhu 37C.

2.Transfusi intra uterin

Pada tahun 1963, Liley memperkenalkan transfusi intrauterin. Sel eritrositdonor ditransfusikan ke peritoneal cavity janin, yang nantinya akan diabsorbsi danmasuk kedalam sirkulasi darah janin (intraperitoneal transfusion). Bila paru janinmasih belum matur, transfusi intrauterin adalah pilihan yang terbaik. Darah bayiRhesus (D) negatif tak akan mengganggu antigen D dan karena itu tak akanmerangsang sistem imun ibu memproduksi antibodi. Tiap antibodi yang sudah ada pada darah ibu tak dapat mengganggu darah bayi. Namun harus menjadi perhatian bahwa risiko transfusi intrauterin sangat besar sehingga mortalitas sangat tinggi.Untuk itu para ahli lebih memilih intravasal transfusi, yaitu dengan melakukancordocentesis (pungsi tali pusat perkutan). Transfusi dilakukan beberapa kali padakehamilan minggu ke 26--34 dengan menggunakan Packed Red Cells golongandarah O Rh negatif sebanyak 50--100 ml. Induksi partus dilakukan pada mingguke 32 dan kemudian bayi dibantu dengan transfusi tukar 1x setelah partus. Induksi pada kehamilan 32 minggu dapat menurunkan angka mortalitas sebanyak 60%.

3.Transfusi albumin

Pemberian albumin sebanyak 1 mg/kg BB bayi, maka albumin akan mengikatsebagian bilirubin indirek. Karena harga albumin cukup mahal dan resiko terjadinya overloading  sangat besar maka pemberian albumin banyak ditinggalkan.

4.Fototerapi

Foto terapi dengan bantuan lampu blue violet dapat menurunkan kadar bilirubin. Fototerapi sifatnya hanya membantu dan tidak dapat digunakan sebagaiterapi tunggal.

Rhesus positif (rh positif) adalah seseorang yang mempunyai rh-antigen padaeritrositnya sedang Rhesus negatif (rh negatif) adalah seseorang yang tidak mempunyai rh-antigen pada eritrositnya. Antigen pada manusia tersebutdinamakan antigen-D dan merupakan antigen yang berperan penting dalamtransfusi. Tidak seperti pada sistem ABO dimana seseorang yang tidak mempunyai antigen A/B akan mempunyai antibodi yang berlawanan dalam plasmanya, maka pada sistem Rhesus pembentukan antibodi hampir selalu olehsuatu paparan apakah itu dari transfusi atau kehamilan. Sistem golongan darah Rhesus merupakan antigen yang terkuat bila dibandingkan dengan sistem golongan darah lainnya.

Pemberian darah Rhesus positif (D+) satu kali sajasebanyak 0,1 ml secara parenteral pada individu yang mempunyai golongan darah Rhesus negatif (D-) sudah dapat menimbulkan anti Rhesus positif (anti-D)walaupun golongan darah ABOnya sama.Anti D merupakan antibodi imun tipe IgG dengan berat molekul 160.000,daya endap (sedimentation coefficient) 7 detik, thermo stabil dan dapat ditemukan selain dalam serum juga cairan tubuh, seperti air ketuban, air susu dan air liur.Imun antibodi IgG anti-D dapat melewati plasenta dan masuk kedalam sirkulasi janin, sehingga janin dapat menderita penyakit hemolisis.

Penyakit hemolisis pada janin dan bayi baru lahir adalah anemia hemolitik akut yang diakibatkan oleh alloimun antibodi (anti-D atau inkomplit IgG antibodi golongan darah ABO) dan merupakan salah satu komplikasi kehamilan. Antibodimaternal isoimun bersifat spesifik terhadap eritrosit janin dan timbul sebagai reaksi terhadap antigen eritrosit janin. Penyebab hemolisis tersering pada neonatus adalah pasase transplasental antibodi maternal yang merusak eritrosit janin.

Pada tahun 1892, Ballantyne membuat kriteria patologi klinik untuk mengakkan diagnosis hidrops fetalis. Diamond dkk. (1932) melaporkan tentang anemia janin yang ditandai oleh sejumlah eritroblas dalam darah berkaitan dengan hidrops fetalis. Pada tahun 1940, Lansstainer menemukan faktor Rhesus yang berperan dalam patogenesis kelainan hemolisis pada janin dan bayi. Levin dkk (1941) menegaskan bahwa eritroblas disebabkan oleh isoimunisasi maternaldengan faktor janin yang diwariskan secara paternal. Find (1961) dan freda (1963) meneliti tentang tindakan profilaksis maternal yang efektif.

Dengan ini maka bisa saya simpulkan bahwa penyakit Eritroblastosis Fetalis tidak dapat disembuhkan namun bisa dicegah agar kita dapat terhindar dari penyakit itu. Demikian pembahasan dari saya semoga dapat bermanfaat bagi kalian para pembaca. Maaf bila terdapat kekurangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun