Generasi yang Peka Pada Perubahan Jaman
Menurut Adi, kaum muda sekarang ada baiknya juga membaca trend. Namun, jangan sampai mereka kehilangan karakter bermusiknya. Ini tidak terkecuali untuk musisi yang ingin masuk jalur industry, ataupun mereka yang hanya ingin berkesenian / non komersil.
"Gua mau sharing sedikit aja...ini pertanyaan sebenernya beraaat....ini ada dua pendekatan sebenarnya.....kalau mereka bermusiknya dalam industri....itu harus baca trend.....mau nggak mau....itu dimana-mana.....maksudnya mau fashion juga ituuuu trend......tapi kalau dia bermusiknya dalam berkesenian.....dan dia ingin berkesenian.....dia ingin menampilkan dirinya...ya sudah keluarkanlah dirimu...karaktermu..tapi karakter itu.....nggak lekang waktu....artinya pada waktunya, dia akan nggak jadi trend....hilang....pasti...pasti...karena seni itu...nggak akan terus-terus hadir gitu....ya karena siklus, karena dilupakan, karena ada waktu yang baru....tahu-tahu ada moment lagi naik....nah, jadi kalau milenial ini..mau masuk industry..bacalah.....trend....", jelas kibordis yang didaulat menjadi arranger musik Makara band ini.
Sebaiknya milenial juga mengikuti trend. Ia mencontohkan budaya K-Pop. "Kalau kalian mau masuk industry....baca trend....trendnya kesini ikutin....cari, lihat lagi ada hook-hook yang bisa diambil atau enggak....bayangin K-Pop itu hampir sama, satu sama lainnya. Karena mereka ngikutin trend...nah, yang menarik gini.....", ucap Adi menandaskan lagi.
Kadri lalu menyebut nama musisi senior Indonesia yang berada di jalur idealis (tidak mengikuti selera pasar-red). "Oke, lebih ekstrim lagi...jamannya Yockie Suryoprayogo...dia merubah musik pop, yang tadinya trendnya seperti itu..dan dia..dikesenian (tidak membuat musik mengikuti trend-red), dan dia jadi trend...", ucap Kadri lagi.
Adi lantas memberikan contoh musisi diluar negeri, yang bisa menciptakan trend musik sendiri. Sehingga para musisi lain pun mengikuti jejaknya. Dirinya juga mengilustrasikan sebuah negara di asia, yang secara konsisten menularkan trend ke negara-negara lain.
"Itu fenomena, sama aja kayak The Beatles...Beatles agak mememberikan warna baru..Geng Pegangsaan memberikan warna baruuu...tapi itu orang-orang sangat istimewa gitu...didunia aja cuma ada Beatles yang bisa kayak gitu...tapi habis itu hadir orang lain...sehingga dia memberi warna orang lain....habis itu berubah lagi...rock kuat gitu kan...dengan genearsinya Led Zeppelin...Deep Purple...rocknya berubah lagi, jadi pasti trend itu berubah...siapa yang membuat trend, nggak tahu itu.
Ya artinya kalau ada kemampuan, untuk memberikan sesuatu yang baru.. ya...silahkan bagus itu...tapi kayak Korea...bertahun-tahun masih jalan itu....Kita nggak tahu juga siapa yang membuat trend K-Pop atau segala macem....saya lupa, tapi itu ada ceritanya gitu kan....", jelas Adi lagi.
Menurutnya para milenial perlu cermat dalam melihat trend. Mereka sebaiknya melihat kelemahan juga dalam sebuah trend. "Ini kan ceritanya kita ngomong, ke seribu orang milenial gituuuu...kalau anda mau masuk industri....pelajari trend....apa kelemahannya..berangkat dari apa yang ada...tapi kalau anda sebagai seniman....melihat musik itu sebagai seni...ya sudah....bicara ngeluarin isi hati anda....punya karakter...", jelas Adi.
Ketika orang memutuskan ikut trend, Kadri percaya, kalau mereka itu akan lebih mudah dikenali. Sebab trendpun, menghargai karakter. "Lebih tajam lagi Di.....pada saat kita bicara trend...katakan kita memutuskan ikut trend.....trendpun juga menghargai karakter kan..?artinya kalau orang ini punya keunikan tertentu...walaupun pendekatannya sama...dia akan noticeable (gampang dikenali-red)...wahhh...ini beda yang ini nihh....", ucap Kadri pada kami.
Ditengah obrolan seru kami, Jimmo berucap. "Element of surprise !", terang Jimmo menimpali kami.
Dalam menciptakan trend, tidak selalu membuat sebuah terobosan baru. Tapi dengan mengadopsi hal yang lama dan menambahkan juga hal yang baru. Adi lalu memberikan studi kasus, tentang trend penggunaan bahasa dalam musik.Â
"Kalo dia tampil ikutin trend itu bukan berarti.....sama ya...ikutin trend tetap ada sesuatu....tapi bukan dengan memberikan terobosan baru.....orang dengan bahasa musiknya...bahasa liriknya itu...agak ada semi bahasa inggrisnya....tahu-tahu dia pakai bahasa india....misalnya lagi trend bahasa melayu...yaa ikutin itu...ini simple aja gitu kan ya....masyarakat lagi familiar dengan lirik-lirik seperti itu gitu lho.....atau gaya bahasa anak muda yang gaul gitu....", jelas Adi.
Untuk contoh yang lebih gamblang lagi, Adi memberikan sampel tentang band yang pernah diawakinya dulu dan daerah dimana dulu pemakaian bahasa puitis, cukup menjadi acuan pada jamannya.
"Sekarang contohnya gini...apakah gaya-gaya bahasa jaman anak pegangsaan timur...jaman dulu...karyanya bisa masuk (diterima sekarang) ya susaah....nggak mungkin gitu lhoo...maaf ya misalnya; penggunaan kata nelangsa, (kata yang identik dengan penggunaan bahasa lampau). Itu yang namanya trend gitu lhooo, trend itu siapa yang nyiptain nggak tahulah waktu itu..tapi itu terjadi di geng Pegangsaan selama sepuluh tahun gitu semuaa....dan berhasil saat itu...yaa itu yang namanya trend....
Nah, dari segi bahasa juga beda....kayak yang misalnya Katon waktu itu....dia ngeluarkan juga bukan bahasa yang Pegangsaan, meskipun dia waktu itu puitis...Cuma trend itu sekarang sudah hilang lagi....sehingga orang lebih gamblang bahasanya....itu salah satu contoh trend ya...tapi...bukan berarti harus sama gaya bahasanya....pertanyaan ini seru...kalau mau didiskusikan bisa satu seminar...", tegas Adi menjelaskan dengan antusias.
Menjadi Rekan Generasi Milenial
Seiring dengan berjalannya waktu, Makara band juga akan berkolaborasi dengan kaum muda. Makara sedang mengumpulkan kekuatanya. Sebelum nanti pasar musik Indonesia, siap untuk dijelajahi. "Kita siy rapatkan barisan kita dulu....tapi karena Makara ini posisinya open ya....melihat dari pada perkembangan dan keperluan....bukan nggak mungkin...kalau dilihat di Youtube, saya juga pernah waktu itu share ke Feri...waktu Makara ikut pentas 'Menjilat Matahri'...membawakan karya-karya Yockie Suryoprayogo....tapi antara penyanyinya juga macem-macem ya....mungkin ada penyanyi yang relatif muda, tapi nggak muda juga siy...ada Dira Sugandi....sedapat mungkin kita juga kolaborasi....karena era yang sekarang ini adalah era kolaboratif...karena kita combine energy, resources..bukan nggak mungkin untuk mencari gimmick...atau element of surprises....", jelas Kadri yang masih semangat bermusik ini.
Makara mempunyai caranya sendiri dalam berproses, untuk menghasilkan sebuah karya musik. Mereka tengah mengumpulkan materi untuk karya berikutnya. Workshop adalah salah satu cara mereka untuk mengeksplorasi nada, saling bertukar pendapat dan menciptakan musik signature style dari Makara band.
Single Baru Makara & Tour Musik Virtual
"Kita kemarin sempat membahas juga bahwa...rencana juga akan membahas single baru juga ya....mas ya..cuman belum tahu kapan kita waktunya....karena mungkin kita perlu workshop lagi...kebetulan lagu juga udah ada....kebetulan itu lagu Adhi yang buat....nanti kita workshop aransemen bareng.....jadi itu salah satu juga untuk....menurut saya ke era musik yang sekarang....dengan karakter musik....Makara....", jelas Budhy yang pernah memperkuat sejumlah band tanah air ini.
Melihat pangsa pasar industry musik, sudah tidak ada penghalang lagi / tanpa batasan, Makara berencana untuk menggelar tournya secara virtual, serta memanfaatkan teknologi terbaru seperti NFT (Non Fungible Token). "Dengan spirit Makara...dan ada ide juga liriknya dengan bahasa inggris.....supaya ini sekarang kan akses distribusi...itu udah borderless....orang udah pake digitals tour....semua dari luar negeri juga udah bisa denger......apalagi ada NFT yang juga....tanpa batas.....mungkin suatu challenge baru ya.....", ungkap Kadri.
Kedepannya Makara akan memakai bahasa inggris juga dalam karya-karya mereka. Ini dilakukan karena Makara ingin merengkuh market lebih luas. Selain itu Makara ingin membuat sebuah diversifikasi dari album-album terdahulu, sebab dulu tidak ada lagu mereka yang memakai bahasa inggris. "Tadi sedikit aja tuh....tadi Kadri bilang kan mau pakai bahasa inggris...nah kita mau sedikit masuk kedalam trend..... karena Makara dulu tidak ada bahasa inggris......kan misalnya contohnya seperti itu.....jadi kita tidak sekedar mengeluarkan apa yang ada didiri kita...tapi....kita ingin karya kita juga diterima publik....", jelas Adri mengungkapkan.
Sebagi orang yang ada bersama Makara band, sejak formasi pertama, Kadri, mempunyai alasannya sendiri kenapa dia menggabungkan sejumlah musisi yang terbilang senior dan musisi muda, yang usianya ada dibawah Kadri. Kadri tahu
betul, peta kekuatan armada yang dipimpinya. Ini pula yang membuat formasi band Makara, mempunyai jumlah personel yang tidak biasa.
Menjadi Satu Jiwa Dalam Musik
"Saya yang punya inisiatif membangkitkan Makara lagi...karena saya sudah tahu kekuatan mereka ya.....Budhy di musik rekaman awal itu..banyak Budhy yang ngisi....Adipun udah tahu kita yaa...rangenya dia....sayapun juga mengambil posisi yang...memunculkan karakter saya sendiri...menepis image...dimana Makara pada saat itu ada Harry Mukti....jadi saya juga melakukan positioning...terhadap pengisian...porsi saya...berikutnya ada Noldy...dia itu gitaris art rock....jaman 80an itu ya....(kalau dulu namanya art rock, sebelum progresif)....dia main halus...
kadang-kadang saya juga...komunikasi supaya bisa lebih keras lagi....kemudian juga ada Adi dalam....posisinya diotaknya memerlukan tangan ketiga....maka dia ngajak Egy yang udah kibordis....di genre yang sama...karena relative dia....lebih muda umurnya...tiga puluhan...dan Broto juga umur tiga puluhan begitu....mungkin membawa sentuhan baru di Musik Makara...yang dikomandani Adi...mudah-mudahan....ini jadi suatu kekuatan dengan spirit Makara...dan pengembangan-pengembangan kedepan", ucap Kadri selaku inisiator Makara band ini.
Sama seperti Kadri, Adipun terlihat antusias menyambut personel Makara lainnya. Sebab instrument pengisinya semuanya berjumlah lebih dari satu (kecuali untuk drum dan bass). "Ini sangat menarik siy ya.....saya terbantu dengan dua kibord, dua gitar mestinya ekplorasinya.....akan...seru sekali, jadi kalau saya pikir, saya akan sangat happy...dan dengan temen-temen semuanya....ini komposisi memang unik gitu lhooo...vokalis dua, kibordis dua, gitaris dua, cuma drum sama bass aja yang sendiri-sendiri...ini hebat emang, kita lihatlah kedepannya nantii..saya optimis dan kerenn...menarik semua..", tegas Adi lagi.
Penampilan panggung merupakan faktor yang penting dalam sebuah band. Mereka harus tahu porsinya masing-masing, mengingat jumlah personel Makara yang dua kali dari biasanya. Kalau tidak ada pengaturan, itu akan menimbulkan distraksi, baik bagi para personelnya maupun audiensi yang melihatnya.
"Saya rasa penting, disatu sisi....saya sendiri sedang mencari format..tadi diampaikan dari segi format pemain instrumental....itu udah cukup banyak ya...sehingga penampilan ini jangan sampai membuat distraction.../mengganggu...Bayangkan pemusik dengan komposisi pemain yang sama. Kemudian ada dua penyanyi..satu gaya Andi /rif...satunya gaya Armand Maulana...akan terjadi terlalu rame...jadi kita mengambil porsi masing-masing supaya tetap...kelihatan enak ya...sebagai professional juga kita pikirkan outlook kita...penampilan kita, selain juga permainan music kita...", jelas Kadri lagi.
Relevansi Aspek Audio dan Aspek VisualÂ
Sebagai vokalis, Jimmo mempunyai pandangan kalau aspek visual dan audio haruslah berjalan selaras. Sebab kedua aspek ini menunjang, keberlangsungan atraksi mereka diatas panggung. Ia lalu bercerita tentang perannya kala ditunjuk sebagai art director dalam sebuah event. "Penting ya...karena tampilan visual dan suara ini juga mendukung...karena warna itu kan menarik...mata...itu satu..sebelumnya saya sama Kadri pernah ngerjain...projek diluar Makara tapi konteksnya masih progesif.
Itu namanya musik Gagah dan saya dipercaya megang art director...dan itu saya seneng bener itu....kerja dalam projek itu dimana saya...menjadi penata panggung, penata lampu...terus juga jadi background video..segala macem...dan bisa dibayangkan musik yang bercerita tentang fable gitu kan...ada salah satu judul lagu Makara judulnya 'Fabel'....'Fabel' itu perumpamaan tentang..menceritakan cerita manusia dalam pola pikir....kerajaan perhewanan....sinonimnya seperti itu. 'Fabel' bisa dibayangkan cerita musiknya seperti itu...sedangkan divideonya, saya masukin gambarnya...; Hitler atau siapa gituu...(gambar yang menyiratkan tirani-red)...menurut saya itu sangat menarik gitu lhooo..jadi menurut saya sangat penting itu...", jelas Jimmo yang juga tengah mengerjakan lirik lagu untuk Makara ini.
Berbicara mengenai kemungkinan lagu-lagu Makara dibuat dalam bentuk karya sastra; cerpen atau novel. Menurut Kadri, selaku anggota terlama di Makara band, hal itu tidaklah menutup kemungkinan. Sebab lirik lagu Makara, berbicara mengenai hal secara luas. Bahkan almarhum And Yulias dan Januar Irawan (founder dari Makara) pernah membuat skrip untuk mentransformasi lagu 'Fabel' kedalam tulisan teatrikal..., opera...
Wadah Artistik Lain
"Sebenarnya almarhum Andy Yulias dan Januar Irawan, (founder dari Makara). Mereka pernah membuat skrip untuk, mentransformasi lagu....'Fabel'... kedalam tulisan teatrikal...opera... naskahnya ada disaya itu.... tetapi belum terlaksana ya....keburu keduanya meninggal...tentu aja karena memang...karya lagu-lagu dari Makara ini banyak..cerita tentang..hal yang sifatnya luas, jadi selalu....terbuka saja kalau mau dibuat dalam bentuk tulisan atau....dibuat dalam bentuk format lain...pada suatu karya seni...so far dalam rencana belum ada....", ujar Kadri.
Lagu karya Makara, berjudul 'Laron-Laron' juga dipakai sebagai soundtrack film layar lebar bertitel 'Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas'. Terlihat bahwa apresiasi publik, terhadap karya musik indonesia lawas, masih terjaga dengan baik. Karya musik Makara lainnya juga pernah dipakai oleh Harry Roesli. "Kalau soundtrack udah....tapi itu kan cuma...lagu yang sama ditempel...tapi kalau karyanya dimunculkan dalam bentuk...'Musik Saya adalah Saya' itu ditampilkan dalam bentuk...yang berkesinambungan begitu ya...terus kemudian juga Harry Roesli pernah...bikin 'Ken Arok'.
Pada album kedua Makara, sebenarnya mereka pernah membuat satu konsep album penuh. Album itu bercerita tentang seseorang bernama 'Maureen'. "Makara di album kedua pernah bikin satu konsep album namanya...jadi dari mulai judul lagunnya 'Maureen'...cerita tentang seorang wanita....lahir di daerah Senggigi, Lombok...yang mendapat pressure sebagai anak lokal...itu kebudayaan dari asing...sampai...akhirnya dia ditinggalkan...karena adanya pertemuan budaya barat dan timur dilokasi tersebut...kita bikin cerita tuuh....sampai orang itu frustasi itu...terus kemudian...agak didramatisir sih...ada yang bunuh diri...", jelas Kadri bercerita.
 Lagu-lagu karya Makara bagi Kadri dan Adi mempunyai kesan tersendiri. Mereka melihat ada kemungkinan artistik lain, yang bisa dicapai dari situ. "Kalau lagu 'Laron-Laron'...saya tahunya itu sebuah lagu...karena bukan saya juga penciptanya....sudah dibiarkan saja. Kalau saya tertarik sebenarnya sama 'Fabel' itu bolehlah Dri ....berpikir karena....'Fabel' itu sendiri, musiknya, ceritanya bagus....bisa sangat dikembangkan itu...istimewa menurut saya...", terang kibordis senior ini.
"Fabel cerita tentang diatas kekuasaan ya....diatas itu ada kekuasaan lain ya..Dianalogikan, kerajaan tikus yang ternyata...masih takut sama elang gitu....itu juga terjadi dikehidupan-kehidpuan manusia sebenarnya...ada yang...berkuasa, nanti akan ada lagi yang berkuasa...", ucap Kadri.
Lagu dari Makara, mempunyai potensi untuk dikembangkan lebih lanjut, ke bentuk bisnis lain. Sebab sebuah lagu, merupakan hasil dari intelektual manusia juga, serta tergolong dalam IP (Intelektual Property). Berangkat dari sebuah lagu bisa berlanjut ke pembuatan sinetron, film, merchandise, serta ragam karya seni lain, yang mendatangkan keuntungan ekonomi. Meski begitu Makara masih ingin berfokus dimusik lebih dahulu, dan membiarkan semuanya mengalir begitu saja.
"Sementara belum sih ya kita memang masih fokus di musik menciptakan musik kemudian mendistribusikannya seluas mngkin nanti kalau memang itu ternyata sudah berkembang, akan menemukan jalannya sendiri. Jadi harus punya entrepreneurship ya....jadi bisa berkembang jadi satu bisnis development.....jadi ada merchandise, bikin buku, komik...tshirt dan lain-lain....itu...kita lihat berjalan secara natural aja sih.....", jelas Kadri menutup wawancara siang itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H