Mohon tunggu...
feri anto
feri anto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis untuk Indonesia

Karena menulis adalah perjalanan hati dan petualangan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Interview Session (1); Makara Band Bangkit Kembali

13 Juni 2022   01:47 Diperbarui: 15 Juni 2022   14:43 1895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi kalian generasi milenial, penikmat musik, pernahkah kalian mendengar Makara band ? Jika belum, sebaiknya kalian perlu mendengarkannya. Band yang  dibentuk tahun 1980an ini, memiliki pesonanya sendiri, mereka merupakan band yang merepresentasikan band progressive rock era 80an. Kalian bisa melihat dunia musik Indonesia, saat itu yang sedang gencar di warnai music rock, khususnya band-band rock dari luar negeri.

Makara band adalah salah satunya. Perlu kalian para milenial tahu juga, bahwa kala itu band di Indonesia, tidaklah sebanyak sekarang. Dimana semuanya berlimpah ruah di platform media social, seperti; Youtube, Vevo, Spotify, dsb. Jadi cukup mudah untuk mengenal dan mengingat sebuah grup musik.

Makara terbentuk di kampus Universitas Indonesia, Fakultas Hukum. Sejak berdirinya dari tahun 1980-2022, Makara mengalami pergantian personel sebanyak tiga kali. Kala itu, Makara sendiri membawakan lagu-lagu yang bertemakan perjuangan mahasiswa era pemerintahan orde baru. Lagu 'Laron-Laron' ialah satu dari tiga lagu Makara yang terkenal, bercerita tentang kegagalan program transmigrasi pemerintah.

Lagu 'Sangkakala' juga tak kalah vokalnya, bertutur tentang tindakan pemerintah yang melarang aktifitas politik mahasiswa dikampus. Sedangkan lagu 'Maureen' agak berbeda dari kedua single Makara sebelumnya. Lagu Maureen menceritakan tentang perempuan dipantai Senggigi, Lombok yang tidak bisa membangun desanya, karena terhalang oleh budaya setempat didaerahnya yang tidak memperbolehkan wanita menjadi pintar.

Dalam sejarah perjalanan Makara band, sejak tahun 1980 s/d 2022, mereka mengalami pergantian personel sebanyak tiga kali. Makara Mark One (1980-1987), diisi oleh Harry Moekti (vokalis), Kadri Mohamad (vokalis), Andy Julias (drum), Januar Irawan (bassist), Adi Adrian (kibordis), Agus Anhar (gitaris), pada Makara formasi awal ini album mereka diproduksi oleh ProSound dan menggandeng Billboard sebagai jalur distribusinya. Genre art-metal dibawakan Makara band pada publik kala itu.

Lalu Makara Mark Two (2001-2008), pada era ini Makara digawangi oleh Kadri Mohamad (vokalis), Andy Julias (drum), Fadhil Indra (kibordis), Ule Awan Setiawan (kibordis dan gitaris), Rifki Rachmat (gitaris), Kiki Caloh (bassist), Jimmo (vokalis). Single 'Maureen'pun tercipta, dengan konsep yang menarik, yaitu daftar lagunya menjadi satu rangkaian cerita yang berurutan. Lagu ini bercerita tentang wanita di Senggigi, Lombok yang bunuh diri, karena tidak dapat memajukan desanya, yang disebabkan pandangan negative, masyarakat dikampungnya, yang menganggap wanita tidak boleh berpikiran maju. Album 'Maureen' (2008), ada dibawah bendera PRS Records. Album Maureen kurang mendapat respon dari pasar, maka sebagian anggotanya membentuk The KadriJimmo (KJP)


Selanjutnya Makara Mark Three (2021-sekarang), pada format Makara yang terbaru ini, lagu 'Laron-Laron' dipakai sebagai soundtrack film. Berawal pada tahun 2021, ketika Pak Adi Nugroho (Prosound) berencana merilis rekaman album Makara di Spotify. Bersamaan dengan itu pula, PALARI film meminta agar lagu 'Laron-Laron' dipakai sebagai OST film "Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas". Kadri lalu mengajak Adi Adrian agar mengaktifkan Makara band kembali. Adripun sepakat, mereka lalu membentuk Makara band dengan personil anyar. Dipilihlah Budhy Haryono (drum), Noldy Benyamin (gitaris), Soebroto Harry (bassist), Adi Adrian (kibordis), Kadri Mohamad (vokalis), dan Jimmo (vokalis). Berbekal pengalaman dari para personelnya, Makarapun siap kembali masuk dapur rekaman.

Makara Band Mengatasi Jaman 

Sebagai band legendaris Indonesia, Makara band mempunyai pengalaman berkarir dibidang musik dan kebijaksanaan dari masa lalu, yang bisa kita simak. Beberapa waktu silam, saya berhasil mewawancarai Makara band. Hal yang menarik dari wawancara saya kali ini adalah saya mewawancarai dengan empat personel Makara band sekaligus. Mereka berbicara tentang kebangkitan Makara band kembali. "Ada semangat idealisme progresif rock yang kita usung, kita tidak main di segmen pop, rock atau yang lain. Karena menurut saya musik itu siklusnya 'kan selalu berulang, jadi ya...terus berputar siklusnya...", terang Adi Adrian yang juga memperkuat band KLA Project ini. Ia lalu bercerita tentang pertemuanya dengan Kadri dan Budhy, di tahun 1986 dan pentingnya chemistry dalam sebuah band.

"Saya percaya musik kita masih relevan, Kadri sendiri bilang kalau kita sendiri (Makara-red) masih memainkan musik lama, kita pengen mendapatkan chemistry lagi. Saya bertemu Kadri sudah cukup lama, dulu albumnya itu tahun 1986, lalu Budhy Haryono tahun 1986 juga....kita ngejam session secara live, supaya timbul chemistrynya...terus masuk juga anggota baru; Noldy, additional player Eggy, Yangjay...kita berusaha mendapatkan chemistrynya untuk bisa menghasilkan karya musik", jelas Adi lagi.

Sebagai grup band, Makara sudah melewati 36 tahun di dunia industri musik Indonesia. Pada era kemunculannya dulu, kondisi musik dunia tidaklah seriuh sekarang. Jika dulu akses untuk memiliki hasil karya musisi hanya bisa didapatkan di toko kaset. Tidak berlaku untuk jaman milenial sekarang, kita bisa mendapatkan hasil karya musisi, tidak cuma di toko kaset / toko yang menjual karya musisi, tapi juga didunia maya.

Sebuah duplikasi dunia nyata, yang menawarkan kita solusi. Termasuk mendapatkan karya musik dari seorang musisi, tanpa harus memilikinya secara fisik. Dengan adanya dunia digital ini, tanpa kita sadari atau tidak, mereka telah menghadirkan media pengarsipan, yang bisa kita akses setiap saat. Tak terkecuali dunia musik. Hampir semua data musisi, bisa kita temui di dunia maya.


Musisi-musisi yang hadir dari era lampau, maupun musisi dengan kemunculan tahun terkini. Kita bisa mengetahui karya-karya terbaru yang mereka miliki. Dan dengan mudahnya kita melewati batas negara, untuk mendapatkan informasi mengenai musisi kesukaan kita. Generasi muda merupakan, pengguna media internet yang cukup banyak porsi pemakaiannya.

Kaum milenialpun mulai mengakses, musisi-musisi lampau, era 60an-80an, mencoba mencari tahu, mempelajari, hal apa yang bisa mereka ambil / gunakan. Termasuk pula media sosial memegang peranan disini; untuk memajukan dunia musik, mengenalkan musisi ke publik, sampai membentuk industri musik sendiri. "Menurut saya ada kebanggaan dari teman-teman musisi lama, tentang karya mereka yang masih dikenang sampai sekarang.

Dan banyak juga musik-musik seperti Makara yang tidak cuma bercerita mengenai cinta. Tapi tentang longterm kegerakan mahasiswa saat itu, urbanisasi, polemic, yang sekarangpun masih relevan ", ungkap vokalis yang ada bersama Makara band sejak awal berdirinya ini. Menurut Kadri lagi, orang-orang masih cukup senang mendengarkan lagu-lagu lama. "Adanya hoaks, social media, musik ini tetap relevan disampaikan. Jadi medianya juga cukup banyak, medengar. Sehingga akhirnya orang punya akses unlimited, sky is the limit. Orang bisa mengulik lagi, mencari lagi arsip musik-musik lama, kita sendiri merasa senang dengerin lagu-lagu dijaman Chrisye, Yockie Suryoprayogo, Harry Roesli. Ada Diskoria, itu juga gitu...memunculkan musiknya dengan sentuhan gaya sekarang.....". 

Musisi jaman sekarang juga terinspirasi musisi lain. "Apalagi juga jaman musisi sekarang melihat musisi lain. Dia garap musik-musik yang lama, yang dianggap musik vintage / antik. Didandani secara era itu, sehingga tetap menarik", jelas Kadri menambahkan.

Hampir mirip dengan tanggapan Kadri, Budhy melihatnya dari sudut pandang yang lain. Budhy melihat adanya fenomena dimasyarakat, yang membuat lagu-lagu lama, kembali digandrungi. "Saya melihat fenomena dimasyarakat, sebenarnya YouTube, multimedia ikut andil juga. Cuma ada juga, hal lain diluar itu semua, yakni; anak-anak sekarang itu meminatinya, ada komunitasnya. Sebut saja, anaknya Hendi (drummer GIGI-red) itu baru berumur antara 15-16 tahun, dia itu nyari walkman Sony...album-album yang didengarkan juga, album jaman saya dulu SMA, kayak; Vandergraf Generator, Camel, Kansas, macem-macem...", jelas drummer ramah ini.

Dirinya menjelaskan kalau, Makarapun bisa jadi band alternative yang meramaikan musik Indonesia di masa kini. "Musik yang didengarkan itu kan jaman SMA, padahal dia anak sekarang. Maaf-maaf ya....album-album luar mungkin banyak pilihannya...tapi mungkin untuk pilihan-pilihan Indonesia...di genre seperti itu bisa dihitung jari....mudah-mudahan Makara ada disitu....saya sih berharap seperti itu.....", jelas Budhy lagi.

Perbincangan kami berlangsung seru, ditengah perbincangan Jimmo menambahkan. "Gua pengen nambahin sedikit....tadi dibilang mendengarkan lagu-lagu Indonesia jaman dulu....itu juga nggak lepas dari fenomena pergeseran.....dari kita industry analog.....sekarang digital...itu juga....ngebuat pasarnya ini belum settle / mapan". Upaya untuk saling mengcover lagupun, makin digemari netizen.

"Gua pengen nambahin sedikit....tadi dibilang mendengarkan lagu-lagu Indonesia jaman dulu....itu juga nggak lepas dari fenomena pergeseran.....dari kita industri analog.....sekarang digital...itu juga....ngebuat pasarnya ini belum settle / mapan. Akhirnya para pelaku industri itu.....kayak produser...dan pegiat musik lainnya....ngeliat nih....ahhh...kalau mengcover lagu orang...bisa tembus lima belas juta view nihh....di Youtube ataupun segalam macam platform.....", kata Jimmo yang pernah menjadi partner duet Melly Goelsaw ini.

Menurut Jimmo, ekosistem yang terbentuk akibat platform media sosial, bisa berpotensi menghambat kebudayaan. "Kalau mereka bikin produksi baru....udah ketahuan budget promosinya berapa...segala macam...dan itupun belum tentu menghasilkan yang sama....jadi menurut saya ini suatu fenomena yang unik yang terjadi di Indonesia.....dan ini mesti hati-hati juga nih...dalam artian....kalau ekosistemnya gini-gini aja....musiknya nggak kemana-mana gitu lho....musiknya nggak maju-maju...disayangkan sih....akhirnya kebudayaan jadi tidak berkembang...gitu sih....kalau menurut gue...".

Menilik Orisinalitas Musik Makara

Setiap musisi mempunyai orisinalitas musiknya sendiri, dalam artian mereka mempunyai ciri khasnya sendiri dalam bermusik. Poin inilah yang membuat mereka menjadi lebih dikenali, dan tentu saja menjadi factor pembeda dengan musisi lainnya. Bagi Adi Adrian musik Makara memiliki gayanya sendiri. "Saya percaya Makara punya gaya sendiri...ada segmen yang tidak terpenuhi dengan apa yang dihadirkan sama musik sekarang, makanya mereka mencari-cari....jadi sebenarnya Makara tidak menjadi 'orang lain' ", ujar pria berambut sebahu ini.

Adi lalu menceritakan tentang beberapa lagu Makara yang melekat dibenak penggemarnya kala itu. "Jadi ada lagu Makara yang berjudul 'Sangkakala' tidak kita aransemen ulang.....tidak diperbaharui....lagu 'Mata Jiwa' itu....tidak. Kebetulan teman-teman Makara mempercayakan saya....tapi dalam kasus lagu-lagunya Makara.....sama sekali tidak kita arrange.....karena saya percaya...apa yang Makara buat ditahun '86 ituu....sesuatu yang signifikan....jadi punya pasar yang tidak tergantikan....".

Dirinya memberikan studi kasus tentang anak dari Hendy GIGI. "Jadi seperti...anaknya Hendy... yang mencari lagu lama...tentu bukan....lagu yang diperbaharui....bukan Van der Craft yang diperbaharuii tentu saja tidak....bukan Kansas yang diperbaharui...tidak....".

Menampilkan musik dan visual yang baik, merupakan tanggung jawab yang digenggam Makara. "Kita menampilkan musik Makara dengan perencanaan yang baik....bunyi yang baik...dan visual yang baik....lagu-lagu yang sekarang kita bawakan juga dengan atmosfirnya Makara. Saya percaya Makara sudah punya style....Kalau nggak salah Makara itu masuk dalam 150 album terbaik majalah Rolling Stone, saya bangga dengan Makara, karena nggak main-main", jelas Adi sambil membetulkan kacamatanya. 

Menurut Adi lagu 'Laron-Laron' masuk dalam 150 album lagu terbaik Indonesia. Makara juga tidak merubah ciri khasnya, termasuk juga ketika berkolaborasi bersama musisi senior lainnya. "Apa yang dihasilkan di album 'Laron-Laron' itu termasuk 150 album lagu terbaik Indonesia. Itu kami tidak gantikan cara....bermusiknya....bahkan kita juga membawakan lagu lain kan....kita....arahkan ke gayanya Makara....kita bawakan juga lagunya Iwan Fals....kita bawakan juga lagunya Mas Yockie Suryoprayogo....God Bless....tapi kita mengarahkan agar itu sesuai dengan gaya kita iya....disitu caranya kami agar bisa mendapatkan tempat ya......saya pikir itu", ungkap Adi lagi.

Menempati Ruang di Hati Kaum Muda

"Saya tertarik yaa....tadinya saya merasa saya salah tingkah....dalam konteks gua mesti bersikap apa ya.....karena ada kiri dan kanan yang punya kekuatan...disatu sisi....kiri seperti Adi sampaikan....kita munculin...tampilin apa yang kita punya...mungkin sedikit penyesuaian, tapi disatu sisi....jangan sampai kita dianggap jadul....ini yang menarik ini.....jadul / old fashioned....", jelas Kadri menambahkan. Ketika berkunjung di sebuah caf, Kadri pernah menjumpai sebuah pengalaman menarik, dengan pengunjung disana.

"Saya kasih gambaran, suatu saat.....saya main ke tongkrongannya anak-anak indie....namanya Coffee War.....itu ada dua penampil indie......disitu dengan fansnya......tiba-tiba kita main.....sesuai dengan jenis musik kita ini.....kita membawakan lagu Makara dan ada lagu Mahardika...ternyata banyak yang nyamperin.....mereka nanya... "Om, ini band apa Om ?"....bawain lagu siapa ini ?. Lagu sendiri....wuihhhh, dahsyat banget....kok kita nggak pernah denger.....", kata pelantun lagu 'Sangkakala' ini.

Pentingnya sebuah idealisme dan team work dalam sebuah band. Kepercayaan penuh, nampaknya sudah ditugaskan kepada Adi, untuk meramu musik Makara, agar dapat tersampaikan dengan apik. "Tapi kita memang menjadi yakin, karena kita....memang menunjuk Adi yang sudah berpengalaman....membawa musik Makara dan music KLA Project. Untuk berbuat sesuatu.....bahwa ada orang kita justru antithesis kepada.....orang-orang yang ingin simplifikasi....sekarang main di sound, melodinya nggak kebanyakan.....liriknya gampang....simple....kalau kita nggak rumit...tapi membuat rumit..kalau orang bikin musiknya nggak enak, orang itu tahu.....ini challengenya nihh.....jangan bikin music rumit, tapi kagak

enak.....ya...harus tetap substantive....harus tetap signifikan.....itu yang menarik...dan itu menjadi atensi....", terang Kadri menandaskan pandangannya itu.


Tetap Tegak Dalam Pergantian Masa

Sebagai band yang terbilang senior, dan sudah terbukti masih eksis sampai sekarang di ranah industri musik Indonesia. Makara membagikan tipsnya, agar bisa terus bermusik, meskipun sudah melewati hitungan puluhan tahun. Jimmo berujar, "Karakter itu penting, keluarin aja karakternya...munculin kelebihan dan tutupin kekurangan...kita tahu diri kita sendiri, kita tahu apa yang kita mainkan, kalau kata Adi...ga usah peduli apa kata orang...".

Kadripun ikut meneguhkan jawaban Jimmo. "Gua yakin banget ya....digawangin Adi, Budhy, dan temen-temen yang lain...nggak peduli kata orang.....beda lho....ama band gw sebelumnya....masih lihat kiri-kanan pusing.....ga peduli kata orang....hajar aja.....jadi kita nampilin musik sebaik mungkin ya.....profesional....dan pasti nanti pada waktunya....mudah-mudahan, ga terlalu lama....kita akan mengambil porsi dipasar.....", jelas Kadri lagi. Musik Makarapun, menurut Jimmo, memang dibuat tapi juga tidak dibuat-buat. Mereka tetap memperhatikan kenyamanan pendengarnya.

"Tapi jawaban saya tadi, bukan berarti kita harus rumit ya.....bukan....artinya kalaupun kita....bergerak dalam teritori pop.....ataupun, apapun itu.....berusaha untuk tetap mencari karakter...mengeluarkan karakter.....apa adanya....terus juga....nggak harus rumit....kalaupun pop...ya pop aja...yang pasti....saya selalu percaya begini ya......music itu memang dibuat....tapi nggak dibuat-buat.....artinya juga harus keluar dengan sendirinya...artinya kalau kita merasa nyaman....orang yang mendengarkan diluarpun merasa nyaman. Itu yang saya percaya sih...", tambah Jimmo.

Kadri beranggapan bahwa dalam membuat lagu, anggota Makara band betul-betul mempertimbangkan kualitas muatannya. "Ya...dalam batas itu sih Jimm....tadi gua itu pembahasannya dengan gampang.....bahwa ada orang mensimplify.....bilang bahwa musik kita rumit, tapi rumit itu kan sangat debatable......bukan berarti kita mengada-ada, tentunya kita sudah punya karakter musik......orang main tiga jurus...kita nggak tiga jurus.....naah itu tidak mengada-ada....karena dalam......harmonisasi ada teorinya....", ujar pentolan band Makara ini.(bersambung Interview Session Seri 2)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun