Pemukiman Kotabaru di jantung kota Jogjakarta, yang terletak di Kecamatan Gondokusuman, hingga kini masih berkesan asri.
Dahulu disebut Nieuwe Wijk, sebagai daerah pemukiman Indische bagi orang Belanda karena perubahan sosial yang terjadi di wilayah Kotabaru Jogjakarta pada waktu itu
Sekitar tahun 1920 an dengan meningkatnya perkembangan bidang industri gula dan bidang pendidikan dan kesehatan membuat jumlah orang Belanda yang menetap di Jogjakarta semakin bertambah dan meningkat dan Kotabaru merupakan wilayah pemukiman alternatif setelah kawasan Loji Kecil dengan fasilitas lengkap dengan tata kota yang menarik.
Masih kokoh berdiri bangunan peninggalan kolonial Belanda selain rumah-rumah kuno yang tetap terjaga keaslian dan keasriannya
Gereja Santo Antonius Kotabaru, bangunan yang memiliki menara tinggi yang terletak di depan gereja, terdapat juga tiang-tiang yang besar terbuat dari semen cor sebanyak 16 buah serta plafon berbentuk sungkup
Gereja ini berdiri tahun 1926, awalnya bernama Gereja Santo Antonius Van Padua
Perubahan nama ini berawal dari tempat ibadah yang dulunya di rumah Mr. Pequin ( depan Masjid Syuhada ) yang banyak sehingga tempatnya tidak mencukupi
Kantor Asuransi Jiwasraya, pada jaman Belanda merupakan rumah dari salah satu pegawai asuransi Nill Maatschappij.Â
Kemudian pada masa pendudukan Jepang digunakan untuk tempat tinggal perwira tinggi angkatan bersenjata Jepang yang bernama : Butaico Mayor Otsuka.
Setelah kekalahan Jepang melawan Sekutu, tempat ini digunakan untuk perundingan pelucutan senjata oleh Muhammad Saleh Bardosono dengan Butaico Mayor Otsuka pada tanggal 6 Oktober 1945.
SMU Bopkri 1 : pada jaman dahulu digunakan sebagai gedung Christelijke MULO dan Akademi Militer.
Gedung SMP 5 : bangunan ini dahulu digunakan untuk Normalschool.
Gedung SMAN 3 : dulu digunakan untuk AMS.
Gedung Kolese Santo Ignatius, dahulu merupakan kantor Kementrian Pertahanan dan Kantor Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta yang selanjutnya digunakan untuk markas gerilya Pangsar Soedirman.
Gedung Bimo , sebuah bangunan besar dengan rancangan art deco yang berkembang pada tahun 1920-1930
Konsep art deco adalah rancang bangun yang mengutamakan unsur tradisional setempat dengan tetap menerima inovasi baru yang memungkinkan bangunan ini berbeda dengan bangunan yang lain.
Sederetan bangunan kuno yang lain juga dengan mudah kita temui seperti : gedung bekas Kementrian Luar Negeri di simpul jalan menuju jembatan Gondolayu, rumah Brigjen Katamso di sebelah timur Stadion Kridosono, bangunan yang sekarang digunakan sebagai kantor Dinas Pariwisata dan bangunan gardu listrik hasil karya Belanda pada waktu itu
Daya tarik utama selain terdapat bangunan-bangunan kuno, Kotabaru juga terkenal jembatan Kewek, jembatan penyeberangan yang melintasi Kali Code yang menghubungkan Stasiun Tugu dengan Kotabaru
Secara resmi namanya jembatan Kerkweg, tetapi orang jawa biasa menyebutnya Kreteg Kewek.
Dipinggiran Kali Code, sekarang lebih semarak dengan adanya kios-kios bunga
Tak lekang oleh waktu, Kotabaru tetap menjadi pilihan elit favorit masyarakat Jogjakarta
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI