Mohon tunggu...
Ben Baharuddin Nur
Ben Baharuddin Nur Mohon Tunggu... Profesional -

Menulis untuk berbagi, membaca untuk memahami dan bekerja untuk ibadah, Insya Allah. | email: ben.bnur@gmail.com | twitter :@bens_369

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pergulatan Terakhir Membangun Koalisi Menjelang Deadline

15 Mei 2014   01:06 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:31 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa pendukung Jokowi harus membuat model kampanye seperti itu? Kata kubu lawannya agar Jokowi tercitrakan sebagai orang terdzolimi dan akhirnya “dikasihani” untuk membangkitkan simpati rakyat terutama kalangan golput yang ternyata di Pileg 2014 ini yang diperkirakan sekitar 24,89 %. Karena kampanye “RIP” itu sudah beredar dengan penyebaran pola spiral yang luar biasa di berbagai media sosial, maka tidak perlu lagi pendukung Jokowi menyanggahnya.

Ingat kata-kata bijak filsuf  Tiongkok bernama Sun Tzu dalam bukunya The Art of War.He who knows when he can fight and when he cannot, will be victorious.” Barang siapa yang tahu kapan harus bertarung dan kapan tidak harus, akan menjadi pemenang.Kubu lain yang membaca artikel ini juga bisa memanfaatkan nasehat ini. Lebih baik sama-sama menahan diri kalau yakin anda benar bukan sumber dari iklan konyol itu. Percayalah, kaum golput itu bukan pemilih biasa. Mereka umumnya kalangan berpendidikan yang memang memilih untuk tidak memilih dengan alasan-alasan rasional. Mereka diam-diam mengamati kubu mana yang benar dan mana yang salah. Karena sepandai-pandai manusia menyembunyikan bangkai pada akhirnya akan tercium juga.

Strategi kedua yang bisa ditempuh Jokowi adalah menambah satu lagi mitra koalisi bila perlu. Katakanlah memang perlu, maka setidaknya dengan 5 % suara saja sudah cukup pasti sehingga potensi dasar koalisi PDI-P akan mencapai angka 39,97 %.  Ingat satu lagi nasehat Sun Tsu: “Know your enemy and know yourself and you can fight a hundred battles without disaster. Siapa sajakah koalisi bakal pesaing PDI-P  di luar sana? Siapa saja partainya dan siapa Calon Presiden dan Wakil Presiden yang kemungkinan akan diusung. Karena bagaimanapun dalam pertarungan Pilpres mendatang faktor partai dan tokoh yang diusung pengaruhnya masih signifikan.

Pergulatan di Kubu Prabowo

Di kubu Prabowo sekarang ini, setidaknya juga sudah ada dua partai yang meyakini kubu Prabowo yang akan keluar sebagai pemenang selain Gerindra tentunya. Partai itu adalah PPP dan PAN.  Keduanya berbasis massa islam yang akan melengkapi Gerindra yang lebih dikenal sebagai partai kaum nasionalis.

Potensi suara koalisi ketiga partai ini baru mencapai 25,93, atau kurang sedikit mengingat adanya friksi di dalam tubuh PPP sebelum benar-benar merapat ke kubu Prabowo. Hanya pendaratannya yang agak kurang mulus, demikian pendapat sebahagian kalangan. Pernah dilakukan pendaratan pertama yang dipiloti oleh Surya Dharma Alie lalu karena co-polit-nya belum memberikan persetujuan, pesawat PPP mengudara lagi. Setelah berputar di udara beberapa saat akhirnya mendarat kembali di bandara yang sama dengan mulus. Pendaratan yang sempat mengundang kontroversi ini tentu saja mengundang kekecewaan penumpang, dan ada kemungkinan sejumlah orang mungkin berpikir untuk tidak ingin lagi menjadi penumpang.

Untuk dapat menjadi rival sesungguhnya dari koalisi PDI-P maka menjadi keharusan bagi kubu Koalisi Gerindra untuk menambah sejumlah potensi suara agar angkanya bisa di atas 30 %.  Partai mana gerangan yang paling mungkin ditarik oleh kubu Prabowo untuk menggenapi angka itu? Di luar orbit kubu Jokowi dan Prabowo yang saat ini sudah bisa disebut planet yang utuh lengkap dengan satelitnya, masih ada sejumlah partai yang belum jelas akan masuk ke orbit planet mana. Diantaranya ada PKS (6,19 %) , Golkar (14,75 %), Hanura (5,25 %) dan Demokrat (10,19 %).

Kalau anda adalah pengambil keputusan di kubu Prabowo, partai apa yang paling strategis untuk anda tarik masuk ke orbit anda? Tentu anda sepakat bahwa ukuran besarnya suara bukanlah jaminan. Besar atau kecil itu adalah sesuatu yang bisa diukur, di dalam ilmu manajemen, biasa disebut tangible asset (Aset Terukur).

Di balik itu semua ada hal yang tak kalah pentingnya yang biasanya tidak bisa diukur secara pasti besarannya, hanya bisa diasumsikan, yakni intangible asset (Aset Tak Terukur).  Apa saja yang ada di dalamnya? Sebutlah loyalitas anggota partai, semangat juang, militansi, budaya partai, tingkat kebersihan, intelektualitas kolektif, bahkan termasuk pencitraan).

Maka bila saya yang diminta menilai, saya cenderung mengatakan bahwa diantara keempatnya, PKS yang memiliki total aset 6,19 namun karena massa PKS relatif merupakan massa pendukung yang loyal dan militan, maka itu bisa menjadi kekuatan tersendiri bagi kubu Prabowo. Apalagi di sana sudah ada PAN yang meskipun secara tangible assetnilainya hanya 7,59 % tetapi PAN dicitrakan sebagai partai berbasis massa Muhammadiyah yang lebih egaliter. Kehadiran PKS dan PAN akan melengkapi kubu Prabowo yang telah memiliki PPP yang berbasis massanya bisa disebut mayoritas kaum Nahdiyin yang sangat loyal terhadap fatwa para Kiyainya.

Jadi bila PKS bergabung, total aset suara kubu Prabowo akan menjadi 32,72 %, sudah mendekati angka aset Jokowi yang mencapai 34,71 %, asal kubu Jokowi tidak menambah suara lagi sehingga partai yang tersisa cukup percaya diri untuk membangun poros ketiga. Apalagi kubu Prabowo dengan senang hati telah memberikan kursi wakil kepada Hatta Rajasa, maka selain akan mengentalkan loyalitas dukungan di dalam tubuh PAN sendiri, juga tidak menutup kemungkinan akan menarik simpati kalangan Muhammadiyah yang sekarang ini banyak tersebar di sejumlah partai berbasis nasionalis, terutama di tubuh Golkar dan Demokrat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun