Berbicara tentang anak dan gizi, konsumsi makanan yang bernilai gizi tinggi sangat diperlukan bagi mereka untuk memelihara, memelihara dan mengembangkan kesehatan, tumbuh kembang. Pola makan seimbang yang cocok untuk olahraga anak membantu anak mendapatkan energi yang dibutuhkan untuk beraktivitas. Di Indonesia dan negara berkembang pada umumnya, kekurangan energi protein (PEM), anemia zat besi, penyakit defisiensi yodium (GAKY), masalah defisiensi vitamin A (KVA) dan obesitas terutama terjadi di kota-kota besar.
Malnutrisi pada generasi muda dapat mempengaruhi perkembangan mental, kemampuan berpikir dan menyebabkan gangguan otak permanen (Almatsier, 11:2002). Oleh karena itu, diperlukan kuantitas dan kualitas yang memadai untuk mendukung capaian pembelajaran tersebut pada masa pertumbuhan dan perkembangan. Kurangnya energi dari makanan menyebabkan seseorang kekurangan energi untuk bergerak, bekerja dan beraktivitas (terutama aktivitas olah raga). Masalah makan yang paling sering terjadi pada anak adalah kesulitan makan secara teratur baik dari segi kualitas maupun kuantitas makanan. Anak sekolah sering kali tidak sarapan terlebih dahulu karena terburu-buru karena sudah terlambat. Selain itu, remaja putri yang ingin menjaga tubuh langsing seringkali menyerah untuk berdiet karena takut berat badan bertambah dan terlihat tidak menarik.
Pada makanan anak, selain memberikan pertumbuhan otak dan kecerdasan, nilai gizinya juga harus lebih diperhatikan, terutama protein yang mendorong pertumbuhan tinggi badan. Protein merupakan zat gizi yang sangat penting bagi tubuh, karena selain sebagai zat pembangun dan pengatur, protein merupakan sumber asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak terdapat pada lemak atau karbohidrat. Anak biasanya mengalami kesulitan makan (tidak mau makan) sehingga menghambat pertumbuhannya. Kebiasaan anak yang tidak makan teratur 3 kali sehari menyebabkan perut kosong, gula darah rendah, lemas, sulit konsentrasi dan menurunnya semangat belajar.
Pertumbuhan anak tidak sesuai dengan potensinya, dengan kata lain mengalami penurunan akibat kurangnya konsumsi protein. Protein digunakan sebagai bahan bakar agar anak yang kekurangan protein memiliki otot yang lembut dan rambut yang mudah rontok. Anak-anak dari tingkat sosial ekonomi menengah ke atas rata-rata mempunyai berat badan lebih tinggi dibandingkan anak-anak dari keadaan ekonomi rendah (Almatsier, 11:2002), karena konsumsi protein anak-anak dari tingkat sosial ekonomi menengah ke atas mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi. Pertumbuhan atau reproduksi otot hanya mungkin terjadi bila asam amino yang tepat tersedia, termasuk yang diperlukan untuk pemeliharaan dan pertumbuhan. Oleh karena itu, sebagai orang yang berkompeten di bidang olahraga, kita tidak boleh menganggap enteng makanan bagi anak-anak.
KAJIAN PUSTAKA
Protein
Protein merupakan kelompok zat gizi makro, berbeda dengan zat gizi makro lainnya (karbohidrat, lemak), protein ini lebih berperan dalam pembentukan biomolekul dibandingkan sebagai sumber energi (dalam membentuk bentuk tubuh). Namun jika tubuh kekurangan energi, protein ini juga bisa digunakan sebagai sumber energi. Protein juga dicirikan oleh strukturnya, yang juga mengandung N, C, H, O, terkadang S, P dan Fe. Protein adalah makromolekul dengan berat molekul lima ribu hingga beberapa juta. Protein terdiri dari rantai asam amino yang dihubungkan satu sama lain melalui ikatan peptida. Asam amino terdiri dari karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen. Ada beberapa asam amino yang mengandung unsur seperti fosfor, besi, yodium dan kobalt. Nitrogen merupakan unsur penting dalam protein karena ditemukan pada semua protein, tetapi tidak pada karbohidrat dan lemak. Unsur nitrogen membentuk 16% massa protein. Molekul protein lebih kompleks daripada karbohidrat dan lemak dalam hal berat molekul dan variasi unit asam amino penyusunnya. Molekul proteinjuga mengandung fosfor, belerang dan beberapa jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga.
Struktur Protein
Molekul protein adalah rantai panjang yang terbuat dari asam amino. Dalam molekul protein, asam amino bergabung melalui reaksi gugus karboksil dari satu asam amino dengan gugus amino dari asam amino lain, menghasilkan ikatan yang disebut ikatan peptida. Ikatan peptida ini merupakan ikatan primer. Dua molekul asam amino yang bergabung dengan cara ini disebut ikatan dipeptida. Jika ada tiga molekul asam amino disebut tripeptida, dan jika lebih banyak disebut polipeptida. Polipeptida yang hanya terdiri dari beberapa molekul asam amino disebut oligopeptida. Molekul protein adalah polipeptida di mana sejumlah besar asam amino bertemu satu sama lain melalui ikatan peptida (Gaman, P.M, 1992).
Sifat-sifat protein
Protein merupakan molekul yang sangat besar, sehingga bentuk fisik dan aktivitas biologisnya mudah berubah. Banyak faktor yang menyebabkan perubahan sifat alami protein, seperti panas, asam, basa, pelarut organik, pH, garam, logam berat, dan radiasi radioaktif. Perubahan sifat fisik yang mudah terlihat adalah penyusutan (menjadi tidak larut) atau pemadatan. Beberapa protein larut dalam air, ada pula yang tidak larut dalam air, tetapi semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti etil eter. Ketika garam ditambahkan, kelarutan protein berkurang, sehingga protein terpisah sebagai endapan. Jika protein dipanaskan atau ditambahkan alkohol, protein akan menggumpal. Hal ini karena alkohol menarik molekul protein ke lapisan air di sekitarnya. Adanya gugus amino dan karboksil bebas pada ujung rantai molekul protein menjadikan protein bermuatan tinggi dan bersifat amfoter (dapat bereaksi dengan asam dan basa). Dalam larutan asam (pH rendah), gugus amino bereaksi dengan H+, sehingga protein bermuatan positif. Ketika elektrolisis dilakukan pada kondisi ini, molekul protein bergerak menuju katoda.Sebaliknya pada larutan basa (pH tinggi), molekul protein bereaksi bersifat asam atau bermuatan negatif, sehingga molekul protein berpindah ke anoda (Winarno. F.G, 1992 ) ).