Mohon tunggu...
Bel Balada
Bel Balada Mohon Tunggu... -

Politik, Pola Pikir Diotak-atik

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pemimpin Agama dan Pemimpin Dunia

14 Februari 2017   13:29 Diperbarui: 14 Februari 2017   13:50 1195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus yang menjerat Ahok karena menyebut Surat Al-Maidah 51 :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”

Apakah dianggap menista atau tidak, hanya hakim di pengadilan yang menentukan.

Titik penting yang diambil dari Al-Maidah 51 adalah kata “Awliyaa-a”, apakah maknanya pemimpin, kekasih, teman dekat dan lain-lain sehingga Ahok haram dipilih apalagi menjadi seorang pemimpin selalu menjadi perdebatan, bahkan diantara ulama satu dengan ulama yang lain saling berbeda pendapat.

Pertanyaannya, Jika “Awliyaa-a” dianggap pemimpin maka apakah masuk kategori pemimpin agama atau pemimpin dunia?

Pemimpin Agama

Pemimpin agama adalah pemimpin akhirat yang diemban seorang imam / amir / kyai bgaimana mengatur kehidupan beragama yang dibatasi norma-norma hukum sesuai peraturan agama berupa Al-Quran dan Al-Hadist.

Menjalankan sesuai kemampuan hanya dalam ruang lingkup agama itu sendiri, tidak ditambah-tambah atau dikurang-kurangi termasuk didalamnya bagaimana menafsirkan kitab suci.

Tentu kualifikasi pemimpin agama dilihat dari berbagai syarat tidak termasuk dari kaum perempuan.

Jadi, disamping pemimpin agama harus seiman, dilarang juga perempuan dijadikan pemimpin agama, maka calon pemimpin dari perempuan seperti Sylviana Murni masuk dalam diskualifikasi.

Pemimpin Dunia

Pemimpin dunia adalah pemimpin politik seperti Presiden, Gubernur, Walikota, Bupati, Camat, Lurah, RT, RW maupun jabatan tingkat yang lebih bawah merupakan hasil produk Undang-Undang yang dibuat oleh lembaga-lembaga negara yang punya kepentingan untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai bagian kewajiban dan tanggung jawab setiap warga negara.

Siapapun boleh menjadi pemimpin dunia, tidak dilihat dari seiman atau tidak seiman, termasuk soal gender perempuan, asalkan bisa memenuhi syarat dan berkompeten seperti pencalonan Sylviana Murni sebagai calon wakil Gubernur DKI Jakarta.

Pemimpin dunia bergerak berlandaskan kostitusi yang berdasarkan Undang-Undang, apabila ada keteladanan atau hal-hal baik dipetik dari nilai-nilai agama tersebut untuk diadopsi dalam sebuah konstitusi adalah sesuatu yang baik selama tidak bertentangan dengan norma-norma masyarakat, namun bukan berarti pemimpin dunia satu kesatuan didalam pemimpin agama.

Sesungguhnya yang mana “Awliyaa-a” dalam kepemimpinan yang dimaksud? Apakah masuk kategori pemimpin agama atau pemimpin dunia?

Secara garis besar babul nuzur Awliyaa-amasuk dalam keyakinan dan persoalan atau kepemimpinan agama dimana dikisahkan pada zaman tersebut terjadi suasana yang tidak kondusif antar golongan sehingga jangan sampai terjadi hubungan kedekatan “Awliyaa-a” dengan golongan tertentu yang bisa mengancam kerusakkan terhadap agama tertentu.

Contoh yang mudah dilihat adalah banyaknya Ormas islam besar seperti NU dan Muhammadiyah atau Ormas  agama lain.

Apakah mungkin persoalan agama yang berkaitan dengan kepemimpinan suatu Ormas seperti NU kemudian memilih “Awliyaa-a” pemimpinnya diambil dari Muhammadiyah? Tidak mungkin, kecuali berkaitan dengan urusan duniawi misalkan memilih ketua RT atau RW.

Artinya, Ada sekat pemimpin dunia dengan pemimpin Agama yang memiliki fungsi masing-masing sehingga tidak bisa dicampur adukkan.antara pedoman agama dengan UU konstitusi.

Berkaitan dengan Pilkada 2017 untuk mencari pemimpin dunia seperti Gubernur, Walikota dan Bupati , Awliyaa-a tidak bisa ditarik kedalam persoalan pemimpin agama apakah dianggap seiman atau tidak seiman.

Namun apa yang terjadi, Agama dijadikan alat untuk kepentingan politik tertentu dengan dalih “Pilih pemimpin seiman” atau“Haram pemimpin kafir”.

sumber: panjimas.com
sumber: panjimas.com
Terlihat jelas apa yang dialami Ahok berbeda dengan calon kepala daerah lain yang tidak mempersoalkan pemimpin seiman atau tidak seiman sehingga imbas dari pencalonan Ahok dirasakan Djarot sebagai wakilnya.

Disaat pihak tertentu “Anti Ahok” karena status agama berteriak pilih pemimpin seiman, namun dilain sisi pihak tersebut seiman dengan Djarot, berarti secara tidak langsung mereka juga anti Djarot maka tanpa sadar mereka mengingkari keberadaan agama yang dimiliki Djarot.

Pasangan Ahok-Djarot adalah pasangan komplit dari sisi mana untuk dinilai.

Jika dari sisi kinerja sudah dibuktikan oleh keduanya, namun dinilai dari sisi agama kemudian merasa tidak seiman dan tidak suka terhadap Ahok maka tidak ada salahnya beralih memilih Djarot yang dianggap seiman.

Apakah tidak ada yang menyadari bahwa Djarot termasuk bagian dari seorang pemimpin?

Merujuk dari keinginan pihak tertentu mengannggap bahwa harus memilih pemimpin yang seiman maka kombinasi pasangan Ahok-Djarot sebagai pemimpin dunia ada di Ahok, sedangkan pemimpin agama ada di Djarot.

Jadi, tidak ada keharaman dan keraguan bagi siapapun untuk memilih Ahok sama halnya memilih Djarot juga sebagai pemimpin untuk memenuhi keinginan pihak tertentu berkaitan dengan “Awliyaa-a” di Al-Maidah 51.

sumber: detik.com
sumber: detik.com
Memilih Ahok sama saja memilih Djarot, coblos Djarot abaikan Ahok, seolah-olah dia tidak ada sehingga anda tidak menderita karena “Awliyaa-a”.

sumber: jurnalsulteng.com
sumber: jurnalsulteng.com
Bel kemenangan menggema seluruh DKI Jakarta, Balada penebar isu agama akan berakhir dengan gigit jari menyambut datangnya salam kemenangan nan damai dengan mengacungkan dua jari.

Salam Wiro Sableng…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun