Mohon tunggu...
BELA NOVIA ASTUTI
BELA NOVIA ASTUTI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis apa saja yang dapat memberikan manfaat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Merawat dan Meruwat Tradisi sebagai Solusi Kontribusi Generasi Milenial dalam Melestarikan Budaya

19 November 2022   10:26 Diperbarui: 19 November 2022   10:42 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia merupakan bangsa yang memiliki banyak ragam budaya. Keberagamaan tersebut merupakan perwujudan dari cipta, rasa, karsa bahkan keseluruhan sistem gagasan manusia. Untuk memaknai kebudayaan secara lebih dalam, tentunya terlebih dahulu kita harus memahami pengertian kebudayaan dari para ahli. 

Seperti menurut Tylor yang mengungkapkan bahwa kebudayaan merupakan sistem kompleks melingkupi pengetahuan, kesenian, moral, adat istiadat, hukum, kepercayaan, kemampuan, dan kebiasan manusia ketika menjadi anggota masyarakat. 

Selain itu, menurut Clifford Geertz kebudayaan adalah harmoni antara makna dengan simbol-simbol. Sedangkan, menurut Antropolog yang berasal dari Indonesia mendefinisikan kebudayaan yaitu seluruh sistem yang berhubungan dengan gagasan, rasa, tindakan, dan karya yang diciptakan manusia untuk kehidupan bermasyarakat. Hal ini berkaitan dengan cara belajar manusia kepada manusia lain maupun lingkungannya yang berlangsung secara terus menerus dan berkelanjutan (Kristina, 2021).

Luas negara Indonesia membentang dari Sabang hingga Marauke menjadikan Indonesia mempunyai keragaman budaya yang luar biasa. Bersumber sensus BPS tahun 2010 dalam (CNN Indonesia, 2021) terdapat lebih dari 300 kelompok etnik yang melahirkan 1.340 suku bangsa di Indonesia.

Dari sekian banyaknya suku bangsa, terdapat rumah adat yang merupakan cerminan budaya dan tradisi masyarakat, upacara adat sebagai cara manusia dalam menjalin hubungan dengan nenek moyang dan penciptanya, tarian tradisional gambaran keelokan gerak penuh makna filosofis, makanan khas daerah penuh cita rasa diracik dengan serap rahasia nusantara serta masih banyak lagi ragam budaya lainnya. Keanekaragaman ini merupakan bukti nyata dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi senantiasa satu. 

Meskipun mempunyai aneka macam suku, budaya, adat istiadat, agama, bahasa daerah, dan perbedaan lainnya tidaklah mampu memecah belah kesatuan Indonesia. Semboyan yang berasal dari frasa bahasa Jawa Kuno tersebut mengukuhkan bahwa sejatinya keragaman yang ada ialah kekayaan, rahmat, serta keelokan luar biasa milik bangsa Indonesia yang tidak akan ditemui di negara lainnya.

Dalam keanekaragaman budaya di Indonesia, terdapat permasalahan kebudayaan yang salah satunya terjadi karena adanya penetrasi budaya asing. Hal tersebut muncul dari adanya hubungan kerjasama antarnegara sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap kebudayaan. Tidak kuatnya batas-batas kedaulatan menjadikan budaya lain dapat masuk ke Indonesia dengan mudah. 

Situasi tersebut menjadikan Indonesia sebagai salah satu pasar potensial untuk berkembangnya budaya asing dari negara maju yang memiliki kekuatan besar dan tentunya memiliki misi tersembunyi dari usaha memasukkan budaya mereka ke negara lain. Contoh konkrit dari adanya penetrasi budaya ini ialah banyaknya masyarakat Indonesia bergaya hidup Barat yang tentunya tidak sesuai dengan norma-norma kesopanan di Timur. 

Bahkan, fenomena yang sekarang terjadi ialah adanya kebiasaan membeli produk dari luar negeri dan bergaya hidup konsumtif. Anehnya lagi anak muda sekarang justru bangga dan lebih suka menggunakan produk luar negeri. Tentu hal ini akan menyebabkan produk lokal kalah bersaing. 

Padahal, jika ditinjau dari segi kualitas, produk lokal tidak kalah bagus dengan produk luar negeri pada umumnya. Permasalahan kebudayaan lainnya yang tak kalah mengancam ialah beberapa kali terjadi dengan terang-terangan budaya kita diklaim oleh negara tetangga, diantaranya yaitu Batik, Reog Ponorogo, Rendang dan Wayang Kulit. Menurut Ahmad Safril Muba, keadaan tersebut mengancam kebudayaan lokal yang telah lama dijadikan tradisi dalam kehidupan sosiokultural masyarakat Indonesia (Romadhoni & Witir, 2019).

Berdasarkan pendapat dari (Yoga Agustin, 2011) fase memasuki era Society 5.0 menjadikan kebudayaan di Indonesia mengalami perubahan di generasi muda. Hal tersebut dapat ditinjau dari perbandingan antara kebudayaan remaja zaman dahulu dengan kebudayaan remaja zaman sekarang. Kebudayaan Remaja pada zaman dahulu yaitu diajarkan bagaimana untuk bersikap, bertutur kata, dan mengedepankan sopan santun dalam kehidupan sehari-hari. 

Berbanding terbalik dengan kebudayaan remaja zaman sekarang yang diperparah dengan degradasi moral anak bangsa. Permasalahan-permasalahan seputar kenakalan remaja, pergaulan bebas, hingga kekerasan seksual ialah bukti nyata penyimpangan yang terjadi. Budaya sopan santun semakin terkikis modernitas yang tanpa batas. Terlepas dari itu semua, hal yang lebih memprihatinkan ialah generasi muda zaman sekarang banyak yang tidak mengetahui sejarah budaya bangsa, tidak lagi mempelajari dan melestarikan kebudayaan asli daerah masing-masing.

Mempertahankan budaya bangsa merupakan peran dan tanggung jawab bersama di era modern yang semakin pesat. Terutama peran generasi muda dalam melestarikan kebudayaan sebagai kekuatan nasional bangsa Indonesia untuk menghadapi tantangan dunia di masa depan perlu disiapkan. 

Arus zaman melaju semakin cepat dan mengubah tatanan nilai yang diwariskan sejak dulu di kehidupan masyarakat Indonesia. Oleh karenanya, generasi muda harus siap menjadi calon generasi penerus yang akan menggantikan generasi sebelumnya. 

Meskipun ditengah degradasi moral yang terjadi di generasi muda saat ini, bukan berarti kita lantas menyerah tanpa adanya sebuah solusi (Rezky et al., 2019). Melihat dari sudut pandang lain, ada solusi luar biasa milik generasi muda saat ini dan sangat berpotensi untuk dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang ada. 

Generasi milenial yang merupakan pelopor era Society 5.0 adalah masyarakat informasi yang dibangun di atas Revolusi Industri 4.0 dengan tujuan agar masyarakat lebih makmur untuk beragam kebutuhan individu dan kelompok. Cara tersebut  memungkinkan untuk mencapai masyarakat yang mampu meningkatkan pembangunan ekonomi dan menemukan solusi terhadap masalah masalah sosial yang ada.

Berikut ini Future Skill Milenial Generation yang dikutip dari (Nafira & Sari, 2021)

Complex Problem Solving
Keterampilan ini secara alami muncul dengan kerja keras dan pengalaman kehidupan. Tidak ada aturan ataupun kerangka kerja spesifik yang harus diikuti untuk menguasai keterampilan ini. Tetapi cara terbaik untuk menguasainya ialah menghadapi masalah sampai akhirnya dapat menemukan solusi yang tepat.

Critical Thinking
Kemampuan untuk berpikir jernih dan mendalam tentang suatu masalah dan membuat sebuah penilaian yang logis. Ini adalah semacam pemikiran yang harus mampu untuk dapat menganalisis, memeriksa, dan menghasilkan kesimpulan efektif.

Creativity
Perusahaan ingin karyawan mereka menerapkan ide baru dan dapat berpikir "out of the box" guna bisa bersaing menawarkan hal baru yang menjadikan berbeda dengan perusahaan lain atau sering disebut sebagai hal unik. Seseorang harus bisa lebih kreatif baik dalam mendapatkan ide bisnis baru atau bahkan menemukan solusi permasalahan yang berbeda dan tak terpikirkan sebelumnya.

People Management
People management adalah skill penting yang harus dipelajari seseorang untuk mencapai keberhasilan. Setiap pemimpin akan membutuhkan tim untuk mencapai tujuannya. Kunci keberhasilan tim bisa dicapai jika pemimpinnya memiliki keterampilan dalam manajemen.

Coordinating With Others
Coordinating with others adalah bagian dari people management, dimana keberhasilan tim sangat tergantung pada koordinasi diantara para anggota. Karena dalam sebuah tim tidak bisa menang hanya dengan upaya satu orang saja, melainkan harus berkoordinasi dan kolaborasi seluruh anggota dalam tim.

Emotional Intelligence
Emotional intelligence mengacu pada kemampuan seseorang untuk mengendalikan dan mengelola emosinya sendiri serta mampu pula untuk mengendalikan emosi orang lain. Sebelum mengendalikan emosi orang lain, seseorangharus terlebih dahulu mengendalikan emosinya sendiri. Dengan begitu seseorang dapat memengaruhi orang lain dan melakukan pekerjaan bersama.

Judgement And Decision Making
Hal ini dibutuhkan dalam perusahaan bahkan hingga kehidupan pribadi. Bukan hanya kemampuan untuk membuat keputusan dan menilai tetapi juga kemampuan untuk mengambil keputusan secara cepat dan tepat.

Service Orientation
Service orientation ialah mencari berbagai cara untuk membantu orang lain. Jika seseorang mampu membantu orang-orang yang ada didalam tim, maka hal itu bisa menentukan kualitas kepemimpinan orang tersebut. Pemimpin sejati adalah orang yang membantu timnya sukses tanpa meninggalkan siapa pun.

Negotiation
Mencapai kesepakatan yang diinginkan tanpa perdebatan argumen atau perselisihan adalah kunci dari keterampilan negosiasi. Kebanyakan orang gagal membuat kesepakatan yang mereka inginkan, karena kurang dalam keterampilan negosiasi. Skill ini dapat terlatih melalui pengalaman, meeting, dan percakapan dengan orang-orang yang levelnya diatas kita.

Cognitive Flexibility
Cognitive flexibility ialah kemampuan seseorang untuk menangani orang yang berbeda-beda. Pada individu yang berbeda tentunya memiliki pemikiran, ide, tindakan, pendapat, emosi yang berbeda pula maka harus diperlakukan dengan cara yang berbeda pula. Hal ini menjadikan kita harus adaptif untuk berbicara dengan orang yang berbeda. Tentunya hal ini membutuhkan kreativitas, pemikiran logis dan hubungan masyarakat yang baik.

Berkaca dari 10 future skill millenial diatas, dapat disimpulkan bahwa generasi milenial mempunyai potensi yang sangat besar untuk mampu menciptakan perubahan. Hal ini tentunya tidak terlepas dari penemuan solusi bagi pelestarian kebudayaan di Indonesia yang kini tengah mengalami degradasi. 

Tantangan sekaligus peluang ini akan dapat dijawab oleh generasi milenial melalui tindakan nyata yang dapat diupayakan melalui berbagai terobosan ide-ide kreatif dengan pemanfaatan teknologi dan relasi. Selain itu, ada potensi luar biasa yang sangat berpeluang untuk merawat dan meruwat kebudayaan dengan lebih tepat, yaitu melalui pelestarian tradisi-tradisi asli nusantara.

Tradisi banyak diartikan oleh para ahli dengan pengertian yang beragam, seperti menurut Van Reusen, tradisi diartikan sebagai sebuah peninggalan, warisan, aturan-aturan, kaidah-kaidah, adat istiadat, dan norma. 

Selain itu, menurut WJS Poerwadaminto, tradisi yaitu sebagai sesuatau hal yang berkaitan dengan kehidupan di masyarakat secara berkesinambungan, seperti budaya, adat, kebiasaan, serta kepercayaan. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi dari tradisi adalah suatu adat atau kebiasaan secara turun temurun yang sudah diwariskan sejak nenek moyang dan tetap masih dipertahankan di kalangan masyarakat, karena hal tersebut dianggap bahwasanya yang paling benar. 

Sehingga dapat disimpulkan bahwasanya tradisi adalah sesuatu yang sudah diwariskan sejak dahulu oleh nenek moyang secara turun temurun baik berupa prinsip, simbol, benda, material, ataupun kebijakan (Rofiq, 2019).

Salah satu tradisi di masyarakat yang terancam ditinggalkan oleh generasi muda adalah tradisi Mebat. Generasi muda lebih condong minatnya kepada permainan game online daripada mempelajari tradisi mebat. 

Hal tersebut terjadi karena pemerintah dan masyarakat kurang memperhatikan tradisi mebat yang perlu untuk tetap dipertahankan kelestariannya. Selain faktor dari pemerintah dan masyarakat, terdapat faktor lain yang mempengaruhi lunturnya tradisi-tradis yang ada, yaitu seperti arus globalisasi sehingga mengakibatkan mudahnya kebudayaan luar untuk masuk serta lebih digemari di kalangan generasi muda dan berakibat pada kurangnya minat generasi muda terkait tradisi mebat. 

Faktor lain yang berpengaruh yaitu perkembangan teknologi semakin maju dan banyaknya makanan siap saji yang muncul merupakan penyebab berkurangnya minat generasi muda untuk menggunakan tradisi mebat (Sari et al., 2020).

Melalui pelestarian tradisi dari generasi ke generasi akan memperbesar peluang untuk mendukung dan menyukseskan Indonesia Emas 2045. Dimana Indonesia memasuki tepat 100 tahun merdeka pada tahun 2045. Seluruh elemen bangsa Indonesia tentunya sangat berharap kepada generasi emas yang akan menghantarkan Indonesia menuju keemasannya. 

Generasi emas merupakan ungkapan ataupun konotasi yang dipergunakan sebagai harapan akan hadirnya generasi-generasi di Indonesia yang hebat, unggul, serta genius di segala bidang teknologi dan ilmu pengetahuan, sehingga mampu menciptakan NKRI sebagai bangsa unggul, kuat, besar, dan berdaulat di mata dunia. 

Pemilihan kata "Generasi Emas" ini sebagai konotasi impian karena kata emas memiliki arti sebuah benda yang memiliki nilai materi tinggi serta diminati oleh seluruh khalayak (Hamdani et al., 2022).

Pada intinya Merawat budaya dan tradisi yang sudah ada tentu adalah hal yang baik. Akan tetapi, diperlukan juga upaya untuk Meruwat, yaitu menghilangkan segala sesuatu hal buruk yang ada dalam tradisi dan budaya kita, agar tercipta keselarasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun