Mohon tunggu...
BELA NOVIA ASTUTI
BELA NOVIA ASTUTI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis apa saja yang dapat memberikan manfaat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Merawat dan Meruwat Tradisi sebagai Solusi Kontribusi Generasi Milenial dalam Melestarikan Budaya

19 November 2022   10:26 Diperbarui: 19 November 2022   10:42 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hal tersebut terjadi karena pemerintah dan masyarakat kurang memperhatikan tradisi mebat yang perlu untuk tetap dipertahankan kelestariannya. Selain faktor dari pemerintah dan masyarakat, terdapat faktor lain yang mempengaruhi lunturnya tradisi-tradis yang ada, yaitu seperti arus globalisasi sehingga mengakibatkan mudahnya kebudayaan luar untuk masuk serta lebih digemari di kalangan generasi muda dan berakibat pada kurangnya minat generasi muda terkait tradisi mebat. 

Faktor lain yang berpengaruh yaitu perkembangan teknologi semakin maju dan banyaknya makanan siap saji yang muncul merupakan penyebab berkurangnya minat generasi muda untuk menggunakan tradisi mebat (Sari et al., 2020).

Melalui pelestarian tradisi dari generasi ke generasi akan memperbesar peluang untuk mendukung dan menyukseskan Indonesia Emas 2045. Dimana Indonesia memasuki tepat 100 tahun merdeka pada tahun 2045. Seluruh elemen bangsa Indonesia tentunya sangat berharap kepada generasi emas yang akan menghantarkan Indonesia menuju keemasannya. 

Generasi emas merupakan ungkapan ataupun konotasi yang dipergunakan sebagai harapan akan hadirnya generasi-generasi di Indonesia yang hebat, unggul, serta genius di segala bidang teknologi dan ilmu pengetahuan, sehingga mampu menciptakan NKRI sebagai bangsa unggul, kuat, besar, dan berdaulat di mata dunia. 

Pemilihan kata "Generasi Emas" ini sebagai konotasi impian karena kata emas memiliki arti sebuah benda yang memiliki nilai materi tinggi serta diminati oleh seluruh khalayak (Hamdani et al., 2022).

Pada intinya Merawat budaya dan tradisi yang sudah ada tentu adalah hal yang baik. Akan tetapi, diperlukan juga upaya untuk Meruwat, yaitu menghilangkan segala sesuatu hal buruk yang ada dalam tradisi dan budaya kita, agar tercipta keselarasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun