Mohon tunggu...
Bela Lestari
Bela Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Syiah Kuala

Mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Syiah Kuala

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengalaman 95 Mahasiswa Psikologi USK Berkunjung ke Tsunami Aceh

29 November 2023   17:24 Diperbarui: 29 November 2023   17:55 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berdasarkan catatan sejarah, bencana geologis di Aceh terjadi berkesinambungan dalam rentetan tahun 1797, 1891, 1907, serta bencana tsunami dengan kerugian paling masif pada tanggal 26 Desember 2004. Bencana tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 mengakibatkan jumlah korban dan kehancuran di luar yang mampu dibayangkan.

 

Sebuah bangunan sakral dengan luas 2.500 m2  telah didirikan di Banda Aceh, ibu kota Provinsi Aceh empat tahun  setelah bencana tsunami melanda kota ini dan beberapa kota yang ada disekitarnya. Bangunan ini dibangun sebagai pengingat simbolis bagi masyarakat Aceh serta seluruh dunia tentang kejadian yang pernah meluluhlantahkan Kota Serambi Mekaah ini. 

Dalam konteks psikologis, Museum Tsunami Aceh memiliki potensi untuk memengaruhi pemulihan psikososial dengan mengenang bencana dan menjaga sejarahnya. Seluruh aspek yang dihadirkan sebagai bagian museum ini adalah representasi memori para saksi nyata peristiwa tsunami yang menggoreskan berjuta luka tak tertangguhkan tersebut. Museum ini juga merupakan bentuk nyata kehebatan Tuhan Yang Maha Esa dalam mengajarkan kepada manusia bahwasanya Tuhan telah menciptakan manusia dengan kesempurnaan akal untuk dapat menemukan hikmah atas segala bentuk peristiwa yang ditimpakan kepadanya.

 

Sumver : Bela Lestari
Sumver : Bela Lestari

Pada tanggal 7 September 2023, sebanyak 95 orang mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Syiah Kuala yang sedang mengambil Mata Kuliah Psikologi Bencana telah melakukan kunjungan ke museum ini sebagai bagian salah satu proses pembelajaran yang harus diikuti dalam mata kuliah. Museum tsunami adalah bangunan empat lantai yang dirancang oleh arsitek Indonesia bernama Ridwan Kamil. Desain museum ini dirancang bernafaskan kebudayaan Aceh yang dilengkapi dengan nuansa ketakutan, kesedihan, dan harapan para korban setelah terjadinya tsunami.

Sumber : Bela Lestari
Sumber : Bela Lestari

Pada saat memasuki museum ini, anda akan menemukan sebuah lorong gelap, dipenuhi suara suara gemuruh, dan percikan air seperti hujan gerimis yang akan membawa pengunjung merasakan suasana Minggu pagi, 26 Desember 2004 ketika tsunami terjadi.

 

Sumber : Bela Lestari
Sumber : Bela Lestari

Setelah melewati lorong tsunami, anda akan tiba pada Ruang Renungan yang di dalamnya ditampilakan bagaimana masyarakat berjuang menghadapi dampak fisik yang ditimbulkan pasca terjadinya bencana tsunami. Di sebelah kanan ruangan ini juga terdapat pintu dengan tangga yang menjadi jalur evakuasi apabila terjadi bencana.

 

Sumber : Bela Lestari
Sumber : Bela Lestari

Setelah keluar dari Ruang Renungan, di sebelah kiri anda akan menemukan ruang sumur doa. Ruangan ini ibarat sumur yang didalamnya terdapat banyak manusia yang hanya tinggal nama di dunia. Disekeliling dinding ruangan ini tersusun dengan rapi nama-nama korban tsunami yang meninggal saat terjadi tsunami. Di dalam ruangan ini anda akan mendengar suara lantunan ayat suci Al-Qur'an yang ibarat doa yang senantiasa dikirimkan kepada mereka yang telah meninggal dan namanya dicatat dalam sejarah.

 Pada saat melakukan kunjungan, ruangan ini sedang dalam proses renovasi, sehingga 95 mahasiswa Program Studi Psikologi USK yang sedang berkunjung tidak dapat masuk ke ruangan ini.

 

Sumber : Bela Lestari
Sumber : Bela Lestari

Setelah keluar dari sumur doa, anda akan berjalan menelusuri lorong kebingungan. Lorong ini manifestasi dari perasaan bingung yang dirasakan oleh para korban tsunami saat dihadapkan oleh peristiwa yang sebelumnya tidak pernah mereka alami. Mereka mencari titik yang akan membuat mereka merasa aman, akan tetapi mereka merasakan kebingungan dalam memahami keadaan yang tengah menimpa mereka saat ini. Lorong ini bergerak mendaki dengan jalan yang melingkar sehingga kita tidak mampu mendeteksi dimana ujung lorong ini sampai kita benar-benar tiba disana. Disebelah kanan dinding lorong ini terdapat tulisan asma'ul husna yang tersusun rapi dan sesuai urutannya. Ujung lorong ini mengantarkan anda tiba di jembatan perdamaian.

 

Sumber : Bela Lestari
Sumber : Bela Lestari

Pasca Tsunami, masyarakat Aceh mendapat harapan baru dan hikmah yang luar biasa yaitu perdamaian. Pada tanggal 15 Agustus 2005 ditanda tanganinya nota kesepakatan damai di Helsinki (MoU Helsinki). Senjata ilegal yang ditemukan dihancurkan kemudian dikubur sebagai bukti penyelesaian konflik Aceh. Langit-langit jembatan ini menyajikan bendera dari berbagai negara yang membawa misi perdamaian dunia serta misi kemanusiaan dalam memulihkan bencana yang menimpa Aceh.

 

Sumber : Bela Lestari
Sumber : Bela Lestari

Setelah melewati jembatan perdamaian, anda akan dihantarkan pada ruangan yang menyajikan rangkaian dokumentasi bagaimana rakyat Aceh kembali bangkit setelah mengalami keterpurukan akibat bencana ini. Pada ruangan ini beberapa foto aktivitas yang dilakukan masyarakat dengan bingkai dan penyangga yang berjejer di bagian kiri ruangan. Pada bagian tengah ruangan terdapat miniatur Museum yang dilindungi oleh kaca.

 

Sumber : Bela Lestari
Sumber : Bela Lestari

Selanjutnya anda akan berjalan menuju ruangan yang letaknya berurutan, pertama anda akan sampai pada ruangan menyajikan informasi terkait tsunami dan setelah itu anda akan menemukan ruangan yang menayangkan film dokumenter terjadinya peristiwa tsunami Aceh 26 Desember 2004.

 

Sumber : Bela Lestari
Sumber : Bela Lestari
Selanjutnya, anda akan sampai pada ruang pameran tetap. Disebelah kanan pintu ruangan ini anda akan menemukan miniatur rumah aceh yang menjadi simbol kebanggaan daerah ini. Ruangan pameran ini akan menunjukkan pada anda berbagai peninggalan pasca terjadi tsunami, salah satunya miniatur kapal apung yang konon ditemukan terdampar di permukiman penduduk pasca tsunami.

 

Sumber : Bela Lestari
Sumber : Bela Lestari

Berbagai informasi-informasi tentang tsunami Aceh dan kekayaan budaya Aceh itu sendiri ditampilkan untuk melengkapi berbagai sisi dinding ruangan museum ini. Ruang pameran adalah ruangan terakhir dari museum ini.

 

Sumber : Bela Lestari
Sumber : Bela Lestari

Setelah keluar dari ruangan museum, anda akan menemukan kolam ikan yang terletak di tengah-tengah museum ini. Kolam ini dikelilingi batu berbentuk bulat yang bertuliskan nama negara yang berbeda-beda pada masing-masing batu tersebut.

 

Keberadaan museum ini berperan dalam mengingatkan pada pentingnya dokumentasi dan penyelamatan sejarah, yang dapat membantu dalam membangun kembali identitas dan warisan komunitas. Museum Tsunami juga sebagai sumber inspirasi dalam perjalanan pemulihan, mengingatkan individu tentang ketahanan manusia dan solidaritas yang muncul dalam mengatasi kesulitan.

 Pada saat terjadinya bencana tsunami tersebut, masyarakat yang berada pada daerah terdampak harus meninggalkan wilayah tempat tinggal mereka karena terjadi kerusakan akibat terjangan arus tsunami. Kondisi inilah yang dapat menimbulkan masalah psikososial, karena masyarakat korban harus meninggalkan tempat tinggal yang sudah bertahun-tahun ditempati dengan struktur masyarakat yang telah terbentuk dan sosial budaya yang sudah mengakar. Masyarakat harus tinggal di tenda kemudian pindah ke barak hingga akhirnya mendapatkan rumah bantuan. Pada pasca tsunami ini masyarakat juga mengalami krisis air bersih sehingga harus melakukan antri untuk mendapatkan air bersih. Kerusakan  infrastruktur juga memberikan dampak pada anak-anak yang duduk harus  dibangku sekolah, sehingga untuk dapat tetap mengenyam pendidikan harus bersekolah di sekolah di alam terbuka yang ada pada saat itu. Bencana yang terjadi secara mendadak dan cepat umumnya mengakibatkan perasaan syok dan ketidakberdayaan pada korban. Bencana  tsunami menimbulkan dampak pada sistem manusia secara holistik, dampak pada sistem property, dan pada sistem lingkungan, serta mengganggu kesejahteraan psikologis para penyintas bencana.

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun