"Kapan ya waktu yang tepat untuk anak mulai sekolah? Haruskah langsung TK, atau cukup belajar di rumah dulu?"
Pertanyaan itu terus berputar di kepala saya beberapa waktu lalu. Anak pertama saya, Alexa, sudah memasuki usia tiga tahun, dan saya mulai merasa ia perlu sesuatu yang lebih dari sekadar bermain di rumah bersama saya. Sebagai orang tua, tentu kita ingin memberikan yang terbaik untuk anak, termasuk dalam hal pendidikan. Tapi, memilih sekolah pertama untuk anak bukan perkara mudah.
Saya mulai berpikir tentang pentingnya sosialisasi bagi Alexa. Meski ia tumbuh menjadi anak yang ceria, saya melihat ada sedikit kecanggungan ketika ia bertemu anak-anak lain. Ia butuh lebih banyak kesempatan untuk belajar berbagi, bermain bersama, dan mengenal dunia di luar rumah. Maka, saya memutuskan untuk memasukkan Alexa ke Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Namun, tantangan berikutnya adalah memilih PAUD yang tepat. Dari sekian banyak pilihan, kenapa akhirnya saya memilih metode Montessori? Yuk, saya ceritakan perjalanan saya menemukan PAUD yang sesuai untuk Alexa, sekaligus pengalaman awalnya belajar bersosialisasi di lingkungan baru.
Mengapa Memilih PAUD di Usia Dini?
Banyak yang bilang, "Ah, usia tiga tahun kan masih kecil, ngapain buru-buru sekolah?" Tapi, saya merasa pendidikan di usia dini bukan hanya soal belajar membaca atau berhitung. Di PAUD, anak-anak diajak untuk mengenal konsep-konsep dasar kehidupan, seperti disiplin, kemandirian, dan interaksi sosial.
Menurut penelitian, usia 0-6 tahun adalah periode emas perkembangan otak anak. Di masa inilah mereka paling cepat menyerap informasi dan pengalaman baru. Saya ingin memanfaatkan momen ini untuk memberikan stimulasi yang tepat bagi Alexa.
Selain itu, saya juga ingin Alexa belajar tentang kehidupan di luar rumah, bertemu teman sebaya, dan mengenal aturan-aturan sederhana, seperti antre atau mendengarkan ketika orang lain berbicara. Hal-hal ini, meski terlihat sepele, sangat penting untuk membangun fondasi sosialnya di masa depan.
Mencari PAUD dengan Metode yang Tepat
Saat mulai mencari PAUD, saya sempat bingung dengan berbagai pendekatan pendidikan yang ditawarkan. Ada PAUD konvensional, ada yang berbasis agama, hingga yang mengadopsi metode Montessori.