2. Koneksi dengan Alam
Berada di ruang terbuka hijau memberikan efek menenangkan bagi otak. Luangkan waktu untuk berjalan-jalan di taman, mendaki bukit, atau bahkan berkebun di halaman rumah. Penelitian menunjukkan bahwa waktu di alam dapat mengurangi tingkat kortisol, hormon stres, sekaligus meningkatkan suasana hati.
3. Hobi yang Tertunda
Pernah merasa ingin mencoba melukis, memasak resep baru, atau membaca novel favorit, tetapi selalu kalah oleh kesibukan? Liburan adalah waktu untuk melakukannya. Hobi tidak hanya menyenangkan, tetapi juga memberi rasa pencapaian yang berbeda dari rutinitas mengajar.
4. Digital Detox
Sebagai guru, kita mungkin sering merasa "terhubung" terus-menerus, baik itu dengan siswa melalui grup WhatsApp atau dengan materi ajar di perangkat digital. Cobalah untuk mengambil waktu sejenak tanpa gawai. Batasi waktu layar, terutama di malam hari, agar tidur kita lebih nyenyak. Ganti waktu tersebut dengan kegiatan seperti membaca buku fisik atau menulis jurnal.
5. Quality Time dengan Orang Tersayang
Liburan adalah momen untuk mempererat hubungan dengan keluarga dan teman. Habiskan waktu bersama mereka, berbagi cerita, atau sekadar menikmati makan malam tanpa tergesa-gesa. Dukungan sosial adalah salah satu faktor utama dalam menjaga kesehatan mental.
6. Belajar untuk Diri Sendiri
Self-care juga bisa berarti mengembangkan diri. Ikuti kelas memasak, seni kerajinan tangan, atau kursus yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan kita. Ini memberi kita perspektif baru dan rasa segar untuk kembali ke rutinitas.
Menciptakan Rutinitas Self-Care yang Berkelanjutan
Liburan memang waktu terbaik untuk memulai self-care, tetapi alangkah baiknya jika kebiasaan ini diterapkan secara berkelanjutan. Berikut beberapa tips: