Mohon tunggu...
Fransisca Dafrosa
Fransisca Dafrosa Mohon Tunggu... Lainnya - Guru

saya orang yang sedang belajar menulis Fiksiana.Humaniora.Lyfe

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Mengenal Fase Toddler Rebellion, Cara Bijak Menghadapinya

24 Oktober 2024   13:21 Diperbarui: 24 Oktober 2024   17:02 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.istockphoto.com/mazoimages77


Pernahkah ibu bapak merasakan seolah-olah anak kita tiba-tiba berubah menjadi "mini monster" ketika memasuki usia tiga tahun? Jika ya, tenang kamu tidak sendirian! Banyak orang tua yang mengalami fase yang dikenal sebagai "toddler rebellion" termasuk saya. 

Apa Itu Fase 'Toddler Rebellion'?

Fase toddler rebellion umumnya terjadi pada anak usia 2 hingga 4 tahun. Pada usia ini, anak mulai mengembangkan identitas mereka dan ingin mengeksplorasi dunia di sekitar mereka. Mereka mulai merasa lebih mandiri dan seringkali menolak perintah atau harapan orang tua.

 Dalam istilah psikologis, fase ini berkaitan dengan perkembangan ego dan rasa otonomi pada anak. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka dapat membuat keputusan sendiri, meskipun itu terkadang berarti melawan aturan yang telah ditetapkan.

Menurut penelitian dari American Academy of Pediatrics, fase pemberontakan ini merupakan bagian normal dari perkembangan anak. Sebanyak 75% orang tua melaporkan bahwa anak mereka mengalami fase ini, dan hampir semua anak akan mengalaminya dalam bentuk yang berbeda. 

Jadi, meskipun terkadang terasa melelahkan, ingatlah bahwa ini adalah proses alami.

Ciri-Ciri Fase Pemberontakan

Pemberontakan kecil pada usia toddler dapat muncul dalam berbagai bentuk. Berikut adalah beberapa ciri-ciri yang umum ditemukan:

1. Menolak Perintah: Anak mulai sering mengatakan "tidak" atau menolak untuk melakukan apa yang diminta orang tua, meskipun mereka sebenarnya tahu apa yang seharusnya dilakukan.

2. Kemarahan dan Tantrum: Saat anak merasa frustrasi, mereka mungkin meledak menjadi kemarahan atau tantrum, yang bisa melibatkan teriakan, menangis, atau bahkan tindakan fisik seperti menendang atau memukul.

3. Perilaku Eksploratif: Anak mungkin mulai berusaha melakukan hal-hal yang berbahaya atau tidak diperbolehkan, seperti memanjat furniture, mengambil benda tajam, atau membuka pintu tanpa izin.

4. Ketidakstabilan Emosi: Emosi anak bisa berubah dengan cepat, dari bahagia menjadi marah dalam sekejap. Hal ini bisa membuat orang tua merasa bingung dan kewalahan.

Mengapa Fase Ini Terjadi?

Fase toddler rebellion dipicu oleh beberapa faktor. Berikut adalah beberapa alasan mengapa anak mengalami fase ini:

- Perkembangan Kognitif: Pada usia ini, anak mulai memahami konsep sebab dan akibat. Mereka ingin mengeksplorasi batasan dan mencoba berbagai perilaku untuk melihat reaksi orang dewasa.

- Keinginan untuk Mandiri: Anak mulai merasakan kebutuhan untuk menunjukkan bahwa mereka mampu melakukan hal-hal sendiri. Ini adalah bagian dari perkembangan identitas mereka.

- Keterbatasan Komunikasi: Di usia ini, anak mungkin belum memiliki keterampilan komunikasi yang cukup untuk mengungkapkan perasaan atau keinginan mereka. Hal ini bisa menyebabkan frustrasi dan perilaku pemberontakan.

Cara Bijak Menghadapi Fase Pemberontakan

Menghadapi fase toddler rebellion memang tidak mudah, tetapi dengan pendekatan yang tepat, kita bisa mengatasi tantangan ini dengan lebih baik. Berikut adalah beberapa tips praktis untuk membantu kita menghadapi fase ini:

1. Tetap Tenang dan Sabar

Ketika anak kita mulai menunjukkan perilaku pemberontakan, penting untuk tetap tenang. Anak bisa merasakan emosi kita, dan jika kita panik atau marah, mereka mungkin akan semakin sulit untuk diajak berkomunikasi. Cobalah untuk mengambil napas dalam-dalam dan berbicara dengan suara yang lembut dan tenang. Walaupun sulit saya lakukan tapi saya selalu ingat ini adalah fase yang akan berlalu.

2. Berikan Pilihan

Anak-anak sering kali merasa lebih berdaya ketika mereka diberikan pilihan. Alih-alih memaksakan satu pilihan, tawarkan dua atau tiga opsi. Misalnya, "Apakah kamu mau pakai baju merah atau biru hari ini?" 

Dengan memberikan pilihan, anak merasa memiliki kontrol dan lebih mungkin untuk mengikuti keputusan yang mereka buat sendiri. Saya mencoba cara ini dan ternyata sangat ampuh diterapkan pada anak saya.

3. Gunakan Distraction (Pengalihan)

Jika anak kitabmulai menunjukkan tanda-tanda kemarahan atau frustrasi, coba alihkan perhatian mereka dengan cara yang menyenangkan. 

Misalnya, jika mereka mulai menangis karena ingin mainan yang tidak boleh diambil, ajak mereka untuk bermain permainan lain yang menarik. Pengalihan ini bisa membantu anak melupakan apa yang membuat mereka marah.

4. Tetapkan Aturan yang Jelas

Anak-anak butuh batasan untuk merasa aman. Tetapkan aturan yang jelas dan konsisten di rumah. Pastikan kita menjelaskan mengapa aturan tersebut ada dan konsekuensinya jika mereka melanggar. 

Misalnya, jika mereka tidak boleh memanjat sofa, jelaskan bahwa itu berbahaya. Ketika aturan dilanggar, berikan konsekuensi yang sesuai, tetapi tetaplah bersikap lembut.

5. Berikan Pujian dan Penguatan Positif

Sangat penting untuk memberikan pujian saat anak kita berperilaku baik. Penguatan positif bisa berupa pujian verbal, pelukan, atau hadiah kecil. Ketika anak merasa dihargai, mereka akan lebih termotivasi untuk berperilaku baik di masa depan.

6. Luangkan Waktu untuk Bermain

Permainan adalah cara yang bagus untuk mengurangi stres dan membangun ikatan dengan anak. Luangkan waktu setiap hari untuk bermain bersama mereka, baik itu dengan mainan, permainan fisik, atau aktivitas kreatif. 

Saat anak merasa diperhatikan dan dicintai, mereka akan lebih mungkin untuk merasa aman dan berkurang perilaku pemberontakan.

7. Jadilah Teladan yang Baik

Anak-anak belajar banyak dari perilaku orang tua. Tunjukkan cara yang baik untuk menghadapi frustrasi dan konflik. Jika kita bisa mengontrol emosi dengan baik, anak juga akan belajar untuk melakukannya. Jika kita merasa kesal, cobalah untuk menunjukkan kepada anak kita bagaimana cara berkomunikasi dengan baik dalam situasi sulit.

8. Ciptakan Rutinitas yang Konsisten

Rutinitas memberikan anak rasa aman dan mengurangi kebingungan. Dengan memiliki jadwal harian yang konsisten, anak akan tahu apa yang diharapkan selanjutnya, sehingga mereka lebih cenderung mengikuti aturan. 

Misalnya, tetapkan waktu tidur yang sama setiap malam dan buat rutinitas menyenangkan menjelang tidur, seperti membaca buku atau mendengarkan lagu.

Meskipun kita telah menerapkan semua tips di atas, ada kalanya situasi bisa menjadi sangat sulit. Jika anak kita terus-menerus menunjukkan perilaku agresif atau menantang yang mengkhawatirkan, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari profesional, seperti psikolog anak atau konselor. 

Mereka dapat membantu kita memahami lebih dalam tentang perilaku anak dan memberikan strategi tambahan untuk menghadapinya.

Mengapa Kesabaran Sangat Penting?

Kesabaran adalah kunci dalam menghadapi fase toddler rebellion. Anak-anak belajar melalui pengalaman, dan mereka perlu waktu untuk memahami konsekuensi dari tindakan mereka. Jika orang tua menunjukkan kesabaran dan pengertian, anak akan merasa lebih aman untuk menjelajahi dunia mereka.

Sebuah studi oleh Child Development Perspectives menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang sabar dan penuh kasih cenderung memiliki perkembangan sosial dan emosional yang lebih baik. 

Mereka lebih mampu mengelola emosi dan berinteraksi dengan baik dengan orang lain.

Menghadapi fase toddler rebellion memang bisa menjadi tantangan, tetapi ingatlah bahwa ini adalah bagian dari perkembangan anak yang normal. Dengan pendekatan yang penuh kesabaran, cinta, dan pemahaman, kita dapat membantu anak melewati fase ini dengan lebih baik. 

Jadi, ketika anak kita berteriak "tidak" pada setiap permintaan kita, ingatlah untuk tetap tenang, berikan pilihan, dan gunakan pengalihan. Setiap fase dalam perkembangan anak membawa tantangan dan keindahan tersendiri.

Nikmati momen-momen ini, karena mereka hanya terjadi sekali seumur hidup!

Apakah ibu bapak memiliki pengalaman menarik atau tips lain dalam menghadapi toddler rebellion? 
Yu, sharing cerita di kolom komentar!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun