Arka menghela napas panjang, mengumpulkan keberanian, "Saya pernah kirim ratusan lamaran, semuanya penuh prestasi, pengalaman, tapi kosong di hati. Saya sadar, mungkin itu bukan yang saya cari. Kali ini, saya ingin jujur, mencari pekerjaan yang benar-benar saya butuhkan, bukan sekadar untuk memenuhi standar orang lain."
Maya tersenyum, ada keteduhan di matanya. "Kami mencari seseorang yang bisa menggerakkan pemuda, bukan hanya orang dengan resume sempurna. Mungkin kamu adalah orang yang kami cari."
Dengan kalimat itu, Arka merasa seperti menemukan jalan yang selama ini ia cari. Kali ini, tak hanya 'kerja' yang ia temukan, tapi sebuah panggilan, sesuatu yang lebih berarti dari sekadar resume penuh prestasi.
---
Di luar ruangan, ia menatap langit Jakarta yang tampak lebih cerah dari biasanya. Untuk pertama kalinya, ia merasakan arti sebuah perjuangan yang sebenarnya. Ia paham, resume-nya memang kosong, tapi kali ini ia tahu bahwa hatinya telah terisi penuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H