Ica merasa hatinya remuk sekaligus penuh harapan. Mereka berdansa dalam keheningan, hanya diiringi alunan musik dan kenangan lama yang kembali menghampiri. Dan saat lagu itu berakhir, Rian berhenti dan menatap dalam mata Ica.
"Tapi, Ica, aku harus jujur. Lagu ini... Aku memainkan lagu ini lagi untuk seseorang yang lain sekarang."
Ica terdiam. Kata-kata itu menghantamnya seperti petir di siang bolong. Senyumnya memudar, digantikan dengan rasa sakit yang tiba-tiba menyergap.
"Seseorang yang lain?" suaranya nyaris tak terdengar.
Rian mengangguk dengan berat hati. "Ya... Setelah bertahun-tahun berlalu, aku menemukan seseorang yang membuatku merasa hidup kembali, seperti yang dulu kamu lakukan. Lagu ini bukan hanya tentang kenangan masa lalu, tapi juga tentang perasaanku sekarang."
Ica melepaskan genggaman tangan Rian dan mundur perlahan. Segala perasaan yang tadinya kembali menghangat kini berubah menjadi dingin yang menusuk. Rian melanjutkan dengan nada penuh penyesalan.
"Maafkan aku, Ica. Aku tidak bermaksud menyakitimu."
Ica menarik napas panjang dan berkata dengan suara lirih, "Aku senang bisa bertemu lagi denganmu malam ini, Rian. Banyak kenangan yang kembali."
Rian mengangguk pelan, menatap Ica dengan mata penuh perasaan. "Aku juga, Ica. Malam ini mengingatkan aku pada banyak hal yang dulu pernah kita alami bersama."
Ada keheningan sejenak di antara mereka. Ica akhirnya berkata, "Tapi, kita nggak bisa kembali ke masa lalu. Semua sudah berubah ya?"
Raka menatapnya dalam-dalam. "Ya, kamu benar. Perasaan itu... masih ada, tapi hidup kita sekarang sudah berbeda."