Mohon tunggu...
Ma`mar .
Ma`mar . Mohon Tunggu... -

membaca dan menulis. itu saja

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pitung dan Aisyeh #3

16 Januari 2011   09:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:32 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demang hanya tertawa melecehkan.

"Langkahi dulu mayat gua," kaki Haji Naipin membentuk kuda-kuda. Meski gerakannya masih terlihat mantap tapi tidak bisa menutupi tulang-tulang yang renta.

Scout van Hinne merasa muak dengan aksi Haji Naipin. Bagi dia orang tua itu tidak bermakna apa-apa. Dia butuh Pitung otak segala kekacauan dalam daerah kekuasaannya dengan Aisyeh sebagai umpan.  Tanpa mau buang waktu, dia melirik dan mengangguk ke arah anakbuahnya tanda untuk segera menghabisi Haji Naipin.

Empat suara tembakan meletus mengagetkan tetangga-tetangga yang mengintip sejak tadi dari bilik jendela.

***

* opas: penduduk pribumi yang dibayar menjadi seperti kompeni

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun