Mohon tunggu...
Djono Bedjo
Djono Bedjo Mohon Tunggu... -

AKU HANYALAH WAKTU, YANG TERANG KETIKA DATANG, DAN TAK PERNAH PERGI MESKI KAU TAK PEDULI. AKU HANYALAH WAKTU, YANG TETAP SETIA MENUNGGUMU, MESKI KAU BERSEKUTU DENGAN APAPUN. AKU HANYALAH WAKTU DAN KAU TAK AKAN BISA BERLARI DARIKU. (Djono Bedjo Subroto)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tragedi Brexit dan Jonan

12 Juli 2016   04:43 Diperbarui: 12 Juli 2016   04:58 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Semanggi, Colow disosialisasikan, diatur jam buka tutupnya dan dibuat aturan dengan memberi pembatas di sepanjang jalur sejak start hingga finish. 

Praktik di Pantura, Colow dilakukan seperti tanpa aturan. Tidak ada pemberitahuan di mana boleh start dan finish, tak ada rambu-rambu dan pembatas jalan di sepanjang jalan Colow. Akibatnya kendaraan baik bus, truk tangki, box maupun pribadi, atau sepeda motor bebas masuk dan bebas keluar jalur. Tak ada start dan finish. Bonek akhirnya terjadi di sepanjang jalur. Tidak ada pembatas jalan di sepanjang jalur Colow kecuali hanya di beberapa titik di Kota Tegal dan depan alun-alun Brebes (itu pun bukan dimaksudkan untuk Colow). 

Kendaraan dari Colow keluar jalur dan dari luar masuk ke Colow. Ini sangat Mengganggu aliran arus kendaraan. Akibatnya sudah pasti adalah terjadinya Bonek. Kemacetan pun tak terhindarkan. 

Saya mencoba memasuki jalur Colow sekitar pukul 22.55 di ruas Kabupaten Tegal. Saya masuk melalui sela pembatas jalan. Saya lihat di belakang berderet bus, di depan juga berderet bus. Saya masuk mengambil ruas paling kiri, satu jalur dan membiarkan jalur kedua untuk arus berlawanan.
Tiba-tiba "wuss!!" Sebuah bus masuk mendahului saya dari arah kanan diikuti sejumlah bus dan mobil pribadi. Sedetik kemudian "jederrr!!" Tanpa diketahui, dari arah berlawanan sebuah bus menghadang. 

Adu banteng nyaris terjadi: bus vs bus. Untungnya, besi-besi merayap itu bisa mengerem.
Lama sekali mengurainya. Apalagi tak ada polisi di jalan. Saya akhirnya bisa menghindar dan memasuki jalur arteri. Di sepanjang jalan yang padat, saya berulang kali menyaksikan adu banteng nyaris terjadi. Kendaraan sedan dari Colow melakukan manuver mendahului dari sebelah kanan dan menderu lalu "braakk!!" Hampir saja tabrakan. Suara-suara "braakk" "jedeerr" "praangg!!" sudah berada dalam kepala saya. Ngeri betul membayangkannya.

Saya katakan kondisi Colow ini urakan. Nyawa menjadi bahan pertaruhan rekayasa lalu lintas. Andai dua bus itu saling menghantam dan mayat bergelimpangan, siapa yang bertanggung jawab? 

Satu lagi, akibat kemacetan yang begitu parah, antrean ke SPBU menjadi luar biasa panjang. Satu jalur dikuasai para pengantre BBM ini. Otomatis kemcetan kian menjadi-jadi.

Jika Brexit (Britania Exit) menjadi alasan mundurnya Perdana Menteri Inggris, akankah Tragedi Brexit (Brebes Exit) akan menjadi alasan mundurnya Ignasius Jonan? Hanya Tuhan dan Jonan yang tahu. (habe arifin)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun