Mohon tunggu...
Bedjo Santoso
Bedjo Santoso Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN UNISSU:A

DOSEN FE UNISSULA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perlukah Taat Pimpinan (Studi Kasus di Lembaga Pendidikan)?

17 September 2022   16:30 Diperbarui: 17 September 2022   16:30 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dikisahkan di zaman Khalifah Harun Al-Rasyid ada seorang alim yang hendak menasihati khalifah. Orang alim tersebut sangat bersemangat untuk mempraktikkan ‘nahi munkar’ karena ia menilai khalifah sering melakukan kesalahan. Orang alim ini kelihatannya kelompk chawarij jika jaman sekarang, hanya mau berdalil Quran dan Hadist terjemahan saja. Orangnya jumud, kurang memahami budaya local dan seolah dia benar sendiri lainya salah. Orang tersebut mendatangi khalifah harun AL-Rasyid dan. Berkata:\

“Saya akan memberi Anda nasihat. Tapi (nasihat) saya dengan cara keras dan terbuka serta agak ekstrem,” kata orang alim tersebut, “Mohon Anda jangan tersinggung. Anda Ya Amirul Mukminin, jangan tersinggung,” lanjutnya.

 Mendengar kata-kata orang alim tersebut, Khalifah Harun menjawab, “Usquth Ya Jaahil! Kamu ini mengaku aku ustadz dan  bodoh”.

 “Allah mengutus Musa yang tentu lebih baik dari Anda dan tentu Firaun itu lebih buruk dari saya. Itu saja masih ada Musa masih pakai adab dan kesopanan dan  aturan ‘faqulaa lahu qaulal layyina’,” kata khalifah Harun seraya mengutip QS. Tha Haa ayat 44.

 Khalifah Harun meneruskan ucapannya, “Kamu harus ngomong yang halus. Kamu kok mendakwahi saya pakai kata-kata kotor”.  Akhirnya yang mengaku Alim tadi langsung diam dan mengakui kalau Harun Al-Rasyid lebih alim ketimbang dirinya.  Hal ini di maklumi karena Khalifah Harun Al-Rasyid juga diketahui gemar menuntut ilmu kepada para ulama di zamannya, seperti Abdullah bin al-Mubarak, Imam Malik, Ibnu As-Samak, dan Fudhail bin Iyadh. Namnya juga kerap disandingkan dengan Abu Nuwas dalam kisah-kisah lucu sufistik, jadi beliau di kelilingi oleh orang alim.

 Hal ini sangat penting diungkap, utamanya di sebuah lembaga pendidikan yang dalamnya banyak orang pandai (sok alim), orang tanpa kepentingan (misalnya) , orang ‘bebas’, orang berani. Namun yang tidak boleh lupa  di lembaga pendidikan nilai kebaikan dan  adab harus diutamakan. Terkadang para pimpinan sudah membuat kebijakan ya mestinya kita hormati kadang  sebaliknya. Tidak ada   kebijakan  yang sempurna, adanya  tepat atau tidak. Kebijakan  tidak mesti mempertimbangkan  ratusan factor, menunggu sampai basi, sepanjang itu bukan keputusan yang UNSTRUCTURED DECESION boleh  dibenarkan menganut aliran step-by step decesion, namun kehati-hatian dan ketelitian serta kecermatan adalah penting. Kaidah yang dipakai adalah semua keputuan ada sistematikanya dan informasi yang lengkap, namun  selengkap apapun informasi yang dikumpulkann pasti ianya punya sifat error dan bias, akhirnya yang bermain adalah instink dan pengalaman.

 Sebuah keputusan STRUCTURED DECESION sepanjang  sudah ada dasarnya yang logis dan riil kebijakan yang dihasilkan dengan proses yang bisa dirunut balik maka  harus dijunjung. Dengan waktu dan jadwal yang padat dan volume kerjaan yang selalu  bertambah, sementara sumberdaya yang biasanya  di organisasi Islam lebih terbatas khususnya masalah dana, yang dibatasi dengan sumber dana yang halalan thoyiban jadi contrainnya lebih banyak.

 Dalam kondisi yang  seperti ini  kebijakan rutin yang  diambil harus jalankan dan dipantau namun tidak boleh balik ke fase sebelumnya ( mentah),  baru kemudian di evaluasi untuk perbaikan. Jadi Plan, Do, Check, Actions. Dalam penugasan mengajar misalnya ‘Pimpinan tentu sudah  melihat beberapa faktor termasuk kemampuan, dengan berbagai teori, pendekatan, akhirnya kembali pada kaidah jalan tengah RESULTANTE. Banyak kejadian misalnya seorang  tenaga pengajar  diminta  mengajar mata  kuliah tertentu kemudian mengembalikan/menolak  tugas tersebut biasanya beralasan saya sudah lama tidak mengajar MK tersebut, atau alasan lain. Apapun  alasanya  rasanya alasan tersebut kurang pas,   kecuali kasus itu terjadi tanpa alasan syar’i dan udzur.  

 Hal ini bisa terjadi sebab pengajar senior selalunya menganggap ianya minta superiority, privilege. Hal ini jika pimpinan adalah yuniornya akan menambah panjang urusannya. Mestinya di dunia pendidikan harus dikembangkan budaya SAMA’ wa THA’AH. Bukanya  melakukan praktek-praktek tirani minoritas dan arogansi senioritas. Dimanapun organisasi pimpinan adalah punya embanan yang  yang harus diselesaikan dalam periode tertentu, oleh pimpinan atasnya, dalam perjalanannya ianya diberi sumber daya dan dan termasuk sumberdaya insaniah yakni tenaga pengajar yang siap sebagai garda depan proses pendidikan.  Sehingga jika terganggu  di satu  sayap dikawatirkan mengganngu secara  keseluruhannya.

 Kita  sebagai  bawahan, mempunyai tugas membantu merampungkan beban kerja pimpinan, demikianlah yang digadang-gadang oleh Nabi Kita, sepanjang pimpinan tidak mengajak dosa. Jika kebijakan pimpinan kita nilai ( subyektif) kurang adil, datanglah, dengan tabbayun, tidak langsung berkata tugas saya tolak, saya kembalikan. Itu kurang beradab dan di cela dalam Islam. Bahkan kadang-kadang kita menggunakan kedekatan kita dengan pimpinan untuk ‘kalam-kalam’ lobi lobi agar kita diberi yang menguntungkan kita (sendiri), itupun juga  kurang  beradab karena ianya  pasti aka ada yang dirugikan dalam keputusannya nanti. Marilah kita kembangkan budaya adab, karena pendidikan adalah adalah tempat semaian nilai termasuk ADAB, Kelembutan, Kesopanan, Mendukung  Visi bersama mewujudkan terbumikannya nilai-nilai kebaikan.

 

Wallahu A’lam bisawab.

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun