Akar permasalahan dari ketidakadilan pilpres 2024 adalah cawe-cawe Jokowi dalam kapasitasnya sebagai presiden pada tahapan-tahapan pilpres, mulai dari menjadi ketua penasihat, ketua tim pemenangan, koordinator propaganda, koordinator strategi, koordinator logistik bahkan sampai juru kampanye lapangan. Begitu aktifnya Jokowi pada pilpres kali ini, membuat saya bertanya-tanya apa tugas presiden sesederhana itu, sampai-sampai masih ada waktu untuk ambil tugas sampingan?Â
Manuver yang dilakukan Jokowi, seolah menolak julukan bebek lumpuh yang biasa melekat pada presiden diakhir masa jabatannya pasca pemilu. Saat sindrom bebek lumpuh ini muncul, biasanya sosok presiden tersebut akan kehilangan ketenarannya sebagai kepala negara atau kepala pemerintahan. Hal ini yang membuat banyak program pemerintah yang belum rampung, bisa dipastikan akan macet total, bahkan jika presiden terpilih tidak satu klan dengan presiden yang sedang menjabat, haqqul yakin, program tersebut akan dihentikan.Â
Besarnya efek sindrom bebek lumpuh ini membuat Jokowi sadar bahwa "mimpi besarnya" dalam "membangun Indonesia" harus dikawal oleh penerusnya. Sehingga "tidak salah" jika dia pada akhirnya mendorong anaknya, Gibran menjadi wakil presiden berpasangan dengan Prabowo yang juga mendapat endorsement dari Jokowi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H