Mohon tunggu...
Suyanti
Suyanti Mohon Tunggu... Guru - Guru

terus belajar dan masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dandelion (1)

30 Juli 2018   15:32 Diperbarui: 30 Juli 2018   15:34 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu pula dengan Bapak yang juga tidak memberi tempat luas untuk keluarga dandelion kecil ini. Alasannya sederhana, lebih baik untuk menanam sawi. Logis dan bisa kuterima.

Namun, bila kulihat hamparan dandelion di tepi sungai zakai. Alasan Bapak menanam sawi di tepi sungai yang berbatasan dengan areal sawah Bapak pun tak bisa kuterima logikanya.

Adakalanya beramah tamah pada alam dan meluangkan waktu serta tempat untuk bunga-bunga rumput itu tumbuh dan berkembang adalah suatu bentuk penghargaan pada diri sendiri dan lingkungan. Sementara Bapakku berpikir lebih ekonomis dan praktis. 

Tak ada yang salah antara pemikiranku dan Bapak. Entah, apakah kelak akan kujumpai juga Banyak Dandelion atau keluarganya di Tepi-tepi sungai, di taman-taman atau sekedar tumbuh di sekitar pekarangan, dan tepian jalan. Sehingga, akan ada banyak cerita tentang Dandelion dan keluarga besarnya lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun