Akan tetapi, antibodi RhD akan terbentuk dalam jumlah yang cukup dalam waktu 2 hingga 4 minggu. Kemudian, akan menyebabkan terjadinya penggumpalan darah (aglutinasi). Dalam waktu 2 sampai 4 bulan, antibodi akan mencapai konsentrasi maksimum. Pada saat transfusi pertama, penerima transfusi darah Rh+ relatif belum mengalami masalah yang serius karena kadar antibodi RhD belum terlalu tinggi.Â
Namun, pada transfusi kedua, dapat terjadi masalah yang serius dan memperburuk kondisi penerima transfusi darah Rh+ atau bahkan dapat berakibat fatal karena kadar antibodi RhD yang dihasilkan sudah cukup tinggi akibat terpapar Rh+ kembali. Akibatnya, akan terjadi penggumpalan darah dan akan menyebabkan penyumbatan pembuluh darah serta kemudian terjadi pecahnya pembuluh darah disertai dengan pecahnya sel darah merah.Â
Sel darah merah yang pecah akan menyebabkan ginjal bekerja keras untuk mengeluarkan sisa pemecahan sel darah merah tersebut. Dan akhirnya dapat menimbulkan masalah serius lainnya akibat oksigen (yang seharusnya dibawa oleh sel darah merah ke seluruh tubuh) tidak sampai (karena sel darah merah pecah) dan menyebabkan sel tubuh lain tidak dapat tumbuh dan berkembang, lalu akhirnya sel akan mati.
Selain itu, sekarang juga telah ditemukan cara untuk menangani penyakit eritroblastosis fetalis pada bayi. Cara yang dilakukan yaitu dengan memberikan IVIG (Intravenous Immunoglobulin) dan transfusi pertukaran darah pada bayi (blood exchange transfusion) --seperti yang telah dijelaskan sebelumnya-. IVIG adalah pemberian immunoglobulin pada bayi dengan cara memasukkannya ke dalam tubuh lewat pembuluh darah vena pada tangan.Â
Immunoglobulin merupakan salah satu bagian plasma darah. Immunoglobulin didapatkan dari darah pendonor yang telah diperiksa kesehatannya serta berfungsi untuk melawan penyakit. Dengan dilakukan pemberian IVIG, akan mencegah pecahnya sel darah merah pada bayi akibat antibodi RhD.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyakit eritroblastosis fetalis terjadi karena adanya perbedaan jenis darah antara ibu dan janin, yaitu ketika ibu memiliki darah Rh- dan janin memiliki darah Rh+. Namun, telah ditemukan diagnosa, pencegahan, dan penanganan eritroblastosis fetalis. Diagnosa dilakukan dengan pengecekan USG dan pengecekan amniosentesis. Akan tetapi, sebelumnya perlu dilakukan pengecekan golongan darah.Â
Pencegahan eritroblastosis fetalis dilakukan dengan memberikan injeksi RhoGam pada ibu. RhoGam akan menghancurkan sel darah merah janin yang masuk dalam sistem peredaran darah ibu sebelum ibu membentuk antibody RhD (anti RhD). Dan penanganan akan dilakukan dengan transfusi pertukaran darah saat janin masih di dalam kandungan (intrauterine transfusion) dan persalinan lebih dini. Selain itu, juga dilakukan transfusi pergantian darah bayi (blood exchange transfusion) dan pemberian IVIG (Intravenous Immunoglobulin). Sekian penjelasan dari saya, apabila terdapat kesalahan penulisan saya mohon maaf. Trimakasih telah membaca.
Sumber:
www.penghilangluka.indoherbal.web.id