Mohon tunggu...
Beatrice Marietta
Beatrice Marietta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

S1 Statistika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Harapan Bagi Ibu dan Janin Beda Rhesus

25 November 2017   00:34 Diperbarui: 25 November 2017   01:10 1390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah membahas mengenai eritroblastosis fetalis, saya akan membahas apakah eritroblastosis fetalis dapat dicegah atau tidak. Berdasarkan hasil pencarian dari berbagai sumber, ternyata penyakit eritroblastosis fetalis dapat dicegah. Bagaimana caranya?

Pencegahan eritroblastosis fetalis dilakukan dengan memberikan suntikan anti-D (Rho) immunoglobulin atau dapat disebut RhoGam. RhoGam berfungsi sebagai penghancur sel darah merah (eritrosit) janin yang masuk dalam darah ibu sebelum sel darah merah janin merangsang pembentukan antibodi RhD (anti RhD) pada ibu. RhoGam diberikan pada ibu pada saat usia kehamilan sekitar 28 hingga 30 minggu dan dalam waktu maksimal 72 jam setelah persalinan. 

RhoGam diberikan pada ibu dengan darah Rh+ yang melahirkan bayi dengan darah Rh- dan juga diberikan pada ibu dengan darah Rh- yang melahirkan bayi dengan darah Rh+ untuk mencegah sensitasi ibu terhadap antigen RhD. Selain itu, pemberian RhoGam juga dilakukan pada setiap kehamilan kedua, ketiga, dan seterusnya untuk menghindari telah terbentuknya antibodi RhD akibat kebocoran darah janin.

RhoGam (Suntik anti-D) berbeda dengan antibodi yang akan bertahan seumur hidup karena Rhogam hanya bertahan selama beberapa minggu. Pemberian RhoGam juga tidak menimbulkan efek samping negative apapun pada bayi. Selain itu, ibu juga masih bisa menyusui setelah pemberian RhoGam tanpa efek samping apapun. Namun, setelah pemberian RhoGam, ada kemungkinan ibu akan merasa lemas dan tegang pada bagian yang diberi injeksi RhD, tetapi dalam beberapa jam akan menghilang.

Namun, ketika seorang ibu dengan Rh- pernah menerima transfusi darah Rh+ dan mengandung janin yang memiliki darah Rh+, janin akan mengalami eritroblastosis fetalis. Hal tersebut terjadi dikarenakan transfusi darah yang pernah dilakukan. Ibu dengan Rh- yang menerima transfusi darah Rh+ akan membentuk antibodi RhD untuk melawan darah Rh+ karena dianggap sebagai benda asing. 

Akibatnya, pada saat mengandung, tubuh ibu dengan darah Rh- akan langsung mengenali darah Rh+ janin sebagai benda asing dan menyerang darah Rh+ janin. Walaupun diberi injeksi RhoGam, tidak akan berpengaruh karena tubuh ibu telah memiliki antibodi RhD, karena transfusi yang pernah dilakukan.

Karena itu, ada beberapa hal khusus yang dilakukan ketika hal tersebut terjadi, seperti akan dilakukan scanner ultrasonografi, pengecekan amniosentesis, persalinan lebih dini, atau mungkin dilakukan transfusi darah pada janin yang masih di dalam kandungan. (1) Scanner ultrasonografi(USG) dilakukan untuk mengecek kondisi janin jika ada masalah pada pernafasan dan peredaran darah, cairan paru-paru, dan atau perbesaran hati yang merupakan gejala-gejala akibat rendahnya sel darah merah. (2) Pengecekan amniosentesis dilakukan teratur untuk mengecek level anemia yang telah diderita oleh janin.

 (3) Jika janin telah mencapai usia yang cukup kuat untuk dibesarkan di luar rahim, akan dilakukan persalinan lebih dini (sekitar 2 hingga 4 minggu sebelum tanggal perkiraan) yang disertai dengan transfusi pergantian darah (blood exchange transfusion) pada bayi dari donor yang tepat. Darah bayi akan dikeluarkan dan diganti dengan darah yang telah dicek dan dapat diterima oleh bayi. Transfusi pergantian darah akan dilakukan sedikit-sedikit sehingga tidak mengganggu sistem sirkulasi darah pada bayi.

 (4) Jika terjadi kondisi yang mengkhawatirkan namun janin belum mencapai usia dan kondisi yang kuat untuk dibesarkan di luar rahim, akan dilakukan transfusi pergantian darah pada janin ketika masih di dalam rahim (intrauterine transfusion). Penanganan akan dilakukan secara intraperitoneal dengan menggunakan alat yang dimasukkan melalui perut ibu untuk mencapai rongga peritoneal janin dan dilakukan rutin setiap 2 minggu hingga janin mencapai usia dan kondisi yang cukup kuat untuk dibesarkan di luar rahim. 

Selain keempat hal diatas, terdapat hal lain yang juga sangat penting yaitu pada saat proses kelahiran. Selama proses kelahiran, janin akan terus dimonitor karena dokter akan segera melakukan persalinan bedah sesar apabila terjadi indikasi gangguan pada janin.

Sebagai tambahan, kemungkinan, tubuh tidak akan langsung bereaksi membentuk antibodi RhD saat darah Rh- pertama kali terpapar darah Rh+ karena transfusi darah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun