"Sekarang telepon Andra, dia temennya kan?" aku mengangguk.
"Tapi aku masih sebal sama Andra."
"Ah cuma nanya tentang orang itu doang kok"
Aku memanggil nama Andra di ponselku, terdengar nada sambung dan dia memutusnya. Aku mengulangnya, Andra memutus, sekali lagi hingga berkali-kali ia lagi-lagi menolak panggilanku.
Ra dengan kesal merebut ponselku dan mengetik SMS buat Andra. Belum selesai ia ketik, ponselku berdering, dan Ra membukanya.
Be,lg rapat nih. Siang andra tunggu d perpus kampus. .
Sender: andra
"Ini saat yang tepat, Be." kata Ra.
"Buat apa?"
"Buat mutusin Andra."
"HAH? Gila kamu, aku sama Andra udah deket banget, aku ga mau ah pisah!"
"Be, yang gila tuh kamu! Dia itu jelas-jelas gak peduli lagi sama kamu, kamu mertahanin apa sih? Puisi-puisi picisannya itu? Kamu bisa dapet yang lebih baik daripada penyair ga punya masa depan kayak dia, kamu novelis!"