Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yang Tuli Mendengar, yang Bisu Bersorak-sorai!

5 September 2021   10:34 Diperbarui: 5 September 2021   10:36 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekaligus juga dapat dipahami kenapa Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceriterakan kepada siapapun juga. Yesus melarang mereka yang tidak mengalami Yesus, membicarakan-Nya. 

Karena dapat menimbulkan salah paham dan  penyesatan.  Namun kenyataannya larangan-Nya tidak digubris, bahkan  makin luas mereka memberitakannya. Mereka yang tidak mengalami-Nya dan memberitakan-Nya, bagai orang buta menuntun orang buta. Keduanya akan dan dapat terperosok ke dalam lubang yang sama. Ini berbahaya bagi semua.

Manusia yang sungguh amat baik jati diri dan keadaannya adalah manusia terbuka. Manusia terbuka, adalah manusia yang terkoneksi.  Manusia yang berkat harmonisnya koneksi dengan liyan, Tuhan, sesama dan alam semesta, menjadi manusia yang utuh, penuh, menyeluruh total optimal sebagai manusia yang berkemanusiaan, manusiawi yang berimensi ilahi. 

Untuk ini, segala yang menghambat, merusak, mengurangi, memperlemah, memutuskan, memerosotkan, mematikan koneksitasnya mesti dilepaskan. Yesus telah melakukannya. Yang tuli dijadikan-Nya mendengar,  yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata.

Dimana posisi diri, sebagai orang tuli dan bisu gagap dalam kehidupan bersama? 

Cenderungkah bersikap menutup diri membatasi koneksi ataukah membuka diri menjalin koneksi dan tali silaturahmi dengan siapapun tanpa batas? Peran manakah yang dilakoni sebagai pembungkam liyan, ataukah pemerdeka dan pengeras suara  liyan yang tuli dan gagap? 

Pada Bulan Kitab Suci Nasional 2021 ini, maukah semakin mengikuti gaya hidup Yesus, menjadi sahabat setia dalam perjalanan, mengaktualkan   ketakjuban "Ia membuat segala-galanya baik, yang tuli mendengar, yang bisu bersorak sorai?"

Yang terbuka, hidup benar sebagai manusia benar dengan Allah benar yang esa, kuasa dan kasih-Nya tanpa batas. Hidup penuh syukur,  sukacita,  semangat,  jadi berkat, pada saat untung dan malang, suka dan duka, sehat maupun sakit.  Ini  misteri. .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun