Mohon tunggu...
bayu riadi
bayu riadi Mohon Tunggu... Lainnya - Spritualis Teologis, Pegiat Perdamaian

Berpikir Ilmiah dan Alamiah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menafsir Ulang Eskatologi: Hermeneutika dan Kitab Para Nabi

18 April 2020   16:44 Diperbarui: 18 April 2020   16:52 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hukum Ajal Kehidupan

Hukum kehidupan menegaskan, bahwa segala sesuatu memiliki ajal (batas waktu,akhir zaman;eskatologi) tertentu tak dapat ditunda atau mendahului masa yang ditetapkan atasnya. Hukum ajal ini seringkali hanya disandarkan kepada ajal manusia saja, tanpa pernah menyadari bahwa hukum ajal pun berlaku bagi setiap bangsa atau peradaban. Logikanya, jika sesorang pernah lahir, maka diapun harus menghadapi ajal kematiannya. Sama halnya dengan ummat (bangsa) atau peradaban, dia pernah lahir pada hari jadinya (hari proklamasi), maka suatu saat ajal kehancurannya pun akan tiba. Tak ada kekuasaan bangsa dan peradaban yang abadi.

Mengenai hukum ajal (akhir zaman;eskatologi) suatu ummat bangsa maupun peradaban ini Allah menggariskannya dalam surat (Al-Aa'raf (7) ayat 34) :

Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu]; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.

Demikian pula ditegaskan pada surat Al-Ankabut (29) ayat (53) berikut ini:

Dan mereka meminta kepadamu supaya segera diturunkan azab. Kalau tidaklah karena waktu yang telah ditetapka], benar-benar telah datang azab kepada mereka, dan azab itu benar-benar akan datang kepada mereka dengan tiba-tiba, sedang mereka tidak menyadarinya.

Bila kita melihat ke sekeliling untuk mengetahui kondisi dunia (dalam berbagai segi kehidupan), kita akan menarik kesimpulan yang jelas dan sejalan dengan ramalan-ramalan kitab suci akan eskatologi. Situasi dunia secara umum menyerupai situasi zaman dalam kisah-kisah nabi tentang hari-hari terakhir sebelum datangnya zaman baru. Karenanya, dalam persepektif sunnatullah (tradisi Tuhan), tampak jelas bahwa sesungguhnya Allah sedang mempersiapkan penciptaan tatanan dunia baru yang lebih baik bagi mereka yang setia (iman) kepadaNya. Dalam setiap situasi seperti inilah doktrin akan datangnya sang Mesias atau Imam Mahdi akan menjadi tema teologis yang sering dikedapankan.

Jika Taurat, Injil dan Alquran memberitakan sebuah isyarat yang sama terkait cerita akhir zaman (Eskatologi) maka untuk apa ketiga agama besar ini, (Yahudi, Kristen dan Islam) mempertengkarkan sesuatu yang sifatnya masih abstrak, toh yang dinanti akan tiba meskipun dalam bentuk yang berbeda yakni akhir zaman yang lama, untuk menyonsong kedatangan zaman baru (pencerahan).

Akhirnya, bila kita membaca dan mencerdasi beberapa tanda-tanda zaman yang dinubuatkan dalam kitab suci dan dikaitkan dengan kondisi dunia saat ini yang dilanda krisis global dan diperparah dengan wabah Corona serta melihatnya dari frame sunnatullah,  semakin menambah keyakinan akan datangnya zaman baru.

Maka kiranya tidaklah berlebihan, jika secara spiritual, penulis "mewartakan" kembali tentang pekabaran injil yakni kabar gembira tentang sudah dekatnya kedatangan Kerajaan Allah kembali. Atau meminjam bahasa Alquran, "iqtarabati as-sa ah" saat atau hari datangnya "Hari Pembalasan" sudah dekat. Suksesi kekuasaan peradaban dunia sudah dekat. Bilakah datangnya? Hanya Allah Bapa saja yang tahu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun