Mohon tunggu...
Bayu Gustomo
Bayu Gustomo Mohon Tunggu... -

Musik, Bola, dan rileks

Selanjutnya

Tutup

Catatan

"Tak Ada Matinya"

28 Februari 2012   14:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:47 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walau pada akhirnya setelah momen ini Pranata jadi gitaris menemani Hartomo. Drumer akhirnya kami percayakan pada Bambang. Sedangkan Fery mengisi posisi bass. Maryono tak terlalu serius itulah perombakan band. Malah pada akhirnya kita ikutan berkompetisi di IKIP Ngawi.

Kebersamaan Fery dan Bambang akhirnya juga ada ujungnya. Sebab mereka satu tingkat di atas kami betiga. Akhirnya nasib Spidol Band berkali-kali mengalami pergantian. Cuma saya dan Hartomo yang konsisten. Sedangkan Pranata mulai sibuk dengan kegiatan balap motornya. Namun kembali bermain band sebagai penggebuk drum lagi saat acara perpisahan. Bersama saya, Hartomo, pengganti Fery yang juga punya nama yang sama dengan pendahulunya. Namanya Fery juga. Dengan posisi yang sama pula pemain bass. Untuk menemani Hartomo bermain gitar kita mendaulat Joko. Sekarang sudah almarhum. Meninggal tahun lalu. Joko termasuk murid kelas IPA. Paling cocok ngamen duet dengan Hartomo, alias Mbah Kung.

..........................

Hartomo kembali bikin ulah...! "Cuma hal yang biasa", begitulah komentar saya. Ketika mendapati dia bikin masalah lagi Dengan percaya diri masuk ruangan kelas tiga. Padahal tidak punya bulti apakah dia naik ke kelas tiga, berupa buku raport. Catatan, rangkuman nilai selama setahun hilang entah kemana man. Sudah gitu dengan pede yang super tinggi masuk ruangan kelas IPS 1 duduk sebelah saya. Setelah pak Joko menggagalkan niatnya masuk IPA. Dia pilih meleburkan diri dalam komunitas pelajar sosial. Kalau masalah dia kepedean sih, mungkin bisa kita tolerir, sebab saya yakin nilainya pasti memenuhi syarat. Terutama ilmu pasti. Tapi kalau bukti otentik berupa buku raport belum dia kumpulkan semenjak kelas dua gimana brotha and sista? Okelah kalau nilainya bagus-bagus, tapi semua kan perlu bukti yang tertulis di buku raport kan?

Tapi dasar dia yang punya masalah sepertinya tak mau ambil pusing. Surat kehilangan atas buku raport nya dari pihak kepolisian tak kunjung dia urus. Bahkan enggan. "Terlalu berbelit-belit", kata nya pada pak Joko. "Masa' sama murid sendiri nggak percaya? Apakah di dunia ini ada seseorang yang menginginkan kehilangan sesuatu dalam hidupnya. Bila sesuatu itu sangat penting sebab menyangkut masa depannya, termasuk raport?" "Tapi harusnya kamu juga bisa jaga buku raport mu Har". Pak Joko dengan sedikit jengkel beradu argumentasi pada lawan bicaranya. "Ya ini udah dijaga pak, tapi yang namanya hilang mau diapain lagi pak? Pokoknya, saya tetap masuk kelas tiga". Masih juga sikap keras kepalanya, tercermin dari perkataan menukas kalimat Pak Joko.

Hadehhh, masalah satu ini akhirnya berlalu begitu saja tanpa ada kesan memojokkan si pelanggar. Tak ada sanksi. Hartomo tetap enjoy dalam belajar. Seolah tak ada masalah yang menindihnya. Apalagi selang beberapa bulan ada siswi baru asal Jakarta. Yang akhirnya jadi cewe dia. Marlina. Berhasil dia luluhkan hatinya. Secara otomatis semua masalahnya, seperti bebean kapas dan tak terasa olehnya.

Dalam pergaulan Hartomo tak membatasi diri. Terbukti teman sekampung saya jadi akrab dengannya. Joker dan Tomi sempat berkunjung ke rumah Hartomo. Bersama saya dan fery. Khusus yang bernama Joker ada kenangan menggelikan. Kesalahpahaman pihak sekolah kami dan dia berbuntut penyerangan. Dia, Joker awalnya berlagak seperti Iskandar Agung yang gagah berani memimpin rekan-rekannya melakukan penyerbuan ke pihak kami. Tiba-tiba saja berbalik haluan dan menyingkir jauh dari medan pertempuran. Indikasi penyebab mundurnya dia karena melihat Hartomo ketika memasuki gerbang sekolah kami.

Joker tak ingin merusak persahabatn.

Awal pertemanan Joker dan Mbah Kung seperti pada umumnya anak-anak remaja. Joker satu RT dengan Fery, anggota Spidol Band yang pertama. Kami sering nongkrong bareng di rumah Fery. Dari Fery pula saya belajar main gitar. Hartomo serta Didi merasa nyaman ketika ikut nongkrong bareng bersama kami. Disitulah jaringan pertemanan berkembang dan tambah luas.

Bahkan tambah akrab tatkala Joker kehilangan uang SPP di suatu malam. Karena tak bisa bantu apa-apa maka saya dan Hartomo mengajaknya ngamen bareng di kota Ngawi. Guna mencari jalan keluar atas masalah yang membelitnya. Soal makan dan tidur tak ada masalah, keluarga Hartomo siap menampung kami. Kebetulan saat itu libur tiga hari. Joker kagum kagum pada rumah Hartomo.

Dindingnya kayu jati, ruangan untuk tamu yang luas. Kamar tersedia banyak. Suasana adem. Pada lantai terlapis batu kali yang permukaannya didesain menjadi bidang datar. Mengilap pula saking rajin penghuninya mengepel. Ornamen dan hiasan dinding kuno tertata apik, terpajang dan menambah kesan klasik nan artistik pada rumah joglo itu. Lampu kuno tergantung. Hampir semua hiasan di rumah termasuk vas bunga berbahan logam kuningan peninggalan leluhur si empunya rumah. Halaman depan udaranya sejuk karena berdiri sebuah pohon dengan gagahnya. Rimbun dedaunannya menjadi payung bagi yang berteduh di bawah pohon itu. Menikmati sore dengan segelas kopi, mengobrol pada bagian balkon. jadi ritual yang mengasyikkan ketika singgah di rumah Hartomo. Disambut keramahan Ibu dan saudara-saudaranya. Apalagi pas lebaran ketika sanak saudara nya dari Ambon berkunjung ke situ.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun