Mohon tunggu...
Bayu Gustomo
Bayu Gustomo Mohon Tunggu... -

Musik, Bola, dan rileks

Selanjutnya

Tutup

Puisi

"RAY"

2 September 2011   12:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:17 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap  manusia  pastinya  diberi  kelebihan  yang  luar  biasa.
Juga  dianugerahi   kelemahan  dan  kekurangan  pada dirinya.
Agar  senantiasa  menyadari,  hidup itu  belajar. Bahwa  hidup,
itu sebuah  ruang  yang tak selamanya  sempurna. Setiap  jiwa
harus  mampu  menela'ah  itu  semua.  Kemudian  mempraktekkan
dalam  sikap  dan  perbuatan.  Ketika  menemui  kebuntuan  dalam
melangkah,  hendaknya  untuk  mundur 1 langkah.

Guna  mempersiapkan nafas.
Agar tidak terengah-engah saat melakukan langkah berikutnya.
Begitulah kata-kata bijak dari beberapa tokoh filsafat, pemikir tentang
pemberdayaan kualitas hidup. Dan rangkaian kata itu cocok sekali
dengan seorang anak pelajar SMP 15 Madiun satu ini. Di tengah-tengah
keterbatasan dirinya tak menciutkan nyalinya belajar. Apapun akan dia
perbuat demi mendapatkan hasil terbaik untuk otaknya. Walaupun dia
punya kekurangan, dalam hal tidak pernah bisa berhenti membuat kacau
suasana belajar mengajar.  Kekacauan terhebat yang pernah dia buat
terjadi di hari sabtu. Akhir pekan yang ga' bisa dikatakan mengesankan.

Jam istirahat yang udah menunjukkan titik akhir. Waktunya memasuki kelas.
Dalam kondisi gerah, sumuk, macam-macam bau keringat mulai bersenyawa.
Membentuk unsur yang bikin polusi hidung.
Apalagi kalo udah deket ama si Wan cowo gendut, yang belum juga mahir bahasa Jawa.
"Alamat dech di sisa waktu nanti gw ga' tau apa yang bakal terjadi ama paru-paru gw".
"Baunya ampun tuh anak, tajir sih tajir tapi yang gw heran kenapa hampir semua
minyak wangi ga' mempan ya ama bau sapi si Wan".
"Apa dia tuh kena kutukan Sang 'Hyang Widi Waca' pas dulu school di Bali?"
"Gw apes sebenernya, tapi kalo gw ga' butuh ma dia, ogah gw deket dia,
coba Wan si sapi Brahman yang masih ada keturunan gorila itu ga' tajir, ga' punya kamus,
ga' suka beli'in gw jajan udah gw jauhin dia. Baunya masih wangi bunga bangkai".

Ray, rutin mengeluh saat jam-jam pasca rehat. Namun mau dikata apa,
manusia harus siap dengan kondisi apapun. Bila bertujuan hidup yang hebat.
Manusia yang tahan bantinglah akan menjadi pribadi paling teruji.
Dan itu tercermin dalam diri Ray. Di tengah terjepit oleh bau alam sekitar
yang mengganggu paru-paru, dia tetap survive. Tetap fight.
Namun itu belum cukup sampai di sini saja cerita Sabtu yang angker.

Pelajaran membosankan cuma ada satu kata "colut", tapi si guru ini killer bin ngiler.
Namanya Sukatni, ahli bahasa Jawa. Maka beliau didaulat jadi guru Bahasa Jawa.
Gimana ga' tambah bosen coba. Masa' tiap kali ada pelajaran dia, kita disuruh
bawa Wayang. Bener-bener kurikulum yang ga' relevan ama kebutuhan Jaman.
Bukan ga' bangga, tapi kan lucu juga kalo tiap hari aja kita ngobrol pake bahasa
Jawa masa' di sekolah belajar Kromo inggil lagi.
Dasar Lebay...
Sukatni guru edan, sableng yang kalo marah kapur tulis abis.

Belum lagi kalo pas si guru itu nerangin aksara Jawa. Sok jadi orang yang paling pinter
dan paling tau. Semua murid harus bisa, harus mampu nguasain materi.
Kalo ga' jangan harap masuk surga lho. Mungkin saking galaknya sampe kaya gitu.
Lha pas di hari sabtu penuh tragedi, musibah datang juga. Kali ini menimpa si Danang,
seorang anak klemar-klemer super lemot kena semprot ama Sukatni.

"Ho no co ro ko do to so wo lo po do jo yo nyo mo go bo to ngo".

Danang tuh emang kalo bicara manyun, monyong, tapi itu kan takdir.
Udah warisan dari sononya. Ga' bisa diubah. Tapi dasar guru bejat itu aja
yang ga' tau mana takdir mana ngeledekin.  Danang yang wajahnya duplikat abis Suneo.
Tokoh film seri kartun Doraemon. Hari itu ancur banget nasibnya.
Serasa kaya dapet bogem mentah dari si Giant. Wajahnya melas pucat.
Bibirnya, dower jadi tambah pecah-pecah. Dasar Sukatni iblis dari neraka yang paling jahanam.
Dengan ekspresi wajah yang wawut-wawutan kaya gitu. Mencoba nampilin sebisa mungkin.
Padahal Danang yang asli Jawa campuran Crocodile itu udah berusaha keras.
Berharap dengan monyong 50 cm tuh bibir bisa bikin puas Sukatni.
Agar bisa bener pengucapannya. Namun Sukatni ga' bisa nerima bentuk bibir,
mahkluk entah dari mana asalnya itu.

"Keplak... Keplak... Keplak...". 3 kali beruntun wajah Danang yang ancur tambah jadi ancur dech.
"Wataow... Sakit pak". Masih dengan bibir yang manyun dia coba melas.
"Lha kamu malah ngece".
"Nggak Pak, saya nggak ngeledekin Bapak". Polos sekali Alien dari planet pluto itu mengklarifikasi.
"Alasan". Pukulan tinju ke monyongnya Danang.

Sukatni belum juga reda amarahnya, tanduk dari kepalanya mulai keluar.
Taringnya meruncing. Kukunya memanjang. Kupingnya melebar.
Matanya ngeluarin api. Ini guru apa anak buah si Da'jal??"

"Astopiloh".
Kata Ray yang kemudian berdiri, berjalan ke depan
.......................

Lalu si Ray murid paling bijak itu meluruskan benang kusut.
Antara Danang yang kaya jeruk purut. Juga menjelaskan pada Sukatni
yang nafasnya udah mulai bau kentut. Tanduk, taring, juga kukunya
perlahan tenggelam menuju ufuk barat.

"Emang sunset?"

Ray lalu berbicara secara interen dengan Sukatni. Menjelaskan
bahwa sebenarnya Danang itu mahkluk aneh, jadi ga' selayaknya Pak Guru
memperlakukannya seperti itu. Karena bila semua orang tau darimana dia
berasal akan paham betul.   Danang ga' seperti kita, ga' punya kenormalan
dalam hal kesehatan, fisik, juga bentuk wajah. Dia cuma objek dari sebuah
ilmu penemuan seseorang. Dan itulah akibat dari kecerobohannya.
Itu terjadi pada saat ada seorang peneliti asal Inggris.
Yaitu 'Inovasi karet untuk perbaikan bibir agar lebih sexy'.

Secara kebetulan Mr. Konyol bersinggah di kampungnya Danang.
Taman Gang manggar no 431 Z.

Ceritanya sungguh diluar dugaan
..................................

Awal mulanya keluarga Danang menyambut Bahagia.
Mr. Konyol seorang penyelamat nasib bibir Danang yang sudah
sejak lahir gak bisa mingkem. Sebab nganga terus akibat ngiler tiap saat.
Lalu Mr. Konyol merubah itu semua. Dengan menambahkan beberapa
puluh Centimeter karet ban bekas sepeda ontel milik bokapnya Danang.
Tanpa banyak makan waktu, makan angin, makan kentut juga, operasi dilakukan.
Mulai dari pembedahan hingga proses penambalan, Penjelajah yang asal
negaranya sama kaya David Beckham itu, hati-hati dan sangat teliti melakukannya.
Dan hasilnya sungguh diluar dugaan, bibir Danang tambah tertata.
Lebih sedap dipandang.Sampe tante Titik Puspa berniat ingin jadikan
Danang anak angkat.

Angkat lemari, Angkat rumah, Angkat batu juga Angkat tangan.

Namun pihak keluarga terasa berat dan sangat enggan melepasnya.
Danang ibarat emas. Dari tujuh keajaiban dunia, mungkin belum bisa
menandingi keajaiban Danang
. ............................

Waktu adalah ruangan yang bergerak. Akan terus mengayuh pada
para pengisi waktu itu sendiri. Ibarat pergerakan waktu merupakan rotasi,
tanpa upaya kita untuk sedetik saja menghentikan laju waktu. Menggiring
setiap mahkluk pada kehidupan yang beragam. Waktu bagian terpenting
dalam sejarah kehidupan manusia. Namun waktu juga bukan penentu nasib
yang mutlak bagi setiap mahkluk. Ada banyak faktor. Indikator pelecut nasib
untuk si pengisi waktu, kadang tak dibarengi konsitensi yang tinggi terhadap
daya ingat. Memory menyimpan pesan. Dan Mr. Konyol sebelum pada akhirnya
mengakhiri petualangan di Gang Manggar.

Ia berpesan pada Danang dan keluarganya.
"Jangan kasih Danang makanan panas, apalagi yang berminyak
dalam kurun waktu satu tahun".

Awalnya pesan dari Mr. Konyol adalah wasiat. Keramat teramat keramat.
Sampai keluarga Danang membuat sebuah catatan pada batu besar
di pinggir kali belakang rumah mereka
. .......................

Dengan rajin Ayah dan Ibu Danang menandai batu itu. Di setiap pagi
dengan mengukirkan huruf D. Yang berarti Danang pada batu tersebut.
Danangpun juga rajin menilik keadaan batu dan menghitung berapa
jumlah aksara terukir mengiringi perjalanan penentuan nasib bibirnya.
Bulan berganti udah beberapa purnama juga udah ga' ada yang
di khawatirin ama tuh bibir. Pesan keramat dari Mr. Konyol yang belum
berumur satu tahun, pada akhirnya terlanggar.

" Buah kuldi itu larangan".
"Makanan panas dan mengandung minyak itu juga larangan,
walau untuk sementara".Sedikit engkau lengah maka tamat riwayat nasib bibirmu".

Pesan yang semula eksistensinya tak bisa terbantahkan perlahan memudar
pada diri Danang. Tak tahan dengan semua godaan dan terjadilah
kesia-sia'an hasil kerja keras Mr. Konyol smith.

Peneliti dari suku bangsa Elmerekhosmer inggris. Ber 'klan' Smith.
Penelitiannya, yang memakan fokus dan konsistensi hancur.
................

Danang tak tahan melihat seorang penjual gorengan. Liurnya menetes,
sederas aliran air terjun niagara dan air terjun sarangan....

Edund... Edend... Edind... Edond... Edand... Edand tenant...!
'EDAN TENAN'.

Kembali ke serial ngawur ini   Danang sebenernya masih bisa tahan kalo
yang digoreng cuma sebatas tempe, tahu, resoles, bakwan, bakwan jagung,
jemblem, timus, dan singkong goreng.   Namun air liurnya malah semakin deras mengalir.
Semakin dahsyat penetrasinya. Semakin kenceng pula dan semburan memancar dari bibir
yang udah rapi bentuknya. Danang ngeliat si penjual, menggoreng makanan favoritnya.
Keco'a yang super super super bauuu yang juga baru keluar dari lubang Got
tepat di bawah penjual itu duduk.

Danangpun tergoda, birahi akan kerinduan terhadap kecoa' super bau.
Harus terpadamkan, walau akibatnya adalah kiamat.
Armagedon, Tragedi kapal Titanic, atau se dahsyat perang dingin di Soviet.

"Bodo amat"
.................................

Danang lupa dan lalai, kecoa' goreng yang masih panas.
Aroma asapnya menggoda teteskan liur Danang. Lalu terjadilah......
Reaksi dari beberapa kandungan di bibirnya. Beberapa kandungan
yang mempunyai sifat posisi super saling berpindah tempat. Dengan
cepat tak mampu tertangkap, oleh alat bantu apapun. Karet ban yang
berada dalam bibirnya memberontak. Mengakibatkan terjadi pemuaian

pada bahan yang memiliki sifat elastisitas. Mulutnya perih, mengeluarkan cairan 12 warna.

"Emang pelangi?"

Dan terjadilah efek yang tak diinginkan.Bibirnya memuai, mengembang
volume dan tingkat ketebalannya menunjukkan grafik yang menanjak ukurannya.
Danang pasrah meratapi nasib hanya mampu bilang.

"ANCUR".

Kembali di kelas sinetron.

Dunia para manusia belajar, belajar bahasa Jawa. Pak Katni yang mendengar
cerita dari Ray berderai air matanya. Lalu menghampiri Danang memeluk
seerat mungkin. Menciumi dengkul Danang. Menjilati Ibu Jari tangan yang
abis dia pake ngupil. Merasa bersalah atas perlakuan terhadap murid itu.
Dari kejadian itu pada akhirnya Danang merasa nyaman.
Tak berasa terintimidasi atas kehitleran Sukatni
..................

Murid-murid di sabtu yang menuju layar siang kembali belajar.
Berganti pelajaran Pak Jais.
"Anjrit, sejarah".
"Gurunya kumel".
"Ga' semangat gw".
"Kalo aja seni tari, Bu Herlin mata seger nih".
"Ini tambah parah, Homo Erectus Jaman Pleistolen,
nerangin sejarah api gw semalem udah baca tau".
"Sebel gw ma si Jais, bininya 3 tau".
"Gendeng".
"Tapi dia kaya raya juga ya".
"Mukanya mirip fosil manusia purba tuh coba lihat benjolan
di bawah matanya, pasti dia kakek buyut dari Homo Sapiens".
"Coba pelajaran Geografi, seger lihat ibu Yulis yang tinggi,
bodynya gw gak bisa bayangin".
"Ini malah temuan artefak dari para arkeolog muncul di kelas gw".
"Mr. Jais Homo Erectus, sisa-sisa fosil, jelmaan iblis neraka jahanam"
.......................

Di asik-asiknya lagi menggerutu si Ray kaget tiba-tiba saja
Bapak wakil Kepala Sekolah hadir. Menyelinap nggak sopan,
emang dikira kandang sapi apa. Bapak Binarno si jenggot lebat.
Serem mukanya, kaya setan di rimba belantara.
"Untung dia bokap si Genit, coba kalo nggak gw isengin loe".
Pak Bin, melakukan survey tentang kelas terbersih. Kelas terapi.

Kaya apa aja?"
Soal kebersihan aja ada penghargaannya. Namun dari kedatangan Pak Bin itu
adalah malapetaka buat Ray...
"Anjrit gw kena hukuman lagi, Pak Bin saraf, otaknya ga' bener.
Perlu di recovery ulang. Ga' bisa diajakin bercanda".
"Nit... Genit Papi loe dateng nich, pasti dech kelas kita jadi numero uno".
Pak Bin cuma diem ga' bereaksi apa-apa atas ocehan Ray.
Silence is Gold (diam itu emas). Mungkin semboyannya waktu itu.
"Coba gw jadi Genit pasti gw minta buat kelas ini jadi pemenang".

Masih ga' ada reaksi. Walau sebenernya kuping udah merasa tersengat.

Kuping Pak Bin, lama-lama tersengat juga oleh gelombang elektromagnetik.
Berasal dari mulut Ray yang amit-amit tengilnya.
"Kalo gw jadi Genit pasti gw minta duit ama bokap, buat jajan
sekelas tapi kalo ga' di kasih berarti bokap pelit".
Mendengar kata-kata itu Pak Bin murka, dalam amarah yang tak terbendung.

Dalam emosi meledak-ledak, memelototi Ray, seakan hendak menguliti tubuh Ray.
Emang kambing guling?"
"kamu ikut saya ke kantor, sekarang".
Nada bicaranya kaya rocker era 70an.
Anjrit sangar banget. Ray nurut dan langsung ngacir menuju
kantor tempat Pak Bin yang Edan singgah.

Apes dalam kantor Ray di suruh berdiri. Samping TV yang acaranya ngebosenin banget.
Kuis Dangdut, dengan hostnya yang super konyol Jaja Miharja. Untung Hostnya
pinter ngocol, coba kalo ga' abis deh Ray ama statement Pak Bin.

"Jadi selama ini kamu yang bikin rusuh kelas".
"Guru tidak nyaman".
"Clomethan, provokator"
"Tukang doktrin anak-anak lain dengan tingkah laku konyol".
"Ma'af pak, tadi saya cuma bercanda".
"Memang saya siapa? kamu ajak bercanda". Bentak Pak Bin,
pada Ray yang mulai udah ngerasa lapar.
"Guru dan wakil kepsek". Jawabnya singkat.
"Kenapa kamu tadi bilang begitu di dalam kelas?"
"Bercanda dan just kidding Pak".
"Pantas murid membuat malu guru?"
"Nggak pantes Pak"."Lha trus maksud kamu tadi apa Ray?"
"Memang kalau di rumah Genit itu anak Bapak, tapi di sini beda".
"Ya Pak, saya minta maaf, dan nggak bakal ngulangi lagi perbuatan ini".
(Alasan basi, orang salah cuma punya modal satu 'maaf' dan janji gak ngulangi lagi).

Ray ga' bisa gerak di dalam kantor guru. Hancur dech hari sabtu,
harusnya pulang jam 12.00.Sekarang nungguin anak kelas satu
sampe pelajaran selesai, sekitar jam 3 sore.Emang dasar jaman
udah ga' relevan.Mau bikin tingkat persamaan antara guru dan murid
malah apes.Pak Bin yang feodal, otaknya kolonial, penjajah hak anak
mengaktualisasikan diri. Ga' bisa bercanda, cepet mati dia ntar.

"Belum lagi si Genit anaknya yang manja".

Udah kaya
Olive Oil nya Popeye,
tapi lagaknya sok cantik.

Sama kaya' bokapnya.
Anjrit........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun