Baper adalah kepanjangan dari "bawa perasaan". Sifat yang membawa "perasaan hati" ini bahkan bisa sampai mengganggu kestabilan emosi untuk sebagian orang.
Terjadinya baper karena ada kemelekatan terhadap sesuatu atau situasi tertentu. Hal ini terjadi dimana ekspektasi yang diinginkan berbanding terbalik dengan kenyataan.
Dampak dari baper, kita sering kecewa dan terluka yang berujung dendam tak berkesudahan.
Seperti cerita teman saya yang mendapat info dari rekan kerjanya ketika ia cuti dari kantor karena sakit ternyata ketidakhadirannya menjadi bahan omongan teman satu divisi.Â
Kalau yang jadi bahan omongannya bagus ya tidak masalah. Tapi yang menjadi bahan omongan ternyata soal fisiknya yang menurut rekan sekantor tidak menarik.Â
Saat mendengar info dari salah satu rekan kantor melalui percapan pesan singkat langsung deh teman saya baper. Ia baru mengetahui ternyata rekan kerjanya suka bergunjing tentang fisik dirinya.Â
Realita Tidak Sesuai Harapan
Realita tidak sesuai harapan banyak terjadi di dunia ini. Sesuatu yang kita prediksi karena sudah dikerjakan dengan seksama eh ternyata hasilnya tidak sesuai harapan. Â
Contoh pada kasus persahabatan. Setiap orang yang bertumbuh secara perlahan akan berubah karena pengaruh lingkungan, pengaruh pasangan atau pengaruh keyakinan.
Jika dahulu sahabat adalah orang yang perhatian pada hari ulang tahun, maka saat ini sahabat tidak pernah lagi ingat hari ulang tahun. Mendapat perubahan perilaku seperti ini beberapa orang menjadi "baper"Â karena merasa diabaikan.
Contoh di tempat kerja. Ketika kita merasa sudah loyal dan mengabdi selama sekian tahun di perusahaan, harapannya akan mendapat kenaikan karir dan pendapatan. Namun kenyataan tidak demikian alias tidak ada perubahan selama sekian tahun masa pengabdian. Mengalami hal ini pastinya kita kecewa mendalam sampai baper.