Mohon tunggu...
Bayu Fitri
Bayu Fitri Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Seorang pengamat hiruk pikuk media sosial dalam hal gaya hidup, finance, traveling, kuliner dan fashion. Tulisan saya bisa dibaca di blog https://bayufitri.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Jelajah Lorong Waktu Melalui Ragam Bangunan Kuno di Kota Lasem

8 Januari 2024   17:35 Diperbarui: 9 Januari 2024   06:34 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampak Depan Rumah Oei. (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Kota Lasem dikenal dengan sebutan Tiongkok Kecil. Sebutan ini disematkan karena terdapat akulturasi budaya Jawa, Tionghoa, Arab, dan Hindia Belanda.

Salah satu akulturasi budaya terlihat pada bentuk ragam bangunan kuno di Lasem yang masih berdiri saat ini. 

Kota Lasem berbentuk kecamatan yang terletak di pesisir Kabupaten Rembang Jawa Tengah. Jarak Lasem dari Kabupaten Rembang kurang lebih 12 km. Wilayah Lasem mempunyai luas 4.504 ha.

Pada masanya sekitar abad 16, pesisir Lasem menjadi tempat pendaratan orang Tiongkok yang datang bersama Laksamana Cheng Ho. 

Sejak saat itu mulai banyak berdiri bangunan dengan desain dan arsitektur ala Tiongkok. Seiring semakin banyaknya kapal dari Tiongkok yang berlabuh ke pesisir Lasem maka pemukiman dengan langgam Tiongkok juga semakin bertebaran.

Sampai saat ini jejak pemukiman Tiongkok masih ada di Kota Lasem. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya bangunan kuno ala Tiongkok yang masih terawat.

Melihat Bangunan Kuno Kota Lasem

Pada akhir tahun 2022, saya mengadakan perjalanan wisata mengunjungi bangunan kuno yang masih ada di Lasem. Sebagian besar bangunan kuno Lasem yang saya temui masih menyerupai aslinya. 

Sedangkan peruntukkan bangunan tersebut beraneka ragam. Ada yang difungsikan menjadi tempat ritual ibadah, tempat penginapan, rumah tinggal, rumah budaya, rumah kuliner, tempat membuat batik dan sebagainya. 

Usia sebagian besar bangunan kuno di Lasem juga banyak yang sudah mendekati atau bahkan melebihi satu abad.

Ragam Bangunan Kuno Lasem

Beberapa bangunan kuno yang masih tegak berdiri tetap terawat dan bisa dikunjungi. Namun sebagian bangunan kuno yang masih menjadi milik pribadi perorangan tentunya membutuhkan izin dari pemilik bangunan jika dikunjungi wisatawan.

1. Rumah Oei 

Rumah Oei dibangun pada tahun 1818 oleh seorang perantau dari Tiongkok yang mendarat di pesisir Lasem bernama Oei AM. 

Tampak Depan Rumah Oei. (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Tampak Depan Rumah Oei. (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Setelah menikah dengan gadis asal Lasem, Oei AM menekuni dua dunia usaha. Pertama sebagai pedagang tapioka dan ketan hitam. Kedua sebagai juragan kereta kuda. Kedua usaha Oei AM dilakukan dari rumah pribadinya. Sehingga kediamannya mendapat julukan "Rumah Oei".

Penulis dihalaman belakang Rumah Oei. (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Penulis dihalaman belakang Rumah Oei. (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Arsitektur rumah Oei sarat dengan langgam Tionghoa. Setelah mengalami pemugaran yang disesuaikan dengan bentuk aslinya, Rumah Oei diisi dengan benda peninggalan keluarga Oei AM. 

Tampak Dalam Rumah Oei. (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Tampak Dalam Rumah Oei. (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Saat ini Rumah Oei yang berada di jalan Jatirogo Lasem difungsikan sebagai Rumah Heritage Peranakan Pusat Edukasi Seni, Budaya dan Kuliner Lasem.

Interior Rumah Oei. (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Interior Rumah Oei. (Sumber: Dokumentasi pribadi)

2. Rumah Tegel 

Rumah ini dimiliki oleh seorang Kapitan bernama Lie Thiam Kwie. Usahanya adalah memproduksi tegel atau ubin lantai. Proses produksinya dilakukan pada pabrik tegel yang terletak di halaman belakang rumahnya. Pabrik tegel ini sudah beroperasi dari tahun 1910. 

Penulis di halaman depan Pabrik Tegel. (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Penulis di halaman depan Pabrik Tegel. (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Pada halaman belakang rumah terpajang contoh tegel buatan pabrik dengan motif unik jaman dahulu kala. Saat ini pabrik tegel tidak beroperasi secara rutin melainkan akan beroperasi jika terdapat pesanan saja. 

Tampak Depan Rumah Tegel. (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Tampak Depan Rumah Tegel. (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Bentuk bangunan rumah tegel sangat vintage dengan desain arsitektur Indis. Beberapa perabot seperti almari, meja dan kursi buatan jaman dulu juga masih ada dan terpajang rapi.

Halaman Belakang Rumah Tegel. (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Halaman Belakang Rumah Tegel. (Sumber: Dokumentasi pribadi)

3. Omah Merah (Rumah merah)

Bangunan bernama Omah merah adalah kediaman pribadi yang dibangun pada tahun 1860 oleh pengusaha Tionghoa. Lokasi Omah Merah ada di Desa Karangturi. Desain bangunannya unik berlanggam Hindia dan Tiongkok.

Penulis di salah satu spot Omah Merah. (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Penulis di salah satu spot Omah Merah. (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Selain mempunyai desain arsitektur Tionghoa, Omah Merah juga mempunyai bunker dan sumur kuning yang ada di halaman bagian belakang.

Bagian dalam Omah Merah. (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Bagian dalam Omah Merah. (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Fungsi bunker sendiri tersambung dengan pintu keluar pada sisi lain sebagai jalan keluar masuk nya candu atau opium. Menurut pemandu wisata, opium saat itu termasuk barang ilegal. Sehingga untuk mendapatkannya harus dengan jalan sembunyi-sembunyi. 

Saat ini Omah Merah difungsikan sebagai penginapan, rumah makan, dan toko penjualan kain batik.

4. Lawang Ombo (Rumah Candu)

Bangunan Lawang Ombo dibangun pada tahun 1860 dan dahulu digunakan sebagai gudang candu atau opium. Pemilik Lawang Ombo pertama kali adalah seorang pengusaha Tionghoa.

Menurut cerita dari pemandu wisata, letak Lawang ombo sangat strategis karena dekat dengan Sungai Lasem . Dahulu Sungai Lasem berfungsi sebagai jalur perdagangan yang dilintasi banyak kapal. 

Tampak Depan Lawang Ombo. (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Tampak Depan Lawang Ombo. (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Jalur perdagangan menggunakan sungai ini dimanfaatkan oleh pemasok candu atau opium sebagai sarana penyeludupan. Pada saat itu opium dilarang keras diperjualbelikan oleh Hindia Belanda dan dinyatakan barang ilegal. 

Gudang Lawang Ombo yang dahulu difungsikan untuk menyimpan candu atau opium, sumber : doc. pribadi
Gudang Lawang Ombo yang dahulu difungsikan untuk menyimpan candu atau opium, sumber : doc. pribadi

Karena posisi Lawang Ombo berada di dekat bibir Sungai Lasem maka Lawang Ombo menjadi tempat penyimpanan opium sementara sebelum diperdagangkan ke seantero tanah Jawa.

Penutup

Mengunjungi bangunan kuno di Lasem membuat kita seperti sedang menjelajahi lorong waktu. Sambil melihat arsitektur bangunannya sekaligus bisa mendengar kisah bangunan kuno sejak awal berdirinya.

Mendengar kisah sejarah di masa lalu membuat Kita kaya akan pengetahuan dan bisa menghargai bangunan kuno sebagai saksi sejarah.

Jadi bagaimana apakah Kamu tertarik mengunjungi bangunan kuno?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun