Mohon tunggu...
Bayu Fitri
Bayu Fitri Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Seorang pengamat hiruk pikuk media sosial dalam hal gaya hidup, finance, traveling, kuliner dan fashion. Tulisan saya bisa dibaca di blog https://bayufitri.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyikapi FOPO, Cerita Ukuran Sepatu dan Kaki Orang Lain

18 Desember 2023   21:12 Diperbarui: 20 Desember 2023   21:39 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kecemasan berlebih atas pendapat ornag lain, sumber : freepik.com

FOPO atau Fear of Other People's Opinion adalah suatu kondisi diri yang merasa cemas akan pendapat orang lain. Kecemasan ini sebenarnya tidak beralasan dan terlalu berlebihan. Namun karena saat ini era-nya sosial media maka setiap pribadi menjadi cermin bagi orang lain.

Menurut pakar Psikologi UGM,  T. Novi Poespita Candra, S.Psi., M.Si., Ph.D., Psikolog, faktor sosial media menjadi andil besar dalam berkembangnya fenomena FOPO.

Sebagian orang berlomba menunjukkan jati diri dengan segudang pencapaian yang ditunjukkan melalui sosial media.

Sebagian orang merasa berharga jika diakui keberhasilannya oleh orang lain melalui tanggapan pada kolom komentar dan apresiasi like pada laman sosial media.

Untuk itu sebagian orang tersebut berusaha menampilkan keunggulan dirinya dengan cara apapun melalui sosial media.  

FOPO Akibat Budaya

Adanya FOPO tidak lepas dari budaya setempat. Kentalnya budaya ketimuran pada masyarakat Indonesia salah satunya adalah feodalisme. Budaya ini mengagungkan kekuasaan pada orang yang disegani. Budaya ini lebih menghargai senioritas ketimbang prestasi.

Faktor pengaruh budaya pada FOPO berikutnya ada pada konformitas. Budaya ini mengajarkan sejak kecil anak-anak sudah diajari pemikiran yang sama terhadap sebuah kondisi.

Masih ingat gambar pemandangan alam tentang dua gunung satu matahari dan sawah yang terhampar di depan gunung?

Begitulah gambaran kanak-kanak sewaktu diminta menggambar pemandangan alam. Akibatnya terjadi keseragaman tentang gambar pemandangan alam dalam benak pikiran anak-anak.

Padahal gambar seekor sapi dan padang rumput nan luas juga masuk pada konteks gambar pemandangan alam. Namun ide ini jarang digambar oleh anak-anak ketika diminta menggambar pemandangan alam.

Ukuran Sepatu dan Kaki Orang Lain

Kebiasaan tentang keseragaman pendapat sejak kecil membuat sebagian orang terbiasa mementingkan apa yang ada dipikiran orang lain untuk menjadi tolok ukurnya.

Padahal seperti kata kiasan "Jangan pernah mengukur sepatu dengan kaki orang lain".

Kita sebagai individu adalah mahluk yang unik dengan segala kelebihan dan kekurangan.

Sudah selayaknya Kita percaya diri dengan apa yang kita miliki. Tidak perlu pusing dengan apa kata orang. Jadi berhenti membandingkan diri dengan keberhasilan orang lain.

Setiap manusia mempunyai waktu pencapain yang berbeda, visi misi yang berbeda dan tujuan hakiki yang berbeda.

Akibat dari FOPO

Jika terus menerus membangun perspektif dan image sesuai dengan apa yang orang lain inginkan maka energi Kita akan terkuras hasilnya juga tiada.

Akibat dari terbebani dengan pendapat orang lain akan menimbulkan rasa insecure, tidak pede dan berakhir pada gangguan kesehatan mental.

Pada akhirnya individu yang FOPO tidak mengenal diri sendiri karena selalu bergantung pada apa kata orang dan pemenuhan harapan orang lain.

Cara Mencegah FOPO

Supaya individu tidak mudah terkena FOPO maka diperlukan lingkungan kondusif untuk menumbuhkan kepercayaan diri. Paling awal dimulai dari dunia pendidikan yang tidak lagi mendoktrin pemahaman tentang sesuatu.

Ruang diskusi terbuka harus diupayakan dan anak murid diajarkan untuk bisa meneriama perbedaan pendapat. Tentu saja diimbangi dengan adab cara menyampaikan pendapat yang baik sesuai norma yang berlaku.

Untuk orang dewasa yang sudah terlanjur dihinggapi FOPO sudah selayaknya memutus rantai ini sesegera mungkin.

Langkah pertama dengan menerima segala kekurangan diri. Jadikan kekurangan diri sebagai keunikan dengan memaksimalkan kelebihan diri.

Langkah selanjutnya bisa berkonsultasi ke pakar psikolog, berdiskusi dengan orang yang dipercaya dan melakukan banyak kegiatan sesuai passion dan fokus pada diri sendiri.

Mencari Makna Diri

Untuk tindakan selanjutnya bisa mulai perlahan mengalihkan perhatian dari sosial media. Memilih konten yang sesuai passion tanpa peduli penilaian orang lain. Menjadikan sosial media sebagai alat hanya untuk mencari inspirasi dan jejaring.

Seiring bertambahnya usia setiap individu akan fokus pada satu tujuan. Pada akhirnya akan menisbikan penilaian orang lain. Hal ini bisa dilatih  jika setiap individu mencari makna diri sendiri tanpa perlu cemas akan pendapat orang.

Pada dasarnya Kita tidak bisa memuaskan semua keinginan orang lain. Jadi berhenti untuk mengkhawatirkan penilaian orang lain terhadap apa yang Kita yakini.

Penutup

FOPO atau dihinggapi kecemasan berlebih ada karena faktor kebisaan yang berawal dari budaya. Karena dampak negatifnya lebih banyak maka harus diputus mata rantainya sejak dini.

Berikan ruang dan apresiasi perbedaan pendapat tanpa harus mengecilkan sesuatu yang berbeda. Fokus pada apa yang Kita minati dan apa yang Kita yakini tanpa risau dengan pendapat orang lain.

Tentu saja apapun yang Kita lakukan harus sesuai dengan norma dan tidak menganggu kepentingan orang lain. Jadi enjoy your life.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun