Mohon tunggu...
Bayu Bondan
Bayu Bondan Mohon Tunggu... Lainnya - ASN yang belajar jadi penulis

Burung merpati burung kenari | Rehat sejenak di dahan meranti | Biarkan saja pena menari | Dan lihat saja hasilnya nanti

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Foto Genit di Bantimurung

9 Januari 2018   09:12 Diperbarui: 9 Januari 2018   10:12 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mbak Amel berlagak seperti foto model (dok. pri)

Meskipun keadaan gua tidak kondusif, namun tidak menyurutkan semangat kami untuk be-foto genit di dalam sana. Untung saja kamera digital yang dibawa Mbak Amel memiliki blitz yang sangat membantu pencahayaan di dalam gelap.

Aku mengambil pose menerangi muka dengan menggunakan sinar senter. Kata Kadir, yang biasa dipanggil "Prof", hasilnya malah seperti penampakan. Bagiku tidak menjadi masalah, yang penting bisa tetap narsis dan foto genit.

Foto yang katanya seperti penampakan (dok. pri)
Foto yang katanya seperti penampakan (dok. pri)
Kadir yang awalnya hanya bersikap malu-malu, akhirnya meminta untuk di-foto genit juga. Posenya terlihat biasa saja. Berdiri tegap dengan jari telunjuk dan jari tengah pada tangan kanan diangkat membentuk slogan damai atau biasa disebut "Peace". Sepertinya Kadir minta di-foto genit sebanyak dua kali.

Pemandu seringkali menyorotkan senternya ke dinding gua untuk memberitahukan kepada kami mengenai bentuk relief batu yang ada di sana. Terdapat banyak sekali relief batu dengan bentuk yang unik-unik.

Bentuk relief tersebut memang sangat mirip dengan aslinya. Ada yang berbentuk wajah bayi, sepasang pengantin, ibu yang menggendong anaknya, mulut buaya, Candi Borobudur dan masih banyak lagi.

Mungkin bentuk-bentuk yang kami temui ini menjadi penyebab gua ini disebut sebagai Gua Mimpi. Memang seperti mimpi rasanya memasuki gua ini. Sayangnya kami lupa untuk mengabadikan relief-relief batu tersebut karena terlalu asyik memikirkan pose foto genit yang berikutnya apa lagi ya.

Aku mengira perjalanan telah selesai ketika kami berhasil mencapai ujung gua dan kembali menemukan sinar matahari. Ternyata dugaanku salah. Kami masih harus berjalan menuruni bukit. Kakiku sudah gemetaran sehingga aku menuruni bukit dengan posisi jongkok.

Di saat sedang turun, aku melihat muka Mas Agung pucat pasi. Setelah kutanyakan kepada beliau, ternyata beliau mempunyai sindrom takut gelap. Waduh! Ternyata orang yang mengajak kami ke tempat gelap adalah orang yang takut gelap.

"Mas, nanti kalau mau tidur di rumah, lampunya jangan dimatiin ya," kataku memberikan nasihat.

"Memangnya kenapa?" tanya Mas Agung kebingungan.

"Biar mimpinya nggakgelap seperti di gua tadi," jawabku sekenanya saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun