"Insya Allah, Bu." Aku bersyukur dalam hati.
"Rino ke rumah Rahman dulu ya. Mau minta formulir pendaftaran." Aku minta izin pergi dan langsung mencium tangan bapak ibu. "Assalamu'alaikum."
"Wa'alaykumussalam." Bapak dan ibu menjawab salam dengan serempak.
Selepas aku pergi, ternyata ibu masih mempertanyakan keputusan bapak.
"Masalah uang tidak usah dipikirkan, nanti Bapak akan bekerja lebih giat lagi. Bapak kan bekerja memang untuk memberi nafkah untuk keluarga, termasuk memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anak kita." Bapak pun mencoba untuk meyakinkan ibu.
***
Hari ini pengumuman SPMB. Aku membeli koran Pos Kota yang memuat pengumuman tersebut. Kubuka halaman demi halaman koran dengan pelan-pelan. Hatiku deg-degan tak karuan. Harap-harap cemas. Aku cari namaku di antara ribuan nama yang tertera di situ. Sudah lima belas menit lamanya aku mencari. Namun, namaku tak jua ditemukan. Ya Allah, luluskanlah hamba-Mu ini.
Setelah aku hampir putus asa mencari, akhirnya namaku ditemukan.
MUHAMMAD RINO BASTIAN
Sekali lagi aku coba baca ulang nama itu. Takut salah lihat. Tetapi tidak. Itu memang benar namaku! Kuhaturkan syukur yang mendalam kepada Allah Swt. yang telah mengabulkan doaku. Aku serasa menemukan setitik cahaya terang di balik kegelapan malam. Bapak ibu juga merasa senang atas keberhasilanku lulus SPMB. Aku sudah membayangkan kuliah di kampus IKIP, markas pencetak kader para guru.
Esok harinya aku bersama Bapak langsung menuju kampus IKIP untuk melakukan pendaftaran ulang. Sepeda motor milik Bapak menemani kami berdua menyusuri lika-liku jalan di Jakarta. Aku yang mengendarai motornya dan Bapak yang membonceng di belakang sebagai penunjuk jalan.