suara adzan terdengar. sondermo beranjak dari renungannya. ia pandangi sekeliling, tanamannya, ladang garapannya... ia tersenyum puas, "terawat. ini, mbah, santri tanimu," sondermo menghela nafas.
"santri tani," sondermo senyum gelenggeleng, takjub dan salut, "adaada saja orang tua itu," kini sondermo mulai bisa meraba tentang konsep santri tani-nya mbah yayi, tentang konsep kemadiriannya, tentang lahan garapan dan ternak yang tidak boleh dizolimi.
“hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh
hidup adalah untuk mengolah hidup
bekerja membalik tanah
memasuki rahasia langit dan samodra,
serta mencipta dan mengukir dunia.
kita menyandang tugas,
kerna tugas adalah tugas.
bukannya demi sorga atau neraka.
tetapi demi kehormatan seorang manusia.”*