Mohon tunggu...
Bayu Arif Ramadhan
Bayu Arif Ramadhan Mohon Tunggu... Freelancer - 22 thn, Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menulis sebagai hobi dan pengisi luang waktu

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Romantisme Abadi Liga Italia

5 Februari 2016   01:18 Diperbarui: 5 Februari 2016   01:31 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesuksesan suatu tim tak lepas dari kejeniusan seseorang dibalik layar mereka, yaitu seorang pelatih atau manajer. Dan dalam tradisi yang berlanjut sampai sekarang Liga Italia seolah tak pernah kehabisan sosok untuk ditempa menjadi sosok pelatih jenius. Masa silam sudah membuktikan dengan taktik ampuh 4 bek sejajar Milan ala Arrigo Sacchi. Atau masa trisula maut Roma era Fabio Capello. Ada juga tinta emas Piala Dunia yang ditorehkan Italia yang secara tak diduga secara perkasa menjadi juara Piala Dunia 2006 Jerman. Carlo Ancelotti yang mampu mengantar Real Madrid menghapus kutukan untuk meraih La Decima mereka.

Kini sosok jenius tersebut ada pada sosok dibalik moncernya penampilan Napoli pada diri Maurizio Sarri yang dulu seorang banker, Massimiliano Allegri yang berhasil membalik tekanan publik padanya dan memberi comeback superior pada Juventus, ataupun Antonio Conte yang berhasil mengantar Juventus juara 3 musim berurutan dan kini memikul tanggung jawab di Timnas Italia. Untuk ukuran liga sebaik apapun, percayalah pelatih terbaik datang dari Italia (tanpa merendahkan liga lain). Carlo Ancelotti bersama Real Madrid yang penuh ekspektasi di Spanyol telah menjawab dengan gelar Liga Champions kesepuluh walau tak berakhir bahagia.

     3.    Hebatnya Loyalitas Pemain

Loyalitas pemain adalah sisi luar biasa kontestan Liga Italia. Berbicara soal loyalitas pemain yang masih aktif, Bukan cuma seperti Francesco Totti yang sering disebut, tapi coba tengok kompatriotnya lain yang seolah menemaninya menjadi simbol kesetiaan Roma yaitu Daniele De Rossi. Ada juga simbol lain seperti Gigi Buffon yang setia menjaga kesucian gawang Juventus dari awal karirnya di sepakbola profesional. Selain klub besar, cerita romansa loyalitas juga datang dari kapten Udinese Antonio Di Natale yang setia sampai usia senjanya walau klubnya bukanlah termasuk klub yang sering menikmati papan atas. Kisah kesetiaan yang tulus dari Cristiano Luccarelli yang tetap menemani Parma walau terdegradasi ke Serie D karena bangkrut pun, adalah sisi luar biasa liga yang di masa kini tidak mudah lagi ditemui di liga lainnya. Kisah seperti Luccarelli pernah juga dilakukan oleh Abel Balbo dan Angelo Di Livio bersama Fiorentina, atau oleh DelPiero, Pavel Nedved, David Trezeguet, Mauro Camoranesi, Buffon bersama Juventus. Luar biasa.

    4.    Atmosfer Stadion dan Suporter Fanatik

Liga Italia mempunyai banyak istilah tribun terkenal seperti Curva Sud dan Curva Nord. Basis tribun suporter fanatik yang rela melakukan apa saja bahkan sampai saling tikam atau menyerbu lapangan dan aparat serta menyalakan kembang api. Atmosfer yang mungkin mencekam tentu saja. Namun dukungan mereka sebagai teror untuk tim lawan dalam laga krusial atau derby bisa menjadi bentuk lain romansa liga yang selalu terkenang. Atmosfer laga Milan vs Inter atau Roma vs Lazio pada masa lalu akan membuat mungkin perasaan ngeri atau bisa saja takjub menjadi satu. Salah satu yang paling saya ingat adalah pose kebersamaan Marco Materazzi-Rui Costa dalam suatu laga yang berhenti sejenak karena rusuh saat derby Milan.

    5.    Intrik dalam Sepakbola

Yang membuat sisi lain menarik dalam sepakbola Italia adalah intrik. Banyak keterlibatan mafia, skandal bos klub yang membuat tentu saja liga ini seolah bukan cuma sepakbola. Praktik kotor tidak sedikit terjadi dalam perjalanan tiap musim. Mungkin itu pula yang mendasari Ian Rush berbicara bahwa sepakbola Italia juga telah membentuk mentalnya menjadi lebih tangguh dan dewasa. Karena yang dia temui bukan hanya cara bermain bola, tetapi juga cara hidup di sepakbola Italia. Itu sisi negatif. Dari sisi positif pernah mendengar Diego Maradona dan Dewa Napoli? Pada masa Maradona bermain di Napoli (1984-1991), orang-orang di Naples bahkan membangun ruang ibadah khusus di rumah mereka untuk mendoakan dan memuja Maradona dan mendoakan sukses Napoli. Hasilnya? Maradona yang dianggap sebagai Dewa Napoli dan dipuja-didoakan setiap hari itu sukses besar di Italia. Suatu contoh intrik atau klenik sukses dalam sepakbola Italia, selain contoh lain seperti Roberto Mancini yang suka mengoles anggur dibelakang daun telinganya sebelum pertandingan.

   6.     Seni Catenaccio

Pertahanan rapat yang dikeluhkan Rush dalam pepatahnya pula yang menjadi seni tak terlupa dari sepakbola Italia. Fondasi yang membuat Italia begitu menimbulkan romansa pada masanya dan dikenal sebagai gudang pemain belakang. Seni yang diperkenalkan mantan pelatih Inter, seorang Helenio Herrera. Fungsinya adalah melindungi area penalti dengan integrasi lini belakang dan tengah ditunjang serangan balik. Mengilhami strategi Italia menjadi juara dunia pada 1982 dengan single poacher front seorang Paolo Rossi. Seperti parkir bus, namun lebih sistematis dan semacam mempunyai seni tersendiri. Suatu romansa yang dulu begitu lekat dengan Italia namun perlahan sayangnya mulai luntur dan punah.

  7.      Panggung Pertama Pemain Asia di Eropa Diorbitkan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun